Ajax vs AS Roma Setelah 18 Tahun: Menyerang vs Menyerang

Foto: Ververidis Vasilis - Shutterstock.

Liga Europa adalah kesempatan besar untuk AS Roma. Namun, perjalanan mereka tidak akan mudah. Ajax yang menjadi lawannya juga memiliki misi merengkuh sebanyak mungkin gelar juara musim ini, termasuk Liga Europa.

Musim 2002/03 adalah pertama kalinya AS Roma bertemu Ajax Amsterdam di pentas Liga Champions. Di babak grup kedua, Ajax dan Roma bersaing dengan Arsenal serta Valencia.

Melawan Ajax di dua pertandingan, Roma sama sekali tak bisa merengkuh kemenangan. Pada pertemuan perdana di Amsterdam Arena, Roma kalah 1-2. Gol Zlatan Ibrahimovic dan Jari Litmanen cuma bisa dibalas oleh Gabriel Batistuta.

Niatnya, sih, Roma ingin balas dendam di Stadio Olimpico. Apes, Roma malah harus datang ke arena sambil menenteng masalah sendiri.

Beberapa hari sebelum leg kedua itu, Roma yang masih dilatih Fabio Capello tumbang dari Perugia dengan skor 0-1. Roma juga tak bisa memainkan Francesco Totti yang mendapat kartu merah di laga terakhir dalam ajang Liga Champions. Situasi tambah suram karena Batistuta sudah dijual di bursa transfer musim dingin.

Ajax turun arena dengan kondisi lebih baik. Zlatan Ibrahimovic sedang apik-apiknya dengan kemasan lima gol di pentas Liga Champions. Kombinasi pemain muda dan senior juga menjadi fondasi yang ajeg untuk tim asuhan Ronald Koeman.

Dihadiri 62.000 pasang mata, Roma tampil lebih bertahan. Capello memainkan lima pemain belakang dalam diri Leandro Cufre, Christian Panucci, Vincent Candela, Aldair, dan Cafu. Sebagai pengganti Totti, Capello menampilkan Antonio Cassano dan Marco Delvecchio untuk mengisi pos penyerang.

Ajax turun dengan tim terbaiknya. Zlatan Ibrahimovic dibantu Steven Pienaar di lini serang. Koeman juga memainkan Tomas Galasek dan Rafael van der Vaart sebagai duet gelandang.

Roma sudah menemukan petakanya pada menit pertama. Andy van der Meyde yang berada di sisi kanan pertahanan Roma, melakukan gerakan cut inside. Aksi Van der Meyde ditutup dengan sepakan keras yang tak bisa dihalau Ivan Pelizzoli.

Gol tercipta dan Van der Meyde melakukan selebrasi menembak yang merupakan ciri khasnya.

Laga sempat memanas manakala flare masuk ke dalam lapangan. Setelah sempat dihentikan, laga kembali berlanjut.


Roma akhirnya bisa menyamakan kedudukan melalui Cassano. Tendangan menyusur tanahnya tak bisa digagalkan Bogdan Lobont. Itu merupakan gol keempat Cassano di pentas Liga Champions.

Pertandingan tak cuma berjalan alot, tetapi juga keras. Herbert Fandel bahkan harus mengeluarkan lima kartu kuning dalam pertandingan tersebut.

Sampai laga selesai tak ada lagi gol yang tercipta. Ajax pulang dari Roma dengan satu poin.

Ajax akhirnya lolos ke perempat final sebagai runner up. Sementara, Roma mendekam di dasar klasemen karena cuma bisa meraih dua hasil imbang dan satu kemenangan.

****

Delapan belas tahun berlalu, kedua tim kembali bertemu. Kali ini Ajax dan Roma beradu di babak delapan besar Liga Europa.

Penampilan Roma di pentas Liga Europa musim ini cukup mengagumkan. Pasukan Paulo Fonseca cuma menelan satu kali kalah hingga akhirnya menembus babak delapan besar. 

Tak cuma menang, Roma pun produktif dengan kemasan 23 gol di Liga Europa. Catatannya itu di bawah Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Bayer Leverkusen.

Ajax sendiri berada di Liga Europa karena kalah bersaing di fase grup Liga Champions. Saat itu, Dusan Tadic dan kolega berada di bawah Liverpool dan Atalanta yang akhirnya melaju ke babak 16 besar.

Pada laga nanti, Roma tidak bisa turun dengan kekuatan terbaiknya. Henrikh Mkhitaryan terpaksa absen karena masih berkutat dengan cederanya. Padahal, gelandang asal Armenia itu penyumbang assist terbanyak klub dengan torehan 9 di semua kompetisi.

Kedua sisi masih akan jadi tumpuan serangan Roma. Dalam pola 3-4-2-1 yang biasa dimainkan Fonseca, Leonardo Spinazzola dan Bruno Peres akan aktif dalam membantu serangan. Sejauh ini, 69 persen serangan Roma memang berasal dari kedua sisinya.

Jika ditotal, keduanya mencatatkan empat assist untuk Roma di Liga Europa. Pergerakan Spinazzola dan Peres akan semakin leluasa karena Pedro serta Carles Perez akan bergerak di half space.

Hal ini membuat dua wingback Roma punya ruang untuk aktif membantu serangan. Roma juga dianugerahi penyerang yang klinis di depan gawang.

Tak hanya Edin Dzeko, kini Roma punya Borja Mayoral sebagai idola baru. Penyerang asal Spanyol itu sudah mengemas tujuh gol di Liga Europa musim ini.

Selain tajam, Borja juga piawai membuka ruang untuk kawan-kawannya dari lini kedua. Pergerakannya yang aktif membuat lini belakang lawan sering terpancing dan membuat pertahanan berantakan.

Namun, Roma harus waspada dengan daya serang Ajax. Pada enam laga terakhir, Ajax sanggup membuat 17 gol ke gawang lawan.

Kolektivitas jadi kunci permainan Ajax sejauh ini. Oper-operan pendek yang kerap disuguhkan pasukan Erik ten Hag bisa merusak pertahanan lawan, apalagi mereka tak punya target man yang ajeg di kotak penalti. Tadic yang biasa dipercaya bermain sebagai penyerang tengah kerap turun untuk menginisiasi serangan.

Perlu diingat, Tadic juga menjadi pencetak gol terbanyak Ajax sejauh ini. Mantan pemain Southampton itu sudah mengemas 19 gol di lintas kompetisi musim ini. Belum lagi Ajax punya pemain-pemain yang bisa muncul dari lini kedua seperti David Neres, Davy Klaassen, atau Antony. 

Ajax juga mesti waspada dengan lini belakangnya yang masih cukup rentan. Terlebih, Ten Hag gemar sekali menggunakan garis pertahanan yang tinggi. Hal ini bisa berbahaya mengingat Roma punya lini serang yang cepat dan tajam.

Laga ini diprediksi akan menghasilkan banyak gol. Hal itu dikarenakan kedua tim yang sama-sama mengusung permainan menyerang dan terbuka.

***

Liga Europa adalah kesempatan satu-satunya Roma untuk meraih gelar di musim ini. Tak cuma itu, Roma yang saat ini berada di posisi 7 Serie A bisa menggunakan Liga Europa sebagai jalur menuju Liga Champions.

Akan tetapi, perjalanan Roma tak akan mudah. Ajax yang menjadi lawannya juga memiliki misi untuk merengkuh sebanyak mungkin gelar juara musim ini, termasuk Liga Europa.