Animo Gerard Moreno

Foto: gerard_moreno

Nakhoda "Kapal Selam Kuning" ini menjadi tonggak baru Spanyol untuk kembali merajai Eropa.

"Saya menulis itu di tempat tidur pada suatu malam, sebuah cerita anak-anak. Kami pikir itu sempurna untuk dilakukan Ringo."

Sulit membayangkan bagaimana empat pemuda paling digandrungi sedunia saat itu menggarap lagu bocah. Ditambah pula, Ringo Starr vokal utamanya. Ketimbang ketiga temannya, penabuh drum ini memang punya persona yang berbeda. Dalam diorama khusus di Museum The Beatles, ia terang-terangan dideskripsikan sebagai 'Joker' alih-alih sebagai genius.

George Harrison sampai mengatakan bahwa The Beatles selalu terlihat bodoh setiap kali memainkan lagu itu selama proses rekaman. Ditambah lagi dengan nyanyian John Lennon yang terdengar seperti seseorang sedang berbicara dengan tabung atau sebuah corong di dalam kapal.

Konyol? Tidak juga. Justru semuanya sesuai dengan isi kepala Paul McCartney saat ia menulisnya pertama kali: Cerita tentang pelaut kuno yang memberitahukan anak-anak di mana ia tinggal. Lagu ini juga menjadi tembang terbaik yang pernah dinyanyikan Ringo selama mereka bersama. Yelow Submarine.



Gerard Moreno masih anak-anak saat mengalami luka di dagunya. Ia terjatuh kala mengambil bola di atas jaring gawang. Butuh 27 jahitan agar kulitnya bisa menyatu kembali. Namun, bencana itu tak mengubah pandangannya terhadap sepak bola.

Buat bocah seperti Moreno, menjadi pesepak bola adalah impian. Keluarganya tak jauh-jauh dari si kulit bundar. Ayahnya, Didac Moreno, adalah mantan pesepak bola. Ia memutuskan pensiun tak lama setelah Moreno lahir.

Adalah Espanyol yang jadi juntrungan Moreno di awal kariernya. Masuk akal karena secara geografis markas mereka berdekatan dengan tempat tinggal Moreno di Santa Perpètua de Mogoda, Catalunya. Enam tahun pendidikannya berjalan lancar sampai akhirnya Moreno mulai tersisih saat umurnya menginjak 15 tahun. Ia kemudian memutuskan hengkang ke klub Catalunya lainnya, FC Badalona.

Secara kualitas tim, Badalona jelas lebih rendah ketimbang Espanyol. Namun, setidaknya ia mendapatkan menit bermain yang cukup. Lebih-lebih buat pemain muda sepertinya.

Betul saja, dari sana Moreno menemukan titik cerah. Beberapa tim La Liga kepincut meminangnya, salah satunya Real Madrid. Namun, pada akhirnya Moreno memilih Villarreal yang telah menunjukkan ketertarikannya sejak awal.

Chemistry-nya dengan Villarreal makin membesar seiring berjalannya waktu. “Sejak saya tiba dan tinggal di sana selama setahun, saat itulah saya jatuh cinta dengan tempat itu,” kata Moreno kepada El Transistor.

Mulai saat itu, Villarreal menjadi tempat Moreno tinggal. "Kapal Selam Kuning" adalah rumahnya ke mana pun ia pergi. Sempat dipinjamkan ke Mallorca dan dipulangkan ke Espanyol, Moreno tetap kembali.

Kepulangan Moreno di musim 2018/19 jauh dari yang diharapkan. Gol di laga debutnya ke gawang Real Sociedad menjadi hampa karena ia nihil gol setelahnya. Cuma sebiji gol yang ia bikin sampai matchday 10.

Moreno justru baru panas di pengujung musim. Tiga gol berhasil dibuatnya di lima laga terakhir. Namun, tetap saja 8 gol di La Liga tak sebanding dengan banderol 20 juta euro yang dikeluarkan Villarreal buat memboyongnya. FYI, lesakan Moreno itu cuma setengah dari total golnya bersama Espanyol semusim sebelumnya.

Banyak orang yang butuh waktu lebih untuk beradaptasi meski itu adalah rumah lamanya. Moreno pun begitu. Untungnya, itu hanya berjalan semusim. Moreno mulai gacor pada periode 2019/20. Total 20 gol ia cetak di semua ajang. Dari gol-gol itu juga Villarreal berhasil finis di peringkat lima La Liga dan menyentuh perempat final Copa del Rey.

Moreno bukan pemain yang mengandalkan kecepatan apalagi postur fisik. Tinggi badannya "cuma" 180 cm atau sekitar 10 cm lebih pendek dari bomber Spanyol saat ini, Alvaro Morata.

Adalah kecerdasan yang menjadi nilai jual Moreno. Itulah mengapa dibutuhkan pelatih yang sama cerdasnya untuk memaksimalkan pemain sepertinya. Villarreal pun memberinya "hadiah" di awal musim 2020/21 dengan mendatangkan Unai Emery.

Emery memang tidak segenius Pep Guardiola. Namun, ia adalah pelatih yang tahu betul cara menyinergikan para pemainnya. Jika tidak, bagaimana pula Emery bisa membawa Sevilla menjadi raja di Liga Europa tiga musim tanpa putus?

Foto: unaiemery_

Emery bisa dibilang adalah pelatih yang mewadahi sekaligus menyempurnakan Moreno. Bukan hanya soal peran, tetapi juga soal keputusannya dalam mempertajam kerangka skuad Villarreal.

Dani Parejo diajaknya bergabung di awal musim. Karakteristiknya sebagai pendikte permainan cocok dengan skema ball possession yang Emery usung. Ini bukan tanpa pertimbangan. Arsitek 49 tahun itu paham betul kualitas Parejo karena keduanya pernah bekerja sama di Valencia. Simpelnya, dengan adanya Parejo proses pembangunan serangan Villarreal menjadi lebih lugas.

Secara garis besar susunan formasi Villarreal beralih ke 3-4-3 dari yang semula 4-1-4-1 atau 4-4-2. Pendekatan semacam ini memang menguntungkan mereka untuk meyerang dari sisi sayap yang memang menjadi jalur serangan utama mereka pada musim ini. Full-back berada di garis lebih tinggi sehingga memungkinkan winger untuk cutting-inside.

Nah, di sinilah Moreno mengambil bagian penting. Perannya sebagai free-role membuatnya leluasa untuk menginisiasi serangan dari tepi lapangan atau berdiri sebagai titik vokal di garis terdepan. Jadi tak heran kalau Moreno juga menyandang top assist Villarreal selain menjadi produsen gol tertinggi.

Sebanyak 23 dari 60 gol Villarreal di La Liga lahir dari Moreno atau 38% bila dipersentase. Angka itu menjadi yang terbanyak di antara seluruh pemain, melebihi Lionel Messi (35%) dan Karim Benzema (34%). Jumlah gol tersebut membuatnya meraih Zarra Trophy (penghargaan top skorer pemain asal Spanyol di La Liga) musim ini. So, tak berlebihan juga buat menyebut Moreno sebagai bomber terbaik Spanyol saat ini.

Perlu diingat lagi bahwa Moreno berhasil membawa Villarreal menggamit Liga Europa sekaligus titel mayor pertama sepanjang sejarah klub. Pemain 29 tahun ini juga bertengger sebagai top skorer Liga Europa dengan 7 gol, bersama Borja Mayoral, Pizzi, dan Yusuf Yazici.

"Kami tentu sangat menyayangkan kegagalan penalti Gerard Moreno. Itu adalah momen yang krusial," ucap Luis Enrique selepas pertandingan.

Enrique kesal bukan main saat Spanyol ditahan imbang Polandia di matchday kedua Euro. Gara-gara itu, untuk pertama kalinya La Furia Roja gagal memetik kemenangan di dua laga fase grup sejak Piala Eropa 1996. Spanyol punya peluang besar buat unggul di menit 58. Namun, itu tadi, sepakan penalti Moreno membentur tiang gawang. Apesnya lagi, Morata gagal memanfaatkan bola rebound tersebut.

Di sisi lain, kejengkelan Enrique itu berasal dari kesalahannya sendiri. Apa coba dasarnya memasang Marcos Llorente di pos full-back kanan dan mencadangkan Cesar Azpilicueta?

Enrique juga dikritik Bernd Schuster atas keputusannya mencadangkan Moreno di laga pembuka. Kalaupun Morata menjadi striker utama, Moreno bisa diturunkan sebagai penyerang sayap sebagaimana yang dilakukannya bersama Villarreal.

"Sangat mengherankan bagi saya bahwa pencetak gol terbaik di Spanyol, dan salah satu yang terbaik di Eropa, tidak menjadi starter. Ada lebih banyak alternatif daripada Morata, terutama di pertandingan tertutup seperti (lawan Swedia) ini. Selain itu, mereka bisa bermain bersama karena Gerard punya pergerakan yang sangat baik,” kata Schuster kepada El Transistor.

Seakan tersentil, Enrique lantas mencantumkan Moreno dalam starting line-up di laga kedua versus Polandia. Walau gagal mengeksekusi penalti, lini depan Spanyol membaik dengan kehadirannya. Silakan tengok gol Morata di menit 25, lesakan pertama Tim Matador di ajang ini, lahir dari inisiasi Moreno. 

Simpelnya, Moreno mampu memperlebar jalur serangan Spanyol yang sebelumnya relatif terpatok di Jordi Alba dari sisi kiri. Sepasang assist yang sudah dibuatnya bisa menjadi acuan.


Butuh pelatih cerdas untuk bisa menggunakan Moreno dengan baik dan benar. Enrique bukannya tak paham, ia sudah berbenah. Moreno dirutinkan tampil, Azpilicueta ia pasang, dan Pablo Sarabia juga mulai mendapat kepercayaan. Kekuatan mereka makin sempurna karena Sergio Busquets juga sudah pulih usai terjangkit COVID-19. Kemenangan 5-0 atas Slovakia menjadi buah akan itu.

Dengan komposisi terbaik Spanyol sekarang ini, rasanya tinggal menunggu waktu saja bagi Moreno mencetak gol perdananya di Piala Eropa 2020.