Ansu Fati Melawan Nasib

Foto: @ansufati

Cedera bukan halangan bagi Fati. Empat pertandingan sejak sembuh dari cedera parah, ia berhasil mencetak dua gol.

Ansu Fati tidak pernah merasakan pahitnya sepak bola. Sebelum laga melawan Real Betis, 7 November 2020, yang ia tahu hanya manisnya bermain sepak bola.

Di laga tersebut, Fati turun sebagai satu dari tiga penyerang yang dimainkan oleh Ronald Koeman. Selain bertugas menyerang sisi kanan pertahanan Betis, ia ditunjuk sebagai ujung tombak serangan Barcelona.

Pada menit ke-31, musibah itu datang. Menerima umpan dari sisi kanan pertahanan Betis, Fati coba masuk ke kotak penalti Betis. Apesnya, ia berada di antara dua bek tengah Betis, Aissa Mandi dan Marc Bartra.

Saat Fati coba berlari, kaki kirinya tersandung Mandi yang coba menghalau bola. Sandungan tersebut membuatnya langsung tersungkur dan mengerang kesakitan. Semua bergerak membantu, termasuk tim medis.

Bantuan tim medis ternyata tidak benar-benar membuat Fati sembuh. Ia akhirnya ditarik keluar pada pertengahan babak kedua. Pihak Barcelona mengatakan bahwa Fati harus melakukan beberapa operasi. Mereka juga memperkirakan bahwa ia harus beristirahat selama 10 bulan lebih.

Kenyataannya, Fati harus menepi selama total 344 hari. Ia juga melewatkan 47 pertandingan bersama Barcelona.

***

Tidak ada yang meragukan magisnya Sevilla dalam mencari pemain muda berbakat. Di bawah Ramón Rodríguez Verdejo alias Monchi, mereka membangun sistem untuk meneropong pemain potensial.

Di luar sistem yang mereka bangun, Sevilla juga punya koneksi dengan banyak akademi lokal. Salah satunya adalah Escuela de Futbol Peloteros. Di klub tersebut, nama Fati, yang notabene adalah anak imigran asal Guinea-Bissau, pertama kali dikenal.

Salah satu pelatih Peloteros, Jose Luis Perez Mena, tak ingin Fati salah langkah. Ia memilih mengkhianati Sevilla, yang punya koneksi dengan klubnya, dan menghubungi Barcelona agar mereka mau menerima Fati.

Pada usia 10 tahun, Fati bergabung di La Masia. Tidak butuh waktu lama baginya untuk membaur dengan budaya baru. “Kombinasi teknik, kecepatan dan imajinasi dalam bermain menjadikannya pemain muda yang luar biasa,” kata Albert Puig, mantan pelatih tim junior Barcelona kepada The Athletic.

Nama Fati kian tenar setelah ia bersinar di UEFA Youth League 2018/19. Saat itu, ia baru berusia 15 tahun, sedangkan UEFA Youth League biasanya diikuti oleh anak-anak berusia 17 sampai 18 tahun. Sayang, saat itu Fati gagal membawa Barcelona juara setelah kalah dari Chelsea di semifinal.

Beragam penampilan apik di usia muda membuat Fati melesat cepat. Pada musim panas 2019, ia, yang memperkuat Juvenil A, dipanggil untuk bergabung pramusim Barcelona B. Hanya sebulan di Barcelona B, ia menerima panggilan yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya.

Cederanya Lionel Messi, Luis Suarez, dan Ousmane Dembele di Agustus 2019 membuat pelatih Ernesto Valverde kebingungan. Bagaimana tidak, lini depan Barcelona hanya menyisakan Carles Perez dan Antoine Griezmann. Satu-satunya pilihan tersisa bagi Valverde adalah memanggil Fati.

Pemanggilan tersebut berlanjut dengan debut di laga melawan Betis, 26 Agustus 2019. Ia masuk menggantikan Carles Perez di menit ke-78. Seminggu berselang, ia mencetak gol debut saat menghadapi Osasuna.

***

Dua tahun setelah melakoni debut di Barcelona, Fati sudah mengemban beban berat di pundak. Sepeninggal Messi yang pergi ke Paris Saint-Germain, ia dianggap sebagai juru selamat Barcelona. Kebetulan, Fati juga mengenakan nomor punggung 10, bekas nomor Messi.

Fati membuktikan bahwa predikat tersebut layak ia sandang. Sekembalinya dari cedera, ia nyaris selalu membuat perbedaan di atas lapangan. Yang lebih penting, dari empat laga sejak dinyatakan sembuh, ia sudah mencetak dua gol.

Lantas, mengapa Fati bisa sebegitu memberikan pengaruh untuk Barcelona? Apakah ia begitu istimewa? Atau ini hanya perkara persaingan lini depan Barcelona yang tidak seimbang? Jawabannya, Fati memang istimewa dan lini depan Barcelona butuh pemain sepertinya.

Penyebab besarnya pengaruh Fati terhadap Barcelona bisa jadi terjadi karena dua alasan. Pertama, jelas karena kebebasan yang ia miliki di lini depan. Meski ditempatkan sebagai winger, ia seakan tidak dituntut untuk menyuplai bola ke penyerang tengah.

Fati tak hanya diperbolehkan menyisir sisi lapangan, tapi juga memasuki area half-space. Sejak sembuh dari cedera, pergerakan Fati di area half-space makin meningkat. Laga melawan Valencia, jadi yang paling banyak sejauh ini.

Kebebasan itu lantas membuat Fati punya ruang bermain yang semakin luas. Ia tidak hanya dapat menerima umpan dari beberapa pemain saja, tapi nyaris semua. Tidak heran, jumlah umpan yang diterima Fati pun makin meningkat.

Fati juga diberi kebebasan saat memasuki sepertiga akhir pertahanan lawan. Di luar kewajiban bertahan, pergerakannya amat liar. 12 sentuhan di sisi kiri dan tengah yang ia lakukan ke pertahanan Valencia jadi contohnya.

Selain itu, tidak bisa dimungkiri bahwa pengaruh Fati disebabkan oleh suplai dari Memphis Depay. Di laga melawan Valencia, Depay tidak hanya berkali-kali memberikan umpan kepada Fati, tapi juga membuka ruang. Gol Fati di laga itu adalah bukti sahihnya.

Tanpa suplai dari Depay, Fati mungkin tidak akan bersinar. Penampilan buruk Fati saat bersua Atletico Madrid, jadi contohnya. Di laga tersebut, ia tidak hanya minim menerima suplai, tapi juga diharuskan rutin mengalirkan bola ke depan.

***

Cedera seakan tak jadi masalah berarti bagi Fati. Melihat penampilan Fati pada empat laga terakhir, ia seakan menunjukkan perkembangan. Tidak heran, ia layak apabila diberi status sebagai tumpuan baru Barcelona.

Yang perlu dilakukan Fati sekarang hanya berdoa agar cedera parah tak lagi menghampirinya. Sudah banyak pemain yang mendapatkan predikat wonderkid kariernya berhenti karena cedera dan jangan sampai ia pun demikian.