Anthony Modeste: Reborn

Anthony Modeste merayakan gol ke gawang Union Berlin. (Twitter/@fckoeln_en)

Pindah ke China saat Koeln sedang berjaya pada 2017 mengantarkan Anthony Modeste ke masa sulit dalam kariernya. Kini, berkat pelatih Steffen Baumgart, Modeste seperti terlahir kembali.

Jika bukan karena Anthony Medeste, Koeln saat ini bakal berada di papan bawah. Dari delapan gol yang telah dia cetak di Bundesliga musim ini, enam di antaranya merupakan penentu hasil akhir pertandingan. Tanpa Modeste, Koeln hanya akan mampu mengumpulkan 10 poin alih-alih 14 dan bakal berada dekat dengan zona degradasi.

Ketajaman Modeste untuk Koeln ini sebetulnya bukan cerita baru. Dia sudah bermain untuk Koeln sejak 2015 meskipun pada 2017 dan 2018 dia pernah hengkang ke klub China, Tianjin Quanjian, dan pada awal 2021 sempat dipinjamkan ke Saint-Etienne. Apa yang dilakukan Modeste musim ini hanyalah pengulangan dari yang sudah-sudah.

Koeln adalah klub yang paling lama diperkuat oleh Modeste. Sejak awal karier, striker bongsor ini sudah kerap berpindah-pindah klub. Setelah mengawali kiprah profesional bersama Nice, Modeste pernah pula berseragam Angers, Bordeaux, Blackburn Rovers, Bastia, serta Hoffenheim. Di klub-klub itu, Modeste tak pernah bertahan lebih dari tiga musim.

Publik Koeln sudah dimanjakan oleh ketajaman Modeste sejak pertama kali dia bermain dengan seragam merah-putih kebanggaan mereka. Dalam laga debut kompetitifnya, pemain kelahiran 14 April 1988 itu sudah sukses mencetak hat-trick meskipun lawannya saat itu "hanyalah" klub divisi bawah, SV Meppen. Bahkan, gol pertama Modeste ke gawang Meppen itu merupakan gol tercepat Koeln dalam sejarahnya di DFB-Pokal — dicetak dalam tempo 45 detik.

Pada musim 2015/16 itu, Modeste berhasil mencetak 18 gol untuk Koeln di Bundesliga dan DFB-Pokal. Lalu, pada musim berikutnya, dia menjalani musim terbaik sepanjang karier profesionalnya. Modeste mencetak 25 gol di Bundesliga dan menjadi topskorer ketiga kompetisi di bawah Pierre-Emerick Aubameyang dan Robert Lewandowski. Torehan itu sekaligus mengantarkan Koeln lolos ke kompetisi Eropa untuk pertama kalinya dalam seperempat abad.

Sayangnya, Modeste tidak pernah merasakan berkiprah di kompetisi Eropa bersama Koeln. Setelah menjalani musim terbaiknya itu, dia justru hengkang ke China. Kepindahan ini sendiri pada akhirnya berujung bencana. Modeste tak mendapat banyak menit bermain bersama Tianjin Quanjian dan memilih kabur. Kasus ini pun dibawa oleh Tianjin Quanjian sampai ke pengadilan olahraga.

Modeste sudah digoda untuk pindah ke Tianjin Quanjian pada pertengahan musim 2016/17. Akan tetapi, karena kedua klub gagal meraih kesepakatan, Koeln memutuskan untuk tidak melanjutkan negosiasi. Baru pada musim panas 2017 Modeste resmi pindah ke China dengan status pinjaman selama dua tahun plus opsi pembelian.

Baru setengah jalan, Modeste sudah tidak betah. Modeste berdalih bahwa dia kabur karena tak mendapat banyak kesempatan bermain. Namun, menilik catatan Transfermarkt, selama di Tianjin Quanjian dia turun berlaga 29 kali di semua ajang. Dia juga bisa mengemas 16 gol serta 8 assist. Itulah mengapa, ketika Modeste menuntut Tianjin Quanjian untuk melepaskannya dari kontrak, pihak klub mengajukan tuntutan balik.

Modeste kabur dari China dan kembali ke Jerman. Di Jerman, dia kembali menjalin kontrak dengan Koeln yang harus berlaga di Bundesliga 2. Ya, tanpa Modeste, Koeln kesulitan baik di Liga Europa maupun Bundesliga. Mereka pun terdegradasi sebagai juru kunci Bundesliga musim 2017/18.

Namun, meski sudah meneken kontrak dengan Koeln, Modeste tak bisa langsung bermain karena masih terlibat sengketa kontrak dengan Tianjin Quanjian. Baru pada Februari 2019 alias paruh musim kedua, Modeste diberikan izin oleh FIFA untuk kembali bermain untuk Koeln. Ketika itu, sengketa kontrak sebetulnya belum benar-benar usai tetapi Tianjin Quanjian akhirnya menyerah dan memberi izin bagi Modeste untuk melanjutkan karier di Jerman.

Modeste tampil lumayan untuk Koeln pada paruh kedua musim 2018/19 itu dengan mencetak 6 gol dari 10 penampilan. Koeln pun sukses meraih promosi ke Bundesliga dengan status juara. Sayangnya, ketika kembali berkiprah di Bundesliga pada musim 2019/20, penampilan Modeste turun drastis. Rangkaian penampilan buruk ini pun berlanjut sampai ke musim 2020/21 di mana dia tak mampu mencetak gol sebiji pun.

Akhirnya, pada musim dingin 2021, Koeln melepas Modeste ke Saint-Etienne dengan status pinjaman. Namun, peminjaman tersebut nyatanya tidak membantu apa-apa. Modeste tampil 8 kali di Ligue 1 dan Coupe de France untuk Saint-Etienne tanpa bisa mencetak gol maupun assist. Modeste kembali ke Koeln pada awal musim 2021/22 dengan kepala tertunduk.

Apa yang dialami Modeste di Koeln itu sebetulnya merupakan cerminan dari apa yang terjadi pada klub. Ada instabilitas yang sempat menghinggapi mereka selama tiga musim. Setelah terdegradasi pada akhir musim 2016/17, Koeln memecat pelatih Peter Stoeger yang mampu mengoptimalkan kemampuan Modeste. Di Bundesliga 2, Koeln juga memecat pelatih Markus Anfang sebelum musim berakhir.

Pada musim 2019/20, Koeln menunjuk Markus Gisdol sebagai pelatih. Gisdol sebetulnya masih sering memainkan Modeste sebagai ujung tombak. Akan tetapi, fungsinya dikebiri. Dia tidak lagi menjadi juru gedor utama, tetapi sebagai pemantul untuk pemain-pemain cepat yang mengapitnya. Menit bermainnya pun berkurang drastis karena Gisdol lebih suka memainkan Jhon Cordoba.

Pendekatan Gisdol itu membuat produktivitas Modeste anjlok. Gisdol pun, pada awal Februari 2021, memberikan lampu hijau bagi Modeste untuk mengasah ketajaman di Ligue 1. Untung bagi Modeste, ketika dia kembali dari Saint-Etienne, Gisdol sudah angkat kaki. Pada 11 April 2021, dia dipecat dan digantikan oleh Friedhelm Funkel.

Funkel sendiri cuma dikontrak Koeln sampai akhir musim 2020/21. Dia diberi target menyelamatkan klub dari degradasi dan berhasil. Namun, memang sampai situ saja kepercayaan Koeln untuknya. Jelang musim 2021/22 bergulir, The Billy Goats menunjuk Steffen Baumgart sebagai nakhoda baru.

Modeste kembali ke Koeln dengan kepala tertunduk. Akan tetapi, dalam diri Baumgart, muncul secercah harapan untuknya. Baumgart hadir dengan pendekatan segar yang memungkinkan Modeste untuk menemukan kembali performa terbaiknya.

Di bawah Baumgart, Modeste dimainkan sebagai salah satu dari dua penyerang bersama Mark Uth. Meski tampak sebagai tombak kembar, peran kedua pemain sangatlah berbeda. Uth tak jarang turun ke area permainan sendiri untuk menjemput bola dan terlibat aktif dalam bangun serangan. Sedangkan, Modeste diperintahkan untuk benar-benar menjadi ujung tombak. Dia adalah pemain terdepan Koeln yang acap berdiri sejajar dengan bek lawan.

Sebagai pemain terdepan, tugas utama Modeste tentu saja menerima umpan lalu mencetak gol. Akan tetapi, bukan cuma itu yang dia lakukan. Pemain kelahiran Cannes, Prancis itu juga merupakan pemain bertahan pertama Koeln saat tim kehilangan bola. Dengan begitu, Koeln bisa merusak bangun serangan lawan sejak awal lalu melakukan transisi cepat untuk kembali menyerang.

Tugas itu diemban dengan baik oleh Modeste dan dia mengakui Baumgart sebagai aktor terpenting di balik penampilan impresifnya musim ini. "Peter Stoeger dan Steffen Baumgart sama-sama memberi kepercayaan yang kubutuhkan. Mereka berdua memahami kelebihanku," ucap Modeste kepada situs resmi Bundesliga.

"Steffen Baumgart berkata bahwa aku harus membuktikan kemampuan kepada para pengkritik. Ketika aku merasakan kepercayaan dan apresiasi dari pelatih, aku rela mati untuk mereka. Jika seseorang membantuku, aku bakal membayar apa yang mereka berikan," sambungnya.

Berkat Baumgart, Modeste kembali menemukan jati dirinya. Berkat Modeste, Koeln kembali menemukan kebahagiaan. Meski demikian, Modeste mesti berhati-hati untuk tidak membuat pelatihnya kesal. Dia pernah melakukan itu saat mencuri topi Baumgart kala merayakan gol ke gawang Union Berlin. Jika semua terus berjalan lancar, bukan hal mustahil bagi Koeln untuk segera kembali ke Eropa musim depan.