Apa Sudah Waktunya Jota Gantikan Firmino di Lini Depan Liverpool?

Foto: Twitter @DiogoJota18

Jota atau Firmino: Siapa yang lebih layak untuk menjadi starter di lini depan Liverpool? Well, sebetulnya, sih, keduanya bisa digunakan untuk berbagai situasi berbeda.

Akhir pekan lalu, setelah Diogo Jota mencetak gol kemenangan Liverpool atas West Ham, kami mengadakan sebuah urun pendapat di Twitter. Kami mengajak fans Liverpool memilih siapa yang harusnya main sejak awal: Digo Jota, Firmino, atau justru keduanya?

Dari urun pendapat tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa 55,1% dari total 156 koresponden menginginkan Jota yang bermain sejak awal, sedangkan Firmino duduk di bangku cadangan.

Pilihan itu memang bukan tanpa dasar. Jota lagi tajam-tajamnya. Kami juga yakin jika urun pendapat itu dilakukan seusai Jota mencetak tiga gol ke gawang Atalanta, persentase yang memilihnya untuk jadi pilihan utama Liverpool akan lebih besar lagi.

Lalu, apa memang sudah saatnya Jota menggantikan Firmino sebagai penggawa inti di lini depan Liverpool?

Mari kita lihat dulu dari kelebihan Jota. Sejak diboyong dari Wolves pada bursa transfer musim panas 2020, pemain berpaspor Portugal itu muncul sebagai sosok yang sangat tajam. Total, dari 500 menit bermain di semua kompetisi, dia sudah berhasil mencetak 7 gol. Jumlah itu jauh lebih banyak dari Firmino yang baru menciptakan sebiji gol dalam 742 menit berlaga di seluruh kompetisi.

Torehan 7 gol itu menunjukkan bahwa Jota adalah sosok yang pintar menemukan ruang dan menyelesaikan peluang. Kepintaran itu tak lepas dari kejelian Jota dalam memaksimalkan kecepatan yang dia miliki. Tengok saja bagaimana gol-golnya di laga melawan Atalanta tengah pekan lalu.

Jota tahu betul dia cepat dan itu membuatnya mudah melepaskan diri dari kawalan lawan. Terlebih jika ruang di depannya terbuka lebar. Gol pertama di Bergamo membuktikannya. Kala itu dia memaksimalkan kecepatan untuk lepas dari kawalan Luis Palomino dan kemudian menyelesaikan umpan terobosan Trent Alexander-Arnold dengan sempurna.

Gol kedua juga demikian. Kali ini Jota berhasil lolos dari pegangan Hans Hateboer untuk menyambut umpan lambung Joe Gomez. Kebetulan ruang yang ada memang terbuka, karena garis pertahanan Atalanta agak naik. Jadilah dengan kontrol sempurna, pemain berusia 23 tahun itu berhasil mencetak gol keduanya.

Pada gol ketiga, Jota kembali menunjukkan bahwa kecepatan adalah senjatanya. Melalui skema serangan balik yang digawangi Sadio Mane, Jota berhasil memaksimalkan celah di garis pertahanan tinggi Atalanta untuk menciptakan gol. Gerakan larinya luar biasa, penyelesaian akhirnya juga mantap.

Kecepatan, kejelian melepaskan diri dari lawan, dan kepiawaian menyelesaikan peluang itulah yang membedakan Jota dari Firmino. Kita juga bisa membandingkan dari angka xG (expected goals) milik keduanya. xG Jota di dalam area penalti ada di angka 1,31 dan xG-nya dalam area luar kotak penalti ada di angka 0,08. Sementara itu, Firmino hanya memiliki xG 0,82 di dalam area penalti dan 0,03 di luar area penalti.

[Anda bisa membaca penjelasan mengenai xG lewat tulisan ini: Mengukur Ekspektasi Lewat xG]

Melihat statistik dan rangkaian penampilan, untuk menghadapi tim yang bermain dengan skema tiga bek seperti Atalanta, Jota memang pilihan yang lebih baik. Sebab dia sering kali berada dalam situasi 1 vs 1 dengan bek tengah lawan dan dalam situasi tersebut Jota akan unggul dengan kecepatannya.

Pun begitu ketika menghadapi tim yang menerapkan garis pertahanan tinggi. Jota sangat bisa dimaksimalkan untuk menyerang celah di belakang lini pertahanan lawan lewat kecepatannya. Bersama Mane dan Mohamed Salah yang juga sangat cepat, ketiganya akan jadi senjata mematikan buat lawan.

Firmino sendiri bisa lebih berguna ketika The Reds menghadapi tim yang bermain dengan lini pertahanan yang dalam dan kompleks. Kemampuan Firmino menjadi penghubung dan bagaimana dia seringkali jadi pembuka ruang buat pergerakan Mane dan Salah sangat tepat untuk situasi seperti itu. Jota kemudian bisa jadi super-sub.

Jika itu kelebihan, mari kita bicara soal kelemahan. Dalam sistem Liverpool yang membutuhkan pemain depan yang mampu memberi tekanan dan melakukan aksi defensif untuk merebut bola, Jota sejauh ini bukanlah sosok yang ideal. Terlebih jika dibandingkan dengan Firmino.

Sebenarnya Jota sudah punya bekal dengan catatan 1,3 tekel sukses per 90 menit di Premier League. Angka itu lebih tinggi dari Firmino yang cuma mencatatkan 1 tekel sukses per 90 menit. Namun, dari situasi di lapangan, pressing dan awareness Firmino dalam bertahan masih lebih baik. Mungkin karena dia juga lebih lama bermain dalam sistemnya Klopp.

Salah satu pertandingan yang menunjukkan kelemahan Jota itu ada pada laga vs Aston Villa. Kala Liveprool kalah 2-7 itu, Jota seringkali terlambat membantu Andy Robertson mengover sisi kiri Liverpool. Dia juga kurang tangkas dalam melakukan pressing.

Padahal, jika dia bisa cepat beradaptasi dalam urusan ofensif, seharusnya Jota juga mampu beradaptasi dalam urusan defensif. Apalagi jika dia kembali dipercaya jadi penyerang tengah untuk mengganti Firmino yang memang selama era Klopp dikenal punya peran sebagai defensive forward.

Pada Minggu (8/11) malam, Liverpool akan menjalani salah satu laga terberat mereka musim ini: menghadapi Manchester City di Etihad. Jika Jota dimainkan sebagai starter, itu akan jadi ujian sesungguhnya buat menilai atribut defensif eks-pemain Atletico Madrid tersebut.

Sebab, Jota pasti dituntut untuk melakukan tekanan kepada bek tengah plus holding midfielder City ketika melakukan build-up. Yang menarik, dalam laga melawan Atalanta lalu, Jota sama sekali tak melakukan aksi defensif. Dia tak mencatatkan intersep atau tekel sama sekali.

Kalau Firmino, sih, sudah mafhum terhadap ini karena dia memang jagonya dalam mengganggu build-up lawan dan membuat holding midfielder tak nyaman. Kebetulan, Firmino juga sering subur kala menghadapi City. Total, sepanjang kariernya bersama Liverpool, pemain asal Brasil itu mampu mencetak lima gol ke gawang The Citizens.

Namun, bila ternyata Jota yang main dan dia sukses melaksanakan tugas defensifnya --plus, tentunya juga mencetak gol--, rasanya pertanyaan di paragraf empat akan dijawab dengan: Iya, sudah saatnya.

Meski, semua akan balik lagi pada kehendak Klopp sebagai manajer. Dalam konferensi pers termutakhir untuk laga melawan City, sih, Klopp masih ngomong begini: "Bobby (Firmino) dalam begitu banyak laga membuat perbedaan bagi kami, dengan atau tanpa mencetak gol. Jika orang tidak dapat melihatnya, saya tidak dapat membantu mereka."

Nah, lho...