Apa yang Bisa Olivier Giroud Berikan untuk Milan?

Sumber foto: Twitter @_OlivierGiroud_

Giroud baru saja didatangkan Milan dari Chelsea. Lalu, apa yang bisa diberikan Giroud untuk Milan?

Zlatan Ibrahimovic mendeklarasikan diri sebagai raja di Kota Milan. Jika dikerucutkan ke AC Milan, pernyataan Ibrahimovic ada benarnya.

Ibra menjadi topskorer Milan di Serie A dengan koleksi 15 gol dari 19 laga yang dimainkan. Saat Ibra absen karena mengalami cedera, Milan sembilan kali tak menang dengan rincian empat kali kalah sisanya imbang.

Sialnya, Milan tak punya juru gedor andal selain Ibra. Memang, Franck Kessie bisa membuat 13 gol untuk Rossoneri di Serie A musim lalu. Akan tetapi, 10 gol yang dibuat pemain asal Pantai Gading itu lahir dari titik penalti.

Milan sebenarnya punya Rafael Leao dan Ante Rebic. Keduanya belum begitu konsisten untuk bisa menjadi pendulang gol Milan. Rebic bisa mengemas 11 gol, sementara Leao cuma menciptakan enam gol.

Tak heran, di pertengahan musim, Milan mendatangkan Mario Mandzukic. Penyerang Kroasia itu diproyeksikan sebagai pelapis Ibra yang suka absen karena masalah kebugaran.

Alih-alih jadi pelapis, Mandzukic sering berkutat di ruang perawatan. Penyerang berusia 35 tahun itu cuma sekali menjadi starter dan sembilan kali masuk sebagai pemain pengganti. Ia pun tak bisa membuat gol dan assist selama berseragam merah hitam khas Milan.

Manajemen Milan pun berbenah menyambut musim 2021/22. Terlebih, mereka akan manggung di Liga Champions, kompetisi yang sudah mereka tak ikuti selama tujuh musim.

Salah satu nama yang sudah dihadirkan Milan adalah Olivier Giroud. Penyerang asal Prancis itu didatangkan Milan dari Chelsea dengan mahar sebesar 2 juta poundsterling. Giroud juga mendapatkan kontrak selama dua musim ke depan.

Pertanyannya: Apa yang bisa diberikan Giroud untuk Milan?

Satu hal yang pasti, Giroud akan memberikan pengalaman bertandingnya ke skuad muda Milan. Apalagi, musim lalu skuad Milan menjadi yang termuda di Serie A dengan rata-rata 25 tahun.

Giroud sudah kenyang pengalaman di pentas Eropa. Dua turnamen besar Eropa, yakni Liga Europa dan Liga Champions, berhasil ia menangi. Bahkan, Giroud pernah tercatat sebagai topskorer Liga Europa 2018/19 dengan kemasan 11 gol.

Di level domestik, Giroud juga sangat hebat. Empat gelar FA Cup berhasil ia sumbangkan untuk Arsenal dan Chelsea -rincinya tiga untuk The Gunners dan satu untuk The Blues. Pria yang mengaku punya darah Italia itu juga pernah memenangi Ligue 1 bersama Montpellier di musim 2011/12.

Itu baru level klub, bersama Timnas Prancis karier Giroud juga menterang. Pria berusia 35 tahun itu menjadi bagian skuad Prancis saat juara dunia 2018 di Rusia. 

Giroud juga menjadi pencetak gol kedua terbanyak sepanjang masa Prancis setelah Thierry Henry. Kini, penyerang yang kuat dengan kaki kiri itu sudah membuat 46 gol dalam 108 pertandingan bersama Les Blues. Untuk urusan trofi, Giroud lebih banyak mendapatkan gelar prestisius ketimbang Ibra.

Itu dari segi pengalaman, di atas lapangan kehadiran Giroud juga akan berdampak penting untuk permainan Milan. Giroud merupakan penyerang nomor sembilan tradisional yang ada di dunia saat ini.

Ia tidak punya kecepatan. Namun, penempatan posisi dan kemahirannya menyelesaikan peluang dari sudut yang sulit patut diacungi jempol.

Giroud juga bisa menjadi pemantul bagi lini kedua Milan untuk melakukan kombinasi merangsek masuk ke kotak penalti lawan. Kemampuan ini akan cocok bila Milan menghadapi tim dengan barisan pertahanan rapat dan rendah.

Variasi lain dengan kehadiran Giroud adalah umpan silang. Tubuhnya yang kekar ditambah kemampuan duel udara yang baik membuat Giroud piawai dalam meneruskan umpan silang. Dari enam gol Giroud yang dicetak di Liga Champions musim lalu, dua di antaranya lahir melalui kepala.

Untuk menunjang duel udara Giroud yang apik, Milan harus memaksimalkan kedua bek sayapnya melepas umpan silang. Musim lalu, Theo Hernandez dan Davide Calabria melakukan rata-rata 1 umpan silang per 90 menitnya.

Milan juga memiliki Ante Rebic yang biasa beroperasi di winger. Rebic memiliki rata-rata crossing 0,5 per 90 menit dan bisa membuat empat assist musim lalu.

Kemampuan Giroud yang kuat dalam menahan bola membuat Milan bisa bermain lebih direct. Apalagi, Milan punya Simon Kjaer dan Fikayo Tomori yang cukup sering melepaskan long ball.

Long ball bisa melepaskan Milan dari jeratan pressing pemain depan lawan. Mereka akan mem-bypass lini tengah lawan dan langsung menujukan bola kepada Giroud.

Bicara membuat gol, Giroud masih cukup tajam. Musim lalu, ia membuat 12 gol dari 1533 menit penampilannya bersama Chelsea di lintas ajang. Jumlah itu sama dengan Timo Werner yang memiliki menit bermain lebih banyak ketimbang dirinya.

Kehadiran Giroud tak cuma soal menyerang saja. Eks pemain Arsenal ini juga piawai untuk mengganggu pemain bertahan lawan dalam membangun serangan.

Atribut bertahan Giroud ini yang digunakan Prancis saat menjadi juara Piala Dunia 2018. Giroud akan menekan pemain belakang lawan yang menguasai bola.

Statistik memperlihatkan Giroud melakukan 135 kali pressing kepada lawan sepanjang Piala Dunia 2018. Giroud juga sukses membuat delapan intersep dan sapuan selama turnamen.

Ini yang juga bisa dimaksimalkan Milan dari seorang Giroud. Saat Stefano Pioli menerapkan pressing seperti paruh pertama musim lalu, Giroud bisa memimpin rekan-rekannya. Ia akan menjadi orang pertama yang mengganggu pemain lawan kala menguasai bola.

Lalu, apakah Giroud akan bersaing dengan Ibrahimovic atau malah akan berduet di lini depan Milan?

Kans untuk menduetkan Ibra dan Giroud terbuka cukup lebar. Giroud juga tak segan bermain bersama Ibra di lini depan AC Milan.

"Ibra contoh untuk para pemain muda, salah satu penyerang terbaik di Serie A dan saya tak sabar bermain bersamanya. Saya pikir kami akan bersenang-senang," ucap Giroud kepada Milan TV.

Masalah yang akan menghinggapi Giroud adalah pemilihan nomor punggung. Giroud akan menggunakan nomor punggung sembilan di Milan.

Selepas Filippo Inzaghi, pemain Milan bernomor sembilan tak ada yang moncer. Penyerang sekelas Higuain yang pernah jadi top skor Serie A saja cuma membuat enam gol dari 15 laga. Pun dengan Mandzukic di musim lalu yang tak bisa berkontribusi banyak untuk Milan.

Apakah Giroud akan melepas kutukan tersebut? Malah ikut-ikutan flop seperti pemain-pemain bernomor sembilan sebelumnya? Atau dia termasuk pemain yang tidak percaya pada kisah kutukan di lapangan sepak bola?