Apa yang Dibutuhkan Milan agar Tak Melempem di 2021/22?

Foto: Twitter @acmilan.

Tampil superior di paruh pertama Serie A 2020/21, Milan oleng di paruh kedua. Untungnya tetap dapat merebut tiket Liga Champions 2021/22. Setidaknya ada 3 sektor yang mesti diperbaiki Milan dalam menyambut musim baru.

Musim 2021/22 bagi AC Milan segera dimulai. Pada laga perdana Serie A, mereka akan bertanding melawan Sampdoria. Akan tetapi, Serie A bukan menjadi satu-satunya kompetisi yang mesti dilakoni Milan. 

Setelah tujuh musim, Milan akhirnya bisa kembali berlaga di Liga Champions. Target meninggi, kebutuhan akan tim yang mumpuni juga pasti ikut naik--apalagi jika melihat seperti apa perjalanan mereka pada musim lalu.

Milan melakoni musim 2020/21 sebagai kandidat kuat juara Serie A. Anggapan itu muncul melihat catatan tidak terkalahkan di paruh pertama Serie A 2020/21. Namun, suporter Milan kembali gigit jari. Lagu lama inkonsistensi kembali dimainkan setelah catatan tak terkalahkan dalam 27 laga Serie A mereka dihentikan oleh Juventus pada Januari 2021. Beruntung pada akhirnya Milan dapat menutup Serie A 2020/21 sebagai runner-up.

Dengan bursa transfer musim panas yang akan berakhir dalam hitungan hari, tugas Paolo Maldini dan Ricky Massara kian menjadi. Berlomba dengan waktu, mereka mesti segera mencari solusi untuk memenuhi sektor-sektor yang masih membutuhkan perbaikan.

Keputusan Milan untuk mendatangkan Olivier Giroud hingga kini terbukti tepat. Pemain asal Prancis ini turun arena dalam 4 laga uji coba dan mencetak 3 gol. Meski tak lagi muda, untuk sementara Giroud dapat menggantikan peran Zlatan Ibrahimovic yang dikabarkan mesti rehat hingga September 2021 akibat cedera. Meski Giroud cukup moncer dan Ibrahimovic diprediksi akan kembali dengan ketajamannya, Milan dinilai tetap membutuhkan penyerang baru. 

Untuk memenuhi kebutuhan itu, Milan dikabarkan tengah berupaya mendatangkan penyerang muda Italia yang kini bermain di AS Monaco, Pietro Pellegri. Skema pinjaman dengan opsi pembelian dianggap sebagai cara yang tepat untuk mendatangkan Pellegri karena menjadi win win solution. Milan membutuhkan pelapis, Pellegri membutuhkan pengalaman. Meski digadang-gadangkan sebagai calon bomber masa depan, Pellegri masih minim jam terbang. Pada Ligue 1 2020/21, menit bermainnya hanya ada di angka 216 dengan torehan 1 gol. 

Terlepas dari efektif tidaknya mendatangkan Pellegri, lini serang Milan tidak menjadi satu-satunya area yang membutuhkan perbaikan. Lantas, apa saja yang dibutuhkan Rossoneri agar tak melempem di tengah jalan?

Siapa Pemain Nomor 10?

Jika Stefano Pioli tetap ingin memainkan 4-2-3-1, manajemen mesti segera mendapatkan gelandang serang berkualitas top. Bagaimanapun, pemain seperti ini diperlukan untuk memastikan serangan dapat berlanjut ke final third. 

Punya penyerang mematikan tetapi tidak punya penghubung dari lini tengah ke area pertahanan lawan sama saja berperang dengan senjata aus. Barangkali kebutuhan ini pula yang menyebabkan Milan acap dikaitkan dengan rumor kedatangan Nikola Vlasic dari CSKA Moskva.

Milan bukannya tidak memiliki gelandang serang meski ditinggalkan oleh gelandang kreatif seperti Hakan Calhanoglu. Masalahnya, performa Diaz pada musim 2020/21 kurang meyakinkan. Ia membuat 8 kontribusi gol dalam 26 penampilan musim lalu. 

Tanda tanya soal efektivitas mengandalkan Diaz juga kian besar jika mengingat statistik npxG+xA-nya yang musim lalu hanya mencapai 0,36 per 90 menit. Angka ini bahkan lebih rendah daripada Calhanoglu yang mencatatkan nilai 0,47 untuk atribut serupa.

Agar Sayap Kanan Tak Semrawut Lagi

Sayap kanan yang acap membuat tekanan darah suporter Milan naik adalah sektor yang mesti dibenahi agar tak menutup musim 2021/22 dengan penyesalan. Samu Castillejo dan Alexis Saelemaekers sering didapuk untuk mengisi pos ini pada musim lalu. 

Masalahnya, penampilan keduanya masih ada di kelas medioker. Jika ditotal, mereka hanya berkontribusi pada 13 gol dalam 73 pertandingan Milan musim lalu. Itu berarti hanya sekitar 13% dari total gol Milan musim lalu. 

Jangan lupa bahwa musim ini Milan tak hanya berlaga di kompetisi lokal, tetapi juga kompetisi mahaprestisius seperti Liga Champions. Mengelu-elukan keberhasilan menembus Liga Champions setelah absen tujuh musim, lalu terhenti di babak awal sama saja dengan mencari malu. 

Berangkat dari situ, rumor seputar upaya memburu tanda tangan Josip Ilicic mengemuka. Perhatikan apa yang dibuatnya bersama Atalanta dalam dua musim terakhir. Pada 2019/20, ia berperan sebagai penyelesai dan bertandem sebagai Papu Gomez yang lebih sering berperan sebagai pemberi service. Dari situ, catatan xA-nya ada di angka 7,09, sedangkan xG-nya ada di titik 10,30. 

Lantas pada musim 2020/21, situasinya berbalik. Statistik xG-nya menurun menjadi 5,75, sementara xA-nya mencapai 10,87. Perubahan ini diprediksi sebagai imbas dari kepergian Papu Gomez. Dengan begitu, Ilicic beralih peran sebagai pemberi service.

Perbaikan di area sayap kanan mulai terlihat dengan kedatangan Alessandro Florenzi. Penggawa Timnas Italia ini sebenarnya diplot sebagai bek kanan baru untuk Milan. Posisi natural Florenzi adalah wingback, tetapi dapat diandalkan sebagai full-back. Di sisi sayap, ia dapat berperan sebagai distributor yang dapat mendorong bola ke depan secara agresif dengan mengandalkan kecepatannya.

Umpan jarak jauh menjadi highlight permainan Florenzi. Dia bukan pemain yang gentar untuk mengalirkan bola bahkan jauh ke sayap yang berlawanan. Jika dirata-rata, Florenzi mampu melepas 4,91 umpan panjang per 90 menit dan memiliki 81,7% penyelesaian passing.

Distribusi Florenzi dilengkapi dengan kemampuan crossing-nya. Ia dapat diandalkan saat harus memanfaatkan ruang di sayap dan membuat umpan silang dari dalam area sepertiga penyerang. 

Umpan silangnya biasanya melayang tinggi dengan kemiringan yang tajam. Umpan seperti ini seharusnya efektif untuk striker tinggi seperti Zlatan Ibrahimovic dan Olivier Giroud. Mengutip statistik FBRef, produktivitas Florenzi ditandai dengan rata-rata 3,68 umpan silang per 90 menit dan 0,84 umpan silang ke dalam kotak per laga.

Kedalaman Sektor Gelandang

Memermanenkan Sandro Tonali dipandang sebagai langkah cerdik untuk memperkuat lini tengah Milan. Ditambah lagi Franck Kessie dan Ismael Bennacer membuktikan bahwa keduanya adalah duet brilian yang dimiliki oleh Milan di area ini. 

Milan membutuhkan kedalaman skuat, terlebih karena pada awal 2022 Kessie dan Bennacer akan membela negara mereka di AFCON 2021. Milan sebenarnya memiliki Tommaso Pobega. Akan tetapi, pilihan ini rasanya menjadi rancu karena Pobega adalah gelandang nomor 8. Ia efektif untuk bermain lebih tinggi, tetapi tidak memiliki kedisiplinan yang dibutuhkan untuk berperan sebagai double pivot bersama Tonali. Lagi pula, Pobega dikabarkan akan segera dipinjamkan. 

Meski demikian, Milan pun tengah dikaitkan dengan Yacine Adli, gelandang berbakat FC Girondins de Bordeaux. Fleksibilitas taktis Adli membuatnya menjadi kandidat yang menarik.