Apakah Adeyemi Berikutnya?

Foto: @karim_adeyemi.

Setelah Erling Haaland, Patson Daka, dan Dominik Szoboszlai, giliran Karim Adeyemi yang diorbitkan oleh RB Salzburg.

Sebuah gol menjadi penutup debut bocah 19 tahun bernama Karim Adeyemi untuk Jerman. Dengan debut dan gol tersebut, apakah ia akan meneruskan cerita tentang anak-anak ajaib di sepak bola?

Adeyemi lahir dari perpaduan darah Nigeria dan Rumania. Sebagaimana anak-anak lain, ia memulai sepak bola dari lapangan yang paling dekat dengan rumah. Jalan hidupnya di sepak bola mulai cerah saat akademi Bayern Muenchen mendatanginya.

Dua tahun dihabiskan Adeyemi di akademi Bayern. Nama yang makin menonjol membuat Adeyemi tidak beraturan. Ia mulai enggan mengikuti latihan sampai telat di hari pertandingan. Penampilannya di atas lapangan perlahan mulai angin-anginan.

Puncaknya, Bayern memberikan ultimatum dan salah satu isinya tentang kontrak. Adeyemi dan Bayern pada akhirnya tidak menemukan kata sepakat dan resmi berpisah.

SpVgg Unterhaching jadi penyelamat karier Adeyemi. Adeyemi ditemukan oleh presiden Unterhaching, Manfred Schwabl, saat tengah bermain sepak bola amatir. Unterhaching punya banyak pencari bakat di Jerman. Dan, sepak bola amatir adalah cara mereka menyortir bakat-bakat tersebut.

“Saat pertama melihatnya, saya melihat potensi yang amat besar dan parasnya yang tidak seperti bocah bengal,” kata Schwabl kepada Sueddeutsche Zeitung. “Soal potensi, saya benar. Namun, saya salah soal sikap. Ia adalah anak yang susah diatur.”

Untuk membuat Adeyemi lebih baik, Schwabl mengirimkannya ke sekolah rekanan. Bersama sekolah tersebut, Schwabl membuat sebuah perjanjian untuk Adeyemi: Jika ia tidak mengerjakan tugas dan belajar, ia tidak diperbolehkan untuk mengikuti latihan.

Lambat laun, Adeyemi berubah lebih baik. Saat RB Salzburg datang dan memberikan tawaran kepada Unterhaching, Schwabl berkata bahwa Salzburg tidak hanya mendapatkan pemain muda potensial, tapi juga anak yang pandai di bidang akademik.

Salzburg bukan satu-satunya klub datang memberikan tawaran kepada Unterhaching. Jauh sebelum mereka, menurut Schwabl, ada Chelsea, Liverpool, hingga Bayern Muenchen yang menginginkan jasanya.

Semua tawaran ditolak Schwabl dengan dalih Adeyemi butuh tempat untuk membuatnya bisa tetap berprestasi di sekolah.

***

“Persaingan sepak bola amatir di Jerman sangat gila,” kata Steffen Galm, mantan kepala pencari bakat Unterhaching. “Sangat sulit bagi pemain untuk mendapatkan kesempatan bermain secara penuh.”

Persaingan ketat memaksa banyak pemain muda mandek. Bahkan, menurut Galm, 15 menit adalah waktu yang cukup panjang bagi pemain muda untuk unjuk kebolehan. “Jika mereka gagal di kesempatan tersebut, bisa jadi mereka tidak punya kesempatan di lain hari,” imbuhnya.

Unterhaching membaca potensi bermain di pasar sepak bola amatir. Banyaknya pencari bakat berpengalaman membuat mereka dengan mengendus pemain muda yang potensial. Adeyemi adalah salah satu pemain muda yang mereka tangkap.

Musim lalu, Adeyemi lebih banyak dimainkan sebagai pemain cadangan oleh pelatih Jesse Marsch. Jika tidak diturunkan sebagai gelandang serang, ia akan bermain sebagai penyerang lubang.

Cederanya Sekou Koita jadi alasan mengapa Adeyemi banyak dimainkan di posisi penyerang. Sebagai penyerang, ia punya tipikal untuk turun menjemput bola dan dari sini kejutan-kejutan bakal ia lakukan.

Sebagai pemain yang memiliki postur kecil, Adeyemi amat lincah dan gesit. Ia pun jago menahan bola. Tidak hanya saat melakoni dribel, tapi juga saat diharuskan menghadapi lawan yang punya badan lebih besar.

Meski bermain sebagai penyerang, Adeyemi bukan tipe pemain yang rutin mengakhiri aksi dengan percobaan. Ia lebih sering mengirimkan umpan ke pemain lain, yang berada di posisi atau punya peluang lebih baik.

Bersama Patson Daka, keduanya jadi kombinasi yang menakutkan di depan. Adeyemi menempati sisi kiri, sedangkan Daka di kanan. Aksi Adeyemi yang diakhiri oleh Daka nyaris selalu menjadi kunci Salzburg mencetak gol musim lalu.

Berdasarkan data Total Football Analysis, Adeyemi membukukan sembilan gol dari 5,24 xG pada musim 2019/20. Pada tahun 2020, ia mencetak total 12 gol dari 8,21 xG. Pada musim lalu, 7 dari 15 percobaan yang ia buat ke gawang lawan berbuah gol.

***

Ada banyak alasan mengapa RB Salzburg mampu mengorbitkan banyak pemain muda. Salah satunya adalah teknologi. Menurut Ernst Tanner, mantan kepala akademi Salzburg, teknologi membantu pemain muda mendapatkan potensi terbaiknya.

“Tanpa teknologi, pemain tidak akan pernah tahu secara spesifik apa kelebihan dan kekurangan mereka. Di sini, kami punya banyak alat untuk mengolah kelebihan dan kekurangan,” kata Tanner.

Adeyemi menjadi salah satu pemain yang merasakan manfaat dari sarana tersebut. “Itu semua membantu saya berkembang. Tidak banyak tim yang memperhatikan hal tersebut untuk mengembangkan pemain-pemain muda,” katanya.

Pada usia 17 tahun, Adeyemi dinobatkan sebagai pemain muda terbaik lewat penghargaan Fritz Walter. Sebelumnya, penghargaan tersebut dimenangkan oleh nama-nama macam Mario Gotze, Emre Can, dan Timo Werner.

Penghargaan untuk Adeyemi tidak hanya berupa gelar. Menurut Christoph Freund, Direktur Olahraga Salzburg, Barcelona bahkan sudah memberikan tawaran senilai 15 juta euro untuk mengamankan jasanya.

Setelah Erling Haaland, Daka, dan Dominik Szoboszlai, apakah Adeyemi berikutnya?