Apakah Matheus Cunha adalah Jawaban?

Foto: @mathcunha.

Keputusan Atletico mendatangkan Matheus Cunha terbilang menarik. Apakah ia jawaban dari perubahan yang (mungkin) dilakukan Diego Simeone?

Ada yang berbeda dengan Atletico Madrid pada dua pekan awal La Liga 2021/22.

Selama periode tersebut, penyerang utama mereka musim lalu, Luis Suarez, baru diturunkan pada pertengahan babak kedua. Pada laga perdana La Liga saat bersua Celta Vigo, Suarez baru main pada menit ke-65. Berikutnya, saat melawan Elche, ia baru masuk pada menit ke-62.

Pelatih Atletico, Diego Simeone, sempat mengemukakan alasan belum dipilihnya Suarez sebagai starter. Menurut Simeone, meski telah mengikuti latihan sejak awal Agustus lalu, Suarez dirasa belum mencapai performa terbaiknya.

Sebelumnya, Atletico juga kehilangan Joao Felix yang mengalami cedera engkel saat membela Portugal di Euro 2020. Tanpa dua pemain ini, Simeone menurunkan Angel Correa dan Yannick Carrasco sebagai ujung tombak.

Tanpa Suarez dan Felix, Atletico mampu meraih 6 poin. Dua kemenangan tersebut juga menjadikan mereka—bersama Sevilla—sebagai tim yang selalu meraih kemenangan dalam dua pertandingan awal La Liga 2021/22.

Dua kemenangan tersebut tidak lantas membuat Simeone puas. Usai pertandingan melawan Elche, ia berkata bahwa Atletico mencari pemain baru. “Penting bagi kami untuk memiliki dua pemain per posisi dan dari sini jelas kami butuh seorang pemain lagi di depan,” kata Simeone.

Tidak berselang lama, Atletico mengumumkan telah menjalin kesepakatan dengan Hertha Berlin untuk transfer Matheus Cunha. Diperkirakan Cunha ditebus di harga 26 juta euro. Melihat kedatangan Cunha, apakah ia jawaban yang dicari Atletico?

Persoalan Penyerang Tengah Atletico


Rumor Atletico mencari penyerang tengah baru sebetulnya menguap sejak dibukanya bursa transfer, 1 Juli lalu. Saat itu, penyerang SD Huesca, Rafa Mir, disebut-sebut menjadi buruan Atletico musim panas kali ini.

Mir punya fisik serupa Suarez. Yang membedakan hanya tipikal bermain. Suarez bertipikal poacher, sementara Mir layak disebut sebagai target man. Meski karakter mereka berbeda, keduanya sama-sama mengerikan di hadapan bek lawan.

Selesai dengan rumor Mir, Atletico digosipkan dengan penyerang Fiorentina, Dusan Vlahovic. Vlahovic punya gaya bermain serupa Suarez—minus kengeyelan di kotak penalti. Musim lalu, ia berhasil mencetak 21 gol untuk Fiorentina di Serie A.

Mir dan Vlahovic jadi buruan karena besarnya ketergantungan Atletico terhadap Suarez musim lalu. Melihat La Liga musim lalu, Suarez berpengaruh terhadap 21 dari 65 gol yang dibukukan oleh Atletico. Torehan Suarez jauh di atas Marcos Llorente yang mencetak 12 gol.

Peran Suarez juga bisa dilihat dari kontribusinya dalam serangan Atletico. Sebagai penyerang tengah, ia tidak hanya bertugas untuk mencetak gol, tapi juga menarik perhatian bek lawan hingga pemantul bola.

Per Fbref punya 2,37 kontribusi per 90 menit terhadap percobaan yang dilakukan Atletico. Dibandingkan penyerang dengan tipe serupa di La Liga, hanya Karim Benzema (3,07) dan Gerard Moreno (2,73) yang punya angka lebih baik.

Pengaruh Suarez yang amat besar akhirnya berdampak kepada ketajaman Atletico. Musim lalu, empat kekalahan yang didapatkan oleh Atletico terjadi saat Suarez gagal mencetak gol. Jika dilihat lebih jauh, saat Atletico kalah Suarez hanya melepaskan 1,2 percobaan. Sedangkan, saat mereka menang, ia mampu melepaskan 2,9 percobaan.

Di skuat Atletico sekarang, tidak ada pemain yang punya tipikal dan gaya main serupa Suarez. Dari nama-nama yang ada, Correa dan Felix, lebih layak disebut second striker. Demikian pula Carrasco yang diplot jadi penyerang pada 2 laga terakhir.

Apakah Cunha Layak Dipilih Atletico?


Kebutuhan Atletico akan penyerang serupa Suarez justru diwujudkan dengan mendatangkan Cunha. Di Bundesliga musim 2020/21, Cunha bermain sebagai winger kiri 15 kali, gelandang serang 6 kali, dan hanya bermain 5 kali sebagai penyerang tengah.

Melihat kebutuhan untuk mencari pengganti Suarez, rasanya pembelian Cunha tidak tepat. Keduanya secara jelas memiliki posisi bermain dan tipikal yang berbeda. Lantas, apa yang dicari Atletico dari Cunha?

Dari gaya bermain saat melawan Celta dan Elche, Simeone tampak membuat perbedaan ketimbang musim lalu. Ia seperti berusaha membuat Atletico tidak bertumpu pada penyerang tengah yang notabene lebih banyak berada di kotak penalti.

Per Fbref, sejauh ini Atletico hanya membukukan rata-rata 3,5 umpan ke kotak penalti per 90 menit. Angka tersebut menurun jauh dari musim lalu saat mereka melepaskan rata-rata 11,6 operan ke kotak penalti lawan per 90 menit.

Gaya tersebut memaksa dua penyerang Atletico dalam pola 3-5-2 mampu bermain secara versatile. Mereka tidak hanya dituntut mampu mencari ruang di dalam pertahanan lawan saja, tapi juga membagi bola hingga bergerak di area halfspace.

Cunha sesuai dengan kebutuhan tersebut. Di Olimpiade 2020 lalu, ia beberapa kali berperan sebagai penyerang tengah. Meski demikian, ia lebih banyak beroperasi di area halfspace. Tujuannya, untuk memberikan area lowong di pertahanan lawan.

Lubang di area halfspace lawan jadi alasan mengapa Atletico bisa menang di laga melawan Celta. Dua gol yang mereka buat bahkan terjadi lewat skema serangan yang diarahkan ke area tersebut.

Di laga melawan Elche, area halfspace kembali menjadi tumpuan Atletico membangun serangan. Bedanya, kali ini mereka gagal mengeksploitasi karena Elche menumpuk banyak pemain ketika diserang.

Sejauh ini, hanya Correa yang mampu melakoni tugas tersebut. Carrasco, yang notabene adalah winger, cenderung bermain lebih ke tepi dan kerap gagal menarik perhatian pemain belakang lawan.

***

Mendatangkan Cunha alih-alih Mir atau Vlahovic bukan merupakan bencana bagi Atletico. Adanya Cunha seakan menyempurnakan rencana-rencana yang telah disiapkan oleh Simeone untuk musim ini.

Tidak ada salahnya melihat Atletico berubah. Toh, musim lalu mereka berhasil mendapatkan gelar setelah melakukan perubahan signifikan juga, kan?