Arsenal dan Kuartet Lini Belakangnya

Foto: @arsenal

Arteta tau bahwa Arsenal pernah berjaya dengan back four yang kuat. Karena itu, untuk bangkit di musim ini, yang pertama ia lakukan adalah memperbaiki pertahanan.

Ada masa di mana Arsenal dikenal sebagai tim yang memiliki pertahanan tangguh. Itu terjadi di era 90-an awal, tepatnya di musim 1990/91.

Pada musim tersebut, The Gunners keluar sebagai juara First Division--kompetisi teratas Inggris sebelum era Premier League--lewat kesolidan lini belakangnya. Di musim 1990/91 itu, Arsenal cuma kebobolan 18 kali. Mereka juga hanya kalah sekali dalam 38 pertandingan.

Lee Dixon di kanan, Tony Adams dan Steve Bould di tengah, serta Nigel Winterburn di tepi kiri adalah aktornya. Di bawah arahan George Graham, Arsenal memang dikenal dengan permainan defensif dan, disebut-sebut, cenderung membosankan. Karenanya, chant-chant seperti 'one nil to the Arsenal' atau 'boring-boring Arsenal' acap menggema di stadion lawan.

Keempat bek Arsenal itu memiliki chemistry yang cukup kuat. Mereka sudah mafhum kapan harus menjebak lawan dalam posisi offside atau mengover satu sama lain.

Adams dan Bould jadi duet yang agresif. Mereka tanpa kompromi. Pembacaan permainan serta ketepatan melakukan tekel jadi kunci permainan duet bek tengah Arsenal itu. Di sisi tepi, Winterburn dan Dixon terkenal aktif membangun serangan. Namun, keduanya juga cukup disiplin saat bertahan untuk menjaga daerahnya.

"Keempat bek Arsenal sangat luar biasa untuk disaksikan. Saat saya pergi ke stadion, saya selalu berpikir kami tidak akan kalah karena kami tidak akan kebobolan," ucap Jurnalis yang senantiasa mengover Arsenal, Amy Lawrence.

Selepas kejayaan keempat bek tangguh itu, Arsenal butuh beberapa waktu untuk akhirnya menemukan kuartet sepadan. Awal tahun 2000-an, The Gunners kembali memiliki empat bek tangguh dalam diri Bisan Lauren, Sol Campbell, Kolo Toure, dan Ashley Cole.

Kali ini, tipikal duet bek tengahnya agak berbeda. Campbell tangguh dalam duel dan menahan umpan silang. Sementara, Toure lebih memiliki kecepatan serta kemampuan tekel dan marking yang mumpuni.

Ketangguhan empat bek itu juga memberikan kesuksesan untuk Arsenal. Yang paling termasyhur tentu terjadi pada musim 2003/04 kala Arsenal juara Premier League tanpa menelan kekalahan satu kali pun.

****

Arsenal menjadi tim yang cukup royal di bursa transfer musim panas 2021/22. Total ada 149 juta poundsterling yang dikeluarkan The Gunners untuk mendapatkan enam pemain. Kebetulan, setengah dari enam pemain yang didatangkan Arsenal berposisi pemain belakang.

Hal tersebut menjadi bukti kalau salah satu fokus utama Mikel Arteta musim ini adalah untuk memperbaiki lini belakang timnya. Ben White, Takehiro Tomiyasu, dan Nuno Tavares yang didaratkan musim ini diharapkan menjadi solusi. Dua nama yang disebut pertama lantas menjadi pilihan utama Arteta.

White dan Tomiyasu melengkapi Gabriel Magelhaes dan Kieran Tierney yang sudah lebih dulu mengisi skuad Arsenal. Keempatnya kini menjadi kuartet andalan. Sosok-sosok yang dipercaya Arteta sesuai dengan rencana permainannya.

Sebagai duet bek tengah, White dan Gabriel memiliki kemampuan pembacaan permainan yang sangat baik. Keduanya memiliki timing yang tepat saat melakukan tekel atau melakukan intersep. Gabriel rata-rata melakukan 1,7 tekel per pertandingannya. Adapun White puya rata-rata intersep dua per 90 menit.

Selain itu, kemampuan duel udara White dan Gabriel juga sangat baik. Sejauh ini, White mencatatkan rerata 2,5 duel udara sukses per laga, sedangkan Gabriel lebih baik lagi. Ia mampu mencatatkan rerata tiga duel udara sukses per laga.

Selain memiliki kemampuan duel udara yang baik, White dan Gabriel juga fasih mengatasi kecepatan lawan. Oleh karena itu, Arsenal berani memainkan garis pertahanan yang tinggi. Hal ini yang mereka perlihatkan saat bersua Norwich City di gameweek empat Premier League.

Dengan pressing dalam posisi yang tinggi, Arsenal punya lubang di depan penjaga gawang. Namun, dengan cepatnya kedua bek tengah lubang itu bisa tertutupi.

Kemampuan White dan Gabriel tak cuma soal bertahan saja. Keduanya juga memiliki kemampuan distribusi bola yang baik, terutama soal umpan progresif (mengarah ke depan) serta long-ball.

Soal umpan progresif, White memiliki catatan 2,5 per 90 menit. Sementara Gabriel memiliki angka 1,67. Soal long-ball, sejauh ini Ben White memiliki akurasi sukses sebesar 80,8% (tertinggi di Arsenal), sedangkan Gabriel memiliki akurasi sukses sebesar 67%.

White dan Gabriel diapit oleh dua bek tepi yang apik dalam diri Tomiyasu dan Tierney. Keduanya sama-sama agresif saat menyerang dan kokoh kala bertahan.

Saat fase membangun serangan, posisi Tomiyasu memang tak akan setinggi Tierney. Pemain asal Jepang itu akan bermain sejajar dengan White dan Gabriel, membuat The Gunners akan membentuk pola tiga bek. Dengan begitu, Arsenal akan memiliki opsi operan yang lebih banyak dan selalu siaga jika diserang balik.

Foto: @arabtactician

Namun, Tomiyasu bukannya tak diberikan kesempatan menyerang sama sekali. Eks pemain Bologna tetap bisa naik ke atas. Namun, biasanya ia cenderung akan bergerak masuk (underlap) ke area half-space alih-alih menyisir tepi. Itu membuat opsi serangan Arsenal lebih kaya dan posisi Tomiyasu pun tak akan bertabrakan dengan pemain sayap yang biasanya bergerak di flank.

Sementara di sisi sebelahnya, Tierney akan lebih agresif dalam menyerang. Pemain asal Skotlandia itu akan mengisi sisi tepi yang membuat winger Arsenal berada di antara bek tengah dan bek tepi lawan. Di sini, Tierney akan punya opsi untuk melakukan cut-back atau memberikan umpan langsung ke depan gawang.

Heatmap Tierney bersama Arsenal musim ini/ Sofascore

Saat bertahan, Tomiyasu dan Tierney akan lebih mendekat ke bek tengah. Oleh karena itu, para winger Arsenal akan turun untuk menjaga sisi tepi pertahanan. Adapun Tomiyasu dan Tierney akan bertugas menjaga half-space. Arsenal bisa memiliki pola 6-5-1 atau 4-4-2 atau 4-5-1 saat bertahan, tergantung dari seberapa superior lawannya.

Situasi ini menguntungkan Arsenal ketika menghadapi tim-tim yang lebih agresif. Pertahanan mereka bisa berada dalam mode yang compact dan sulit dibongkar lawan, seperti pada laga vs Tottenham akhir pekan kemarin.

****

Arsenal harus kebobolan sembilan kali di tiga pertandingan awal Premier League musim ini. The Gunners selalu melakukan eksperimen pada pos back fournya di tiga laga tersebut. Namun, setelah bursa transfer ditutup dan para pemain pulih semua berubah. Tomiyasu, White, Gabriel, dan Tierney yang menjadi tulang punggung pertahanan Arsenal.

Sejauh ini kinerja keempatnya cukup baik karena Arsenal cuma kemasukan sekali dari tiga laga saat keempatnya main bersama. Arteta tau bahwa Arsenal pernah berjaya dengan back four yang kuat. Terlebih, jika ia menengok ke atas, tim-tim seperti Liverpool, Chelsea, dan Manchester City juga kuat karena pertahanan mereka.

Kualitas dan pengalaman yang dimiliki kuartet bek Arsenal mungkin belum selevel dengan pemain-pemain belakang tiga klub itu, tapi setidaknya Arteta sudah tau bahwa pertahanan bisa mengantarkan sebuah tim ke tangga yang lebih tinggi.

Kini, Arteta dan Arsenal tinggal membutuhkan konsistensi. Konsistensi untuk selalu solid, susah dibongkar, dan konsistensi untuk menaiki tangga, setapak demi setapak.