Arsenal di Pundak Saka, Martinelli, dan Smith Rowe

Ilustrasi: Arif Utama.

Angka-angka di lapangan dan di papan skor menunjukkan bahwa trio belia Arsenal ini memberikan impak positif. Ketiganya layak jadi andalan dan diberi kesempatan lebih banyak. Mereka adalah masa kini dan masa depan Arsenal.

Awal 2000-an, Arsenal memiliki tiga pemain depan dengan kualitas nomor wahid di Premier League: Thierry Henry, Dennis Bergkamp, dan Robert Pires.

Kehebatan ketiga pemain itu berhasil membawa Arsenal merengkuh gelar Premier League pada musim 2001/02 dan 2003/04. Pada musim yang disebut terakhir Arsenal bahkan juara tanpa pernah kalah satu kali pun. Invincibles.

Tontonlah laga Arsenal vs Liverpool pada 9 April 2004 untuk menyaksikan ulang kehebatan ketiga pemain itu. Penempatan posisi begitu tepat, aksi individu amat brilian, dan kejelian melihat pergerakan rekan setim pantas diacungi dua jempol. Pada masanya, Henry, Pires, dan Bergkamp adalah mimpi buruk bagi setiap lawan yang dihadapi Arsenal. Itu belum menghitung Freddie Ljunberg yang membuat ketiganya makin sempurna.

Lebih dari 15 tahun berlalu sejak era keemasan Henry, Pires, dan Bergkamp, Arsenal kembali bergantung kepada tiga pemain dalam menopang lini belakang mereka. Idealnya, ketiga pemain itu adalah Pierre-Emerick Aubameyang, Willian Borges, dan Nicolas Pepe. Namun sepak bola, sebagaimana dunia, acap jauh dari kata ideal.

Saat ini (atau tepatnya musim ini), ketiga pemain yang jadi tumpuan lini depan Arsenal adalah Bukayo Saka, Emile Smith Rowe, dan Gabriel Martinelli. Ironisnya, tak ada satu pun dari ketiga pemain itu yang sudah melewati usia 20 tahun.

Saka, Rowe, hingga Martinelli sudah jadi andalan sedini ini karena pemain depan (senior) Arsenal tak bisa berbuat banyak. Tak ada satu pun dari mereka yang performanya bisa mengatrol klub. Alexandre Lacazette memang jadi top-skorer klub di Premier League dengan catatan 5 gol, tapi performanya acap tak konsisten.

Foto: @Arsenal

Aubameyang lebih parah. Musim ini dia baru mencetak tiga gol dengan catatan satu di antaranya berasal dari titik putih. Pepe lebih buruk lagi. Dia hanya bisa mencetak dua gol dan satu di antaranya datang dari tendangan penalti. Sementara Willian baru mencatatkan tiga assist dengan dua di antaranya datang pada pekan pertama.

Para pemain depan yang tak bisa berbuat banyak inilah yang menyebabkan Arsenal terperosok ke papan bawah klasemen setelah melalui rentetan laga tanpa kemenangan. Barulah setelah Mikel Arteta merombak lini depannya dengan memainkan trio Saka, Rowe, dan Martinelli, performa The Gunners membaik. Dua laga terakhir mereka selesaikan dengan kemenangan.

Dalam kemenangan 3-1 atas Chelsea dan 1-0 atas Brighton Albion, sebenarnya memang hanya Saka yang mencetak gol. Namun, peran Rowe dan Martinelli jelas tak bisa kita kesampingkan. Keduanya memberi warna berbeda buat lini depan Arsenal yang biasanya tampil monoton dan mudah ditebak.

Martinelli dan Rowe sama-sama baru jadi starter di dua pertandingan itu saja, tapi secara statistik keduanya sudah mampu mengungguli Pepe, Aubameyang, dan Willian. Tentu saja, supaya adil, kami menggunakan statistik per 90 menit, karena jika menghitung total tentu angka kedua pemain muda itu kalah.

Foto: @Arsenal

Yang pertama ada catatan tembakan tepat sasaran. Martinelli mampu mencatatkan 1,2 tembakan tepat sasaran per 90 menit, mengungguli angka Aubameyang (1), Pepe (1), dan Willian (0,2). Selain itu, Martinelli juga unggul di angka forward passes (umpan mengarah ke depan) di mana dia mencatatkan 7,5 forward passes per 90 menit, berbanding 6,3 milik Willian, 6 milik Pepe, dan 5,8 milik Aubameyang.

Kehadiran Martinelli menjawab kebutuhan Arsenal akan pemain-pemain yang paham pentingnya umpan dan gerakan vertikal. Selain itu, pemain asal Brasil ini juga tahu kapan harus menembak sehingga menghasilkan tembakan yang tepat sasaran. Belum lagi jumlah take-ons (upaya dribel melewati lawan) sukses per 90 menit milik Martinelli (1,8) unggul ketimbang Pepe (1,6), Aubameyang (0,4), dan Willian (0,8).

Statistik Rowe juga tak kalah apik. Dia berhasil mencatatkan 2,4 penciptaan peluang per 90 menit. Di mana angka itu mengungguli Willian (1,6), Pepe (0,4), dan juga Aubameyang (1). Sejauh ini Rowe juga sudah mencatatkan satu assist dari dua pertandingan, sedangkan Pepe yang sudah bermain 11 kali sama sekali belum mencatatkan assist.

Rowe juga mampu jadi pemain yang bisa bergerak ke mana saja. Tengok saja peta umpan pemain berusia 20 tahun itu dalam laga melawan Brighton ini. Dia mampu berada di tengah, kiri, dan kanan untuk memastikan rekan-rekannya tak kekurangan opsi umpan. Akurasi umpan per 90 menit yang dicatatkan Rowe pun tak jelek, yakni sebesar 86%.

Arsenal menyerang ke arah kiri. Grafis: WhoScored

Kapabilitas keduanya kemudian menyempurnakan peran Saka yang musim ini memang jadi andalan Arteta. Saka sendiri merupakan pemain dengan expected goal (xG) dan expected assist (xA) tertinggi ketiga di Arsenal. Dia punya catatan 3,15 xG dan 1,61 xA. Sejauh ini dia juga sudah mencetak 2 gol dan 1 assist di mana 1 gol dan 1 assist tercipta ketika bermain bersama Rowe dan Martinelli.

Lantas, mengapa Saka bisa tampil lebih subur ketika bermain dengan dua rekan sebayanya ketimbang jika bermain dengan para pemain senior? Untuk mengetahui jawabannya, yang pertama coba lihat heatmaps Saka pada laga kontra Brighton ini.

Grafis: WhoScored

Sudah? Lalu coba lihat heatmaps dia pada laga vs Everton di mana Arsenal kalah 1-2 ini.

Grafis: WhoScored

Jika belum tahu juga jawabannya, maka tengoklah heatmaps pemain berusia 19 tahun itu kala Arsenal takluk 0-1 dari Burnley.

Grafis: WhoScored

Sudah tahu jawabannya 'kan? Ya, benar. Saka tampil lebih tokcer kala bermain bersama Martinelli dan Rowe karena dia bisa fokus mengokupasi satu sisi aja. Dia tak harus bergerak ke kanan, kiri, tengah sebagaimana bila bermain dengan para senior. Sebab, saat ini tugas itu sudah dijalankan dengan baik oleh Rowe. Saka pun bisa fokus melakukan tusukan-tusukan di sisinya saja dan pada laga vs Brighton hal itu menghasilkan satu assist.

Ketiga pemain itu kemudian tak hanya piawai dalam membuat peluang dan mengkreasikan serangan, tapi juga bisa jadi tembok pertama Arsenal dalam menghalau serangan lawan. Untuk membuktikannya tengoklah catatan ball recoveries (memenangkan bola kembali dari lawan) per 90 menit milik Saka, Martinelli, dan Rowe.

Rowe memiliki catatan 5,9, sedangkan Saka punya catatan 4,1 dan Martinelli catatannya 4,7. Angka ketiga pemain itu unggul jauh ketimbang catatan Willian (3.1), Pepe (3), dan Aubameyang (2,6). Ini artinya, kehadiran ketiganya tak cuma berimpak pada sisi ofensif saja, tapi juga defensif.

Tak cuma itu, ketiganya juga piawai memenangi duel. Dari catatan ground duels (duel darat) sukses per 90 menit, angka Saka jadi yang tertinggi dengan angka 5. Sementara Martinelli mencatatkan 4,1 dan Rowe punya catatan 3,6. Angka itu, lagi-lagi, lebih baik dari milik Aubameyang (1,5) dan Willian (2,9).

Dalam soal defensif, catatan Martinelli pantas mendapatkan kredit lebih. Sebab, dia mampu mencatatkan 1,8 tekel sukses dan 1,8 intersep per 90 menit. Tak ada satu pun pemain lini serang Arsenal yang punya catatan lebih baik dari dirinya pada dua statistik itu.

Satu hal lain yang membuat Saka, Martinelli, dan Rowe menonjol dalam aspek defensif adalah bagusnya mereka dalam mengorganisir overload di sisi kanan dan kiri. Arteta menginginkan Arsenal merebut bola secepat mungkin dari lawannya dan salah satu hal untuk menyukseskan keinginan itu adalah dengan melakukan overload.

Foto: Youtube Arsenal

Dengan overload di sisi tepi ketika lawan sedang melakukan build-up, Arteta berharap lawan akan minim opsi umpan dan pada akhirnya melepaskan umpan tak akurat. Di sinilah Arteta menugaskan Saka, Martinelli, dan Rowe untuk rajin meng-overload sisi mereka. Biasanya tugas ketiganya akan dibantu oleh full-back dan gelandang tengah yang paling dekat dengan bola.

Dalam laga menghadapi Brighton dan Chelsea, taktik overload yang diterapkan Arteta sukses membuat progresi bola lawan pampat. Chelsea tak berkutik di babak pertama (sebelum Jorginho masuk). Sementara Brighton jadi kesulitan mengembangkan permainan dan pada akhirnya cuma mampu melepaskan 2 tembakan tepat sasaran.

Foto: Youtube Arsenal

Beberapa orang mungkin menilai terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu hanya dari dua laga saja. Namun, dari angka-angka di lapangan dan tentunya angka di papan skor, trio belia Arsenal ini jelas memberikan impak positif. Ketiganya layak jadi andalan dan diberi kesempatan lebih banyak. Mereka adalah masa kini dan masa depan Arsenal.

Saka, Martinelli, dan Rowe mungkin belum, dan akan masih jauh untuk, mendekati apa yang dilakukan Henry, Pires, dan Bergkamp. Namun, untuk saat ini dan rasanya pun kedepannya, ketiganya lebih baik daripada Aubameyang, Pepe, dan Willian.

====

*Sumber data: Opta, Understat, & WhoScored.