Arsenal Tanpa Belanja: Bertahan Sampai Mana?

Ilustrasi: Arif Utama.

Arsenal tak mendatangkan siapa-siapa di bursa transfer musim dingin ini. Bisakah mereka menembus empat besar dengan skuad yang ada sekarang?

Mikel Arteta tampak santai ketika mendapatkan pertanyaan perihal aktivitas Arsenal di bursa transfer musim dingin tahun ini. Pria asal Spanyol itu paham betul betapa sulitnya menghadirkan pemain di jeda waktu yang cuma satu bulan itu.

"Anda mendengar banyak rumor tentang kami. Saya pikir tim selalu ingin memperbaiki skuadnya dan kami tahu ada beberapa tim yang kemungkinan membeli pemain di Januari dan ada juga yang tidak," ucap Arteta pada awal Januari lalu.

Sepanjang Januari, rumor Arsenal mendatangkan pemain baru memang berembus kencang. Paling santer tentu Dusan Vlahovic dari Fiorentina. Kabar juga menyebutkan bahwa Vlahovic adalah prioritas utama Arsenal pada posisi penyerang.

Sayangnya, keinginan tidak jadi kenyataan. Penyerang asal Serbia itu memilih Juventus sebagai tempat untuk melanjutkan kariernya.

Selain Vlahovic, Arthur Melo juga menjadi incaran. Arsenal memang butuh pemain di posisi gelandang karena minimnya pemain di sektor tersebut.

Namun, seperti halnya Vlahovic, kesepakan urung tercipta. Juventus menginginkan Arthur dipinjam dengan opsi permanen. Namun, Arsenal keberatan dengan tawaran Juventus tersebut.

Tak cuma Vlahovic dan Arthur Melo, nama-nama lain seperti Douglas Luiz, Alvaro Morata, hingga Aleksandar Isak dirumorkan gabung ke Arsenal di bursa transfer musim dingin kali ini. Akan tetapi, hingga bursa transfer ditutup tak ada satu pun pemain yang bergabung dengan Arsenal.

The Gunners "cuma" mendatangkan Auston Trusty yang akan bergabung pada musim panas 2022. Trusty datang dari Colorado Rapids yang juga dimiiliki oleh Stan Kroenke, si pemilik Arsenal.

Alih-alih mendatangkan pemain, Arsenal justru kehilangan banyak pemain. Pablo Mari dan Ainsley Maitland-Niles dipinjamkan ke Udinese dan AS Roma. Lalu, Pierre-Emerick Aubameyang, Sead Kolasinac, dan Calum Chambers dibiarkan pergi secara permanen.

Banyaknya pemain yang hengkang membuat skuad Arsenal menipis. Tercatat cuma ada 18 outfield players yang dimiliki oleh The Gunners saat ini. Di satu sisi, ini terlihat seperti keputusan berisiko. Namun, di sisi lain, ini adalah kesempatan Arsenal melepas beberapa pemain yang memang sudah tak mendapatkan tempat sesegera mungkin.

Lantas, apa bisa Arsenal finis di posisi empat besar dengan skuad yang tipis itu?

Tipisnya skuad Arsenal sudah dimulai dari lini belakang. Mereka cuma memiliki tujuh pemain dari totalnya idealnya delapan--mengingat ada empat posisi tersedia. Namun, Arteta yakin dengan komposisi lini belakangnya saat ini.

Hal ini dibuktikan dengan tak adanya rumor mengenai Arsenal akan kedatangan pemain belakang baru. Wajar, Lini belakang memang terbilang yang paling aman. Sebab, beberapa pemain bisa mengisi dua sampai tiga posisi berbeda. Absennya Takehiro Tomiyasu pada laga terakhir Arsenal membuat Arteta memasang Ben White sebagai bek tepi sebelah kanan.

Sementara, di tengah Rob Holding dimainkan bersama Gabriel Magelhaes. Selain White, Tomiyasu juga bisa bermain di beberapa posisi. Bek asal Jepang itu bisa bermain di posisi bek tengah atau bek tepi kiri.

Arsenal juga masih memiliki Nuno Tavares. Pemain asal Portugal itu memiliki posisi asli sebagai bek tepi kiri. Akan tetapi, Tavares juga biasa turun bermain di bek tepi kanan. Saat masih berseragam Benfica, Tavares bermain lima kali di full-back kanan dan bisa membuat satu assist dan dua gol.

Beralih ke gelandang, Arsenal masih memiliki empat pemain di posisi poros ganda; The Gunners memiliki Granit Xhaka, Thomas Partey, Mohamed Elneny, dan Sambi Lokonga.

Secara kuantitas, jumlah empat orang memang cukup-cukup saja. Apalagi, duet Xhaka dan Partey mulai nyetel sebagai duet poros Arsenal. Akan tetapi, bila melihat track record gelandang Arsenal, banyak yang sering absen dengan masalah yang berbeda. 

Xhaka, misalnya, pemain asal Swiss itu acapkali mendapat kartu merah dan mendapat larangan bermain. Musim 2021/22 saja, Xhaka sudah absen enam kali karena terkena kartu merah.

Begitu juga Thomas Partey. Pemain asal Ghana itu acapkali menderita cedera sehingga tak bisa membela Arsenal. Partey sudah absen sembilan kali di musim ini karena cedera.

Arteta sempat mengakali keterbatasan gelandang dengan memainkan Martin Odegaard dan Emile Smith Rowe sebagai trio gelandang bersama Lokonga dalam pola 4-3-3. Namun, tak adanya pemain yang menemani Lokonga sebagai poros membuat aliran bola tersendat dan cenderung monoton.

Ini terlihat saat Arsenal menjamu Burnley pada 23 Januari 2022. Gaya main operan-operan pendek yang biasa diterapkan Arteta kerap mandek dan membuat Arsenal kehilangan arah.

Arteta juga coba mengakali lini tengah dengan memainkan pemain muda Charlie Patino saat melawan Nottingham Forest di Piala FA. Hasilnya juga cukup mengecewakan. Patino yang masih berusia 18 tahun canggung ketika naik panggung. Patino cuma membuat total 27 passing yang rata-rata lebih bekerja sebagai operan pendek tanpa ada signifikansi untuk progresi serangan.

Masalah lain Arsenal terletak di posisi depan. 'Meriam London' hanya memiliki Alexandre Lacazette dan Eddie Nketiah sebagai penyerang tengah musim ini. Sialnya, kedua pemain tersebut kontraknya akan habis pada bursa transfer musim panas mendatang.

Tak cuma itu, keduanya juga tumpul di pentas Premier League. Lacazette baru mengemas tiga gol dari expected goals (xG) mencapai 4,4. Penyerang asal Prancis itu juga sering melepaskan shot dengan rata-rata 1,42 per pertandingan. Namun, jumlah gol Laca masih bisa dihitung jari.

Nketiah lebih parah. Dalam empat laga yang sudah dimainkan di Premier League, pemain berusia 22 tahun itu belum sama sekali membuat gol. Meski begitu, Nketiah cukup subur ketika mentas di Carabao Cup via kemasan lima gol dari empat laga menjadi starter.

Arsenal sebenarnya masih memiliki Gabriel Martinelli yang bisa dioperasikan sebagai penyerang tengah. Akan tetapi, selama pemain Brasil itu main sebagai penyerang tengah, gol tak kunjung datang.

Sebab, Martinelli memang lebih berbahaya bila bermain di posisi sayap. Posisi itu bisa membantu kemampuannya yang piawai melakukan dribel dan berlari kencang. Dengan bermain di posisi winger, ia memilik ruang yang banyak untuk mengeksplorasi kelebihannya itu.

Untungnya, Arsenal tak bergantung kepada satu orang untuk membuat gol. Emile Smith Rowe, Martin Odegaard, dan Bukayo Saka juga piawai untuk bisa merobek gawang lawan. The Gunners juga masih memiliki Nicolas Pepe yang biasa bekerja di posisi winger.

***

Tak mau ambil pusing dengan urusan transfer, Arteta dan Arsenal memilih untuk membuat pemusatan latihan di Dubai. Selain untuk mematangkan persiapan mengarungi sisa musim, pemusatan latihan dibuat untuk menjaga keharmonisan tim.

"Kami memiliki skuat yang penuh dengan antusiasme dan semangat. Kami sangat siap menatap sisa musim ini. Kami tahu apa tujuannya di akhir musim. Posisi yang kami inginkan memang cukup tinggi -empat besar-, tetapi saya pikir itu mungkin. Kami akan memulai langkah yang sangat bagus di paruh kedua musim untuk mencapainya," ucap Arteta.

Salah satu keuntungan Arsenal, mereka cuma akan bermain di Premier League di sisa musim ini. Mungkin itu juga yang membuat manajemen memutuskan untuk tidak mendatangkan pemain di bursa tranfser musim dingin.

Maka, untuk sekadar mengejar finis di posisi empat besar, amunisi Arsenal sebetulnya relatif cukup. Namun, risiko yang mereka tanggung juga cukup besar. Sekarang, tinggal bagaimana Arteta pintar-pintar merotasi pemain-pemainnya.