Awas Ada Suele

Foto: Twitter @FCBayern

Bersama Julian Nagelsmann, Niklas Suele yang sempat redup kembali menunjukkan performa gemilang. Performa apiknya sampai bikin Bayern mulai mempertimbangkan untuk mempertahankannya di Allianz Arena.

Bocah-bocah seusianya akan waswas begitu melihat Niklas Suele: Tingginya menjulang, juga agak bongsor, sehingga tentu bakal membuat siapa saja merasa terintimidasi saat berada di dekatnya. Bagi Suele, sementara itu, kondisi tersebut jadi senjata ampuh untuk menjalankan tugasnya.

Bukan sebagai bek tengah seperti sekarang, melainkan sebagai penyerang. Saat bermain untuk Rot-Weiss Walldorf di level junior, Suele yang seorang penyerang bahkan pernah mencetak 100 gol. Waktu yang ia butuhkan untuk mencetak gol-gol tersebut amat mencenangkan: Semusim saja!

“Saya benar-benar seperti seorang striker super waktu itu,” kenang Suele.

Tubuh besarnya punya andil besar. Ia bisa melindungi bola dengan nyaman, memenangi duel udara, beradu power dengan lawan. Namun, tubuh besar itu pula yang membuat karier sepak bola Suele berubah sepenuhnya. Semua bermula saat ia bergabung dengan tim junior Hoffenheim.

Suele baru berumur 15 tahun kala itu. Sebelumnya, ia menghabiskan lima tahun belajar di Walldorf, lalu bergabung dengan Eintracht Frankfurt , klub kota kelahirannya, hingga akhirnya mendarat di Darmstadt. Semuanya ia jalani sebagai seorang penyerang. Tiba di Hoffenheim, posisinya berubah.

Ceritanya, Hoffenheim U-15 tengah krisis pemain belakang karena cedera. Lantaran tak punya opsi lain, pelatih sepakat untuk mencoba para pemain dengan postur tinggi. Tentu saja Suele memenuhi kategori tersebut. Sejak saat itulah petualangannya sebagai seorang bek tengah dimulai.

Lantas, bagaimana jalannya?

Pada usia 15 tahun, Suele mendapat panggilan Timnas Jerman U-16. Tahun-tahun berikutnya, panggilan serupa terus datang: U-17, U-19, U-21. Beriringan dengan itu Suele dipromosikan ke tim utama Hoffenheim. Debutnya tiba pada Mei 2013 saat Suele berusia 17 tahun.

Tak ada puja-puji, sayangnya. Menghadapi Hamburg pada pekan ke-33 Bundesliga, Hoffenheim kalah 1–4. Ayahnya, Georg, menyebut Suele mendapatkan banyak cemooh usai kekalahan itu. Persoalannya, Hoffenheim terancam degradasi karena tertahan di urutan ke-17.

Peluang untuk tetap di Bundesliga bukannya tak ada. Masalahnya, Hoffenheim mesti mengalahkan Borussia Dortmund, kampiun dua musim terakhir, pada pekan ke-34. Di sisi lain, mereka juga mesti berharap agar Augsburg atau Duesseldorf kalah pada penutupan musim tersebut.

Dua skenario itu secara ajaib tercapai dan Suele turut ambil bagian. Menghadapi Dortmund, Suele masuk saat Hoffenheim unggul 2–1. Ia hanya berada di lapangan selama lima menit tetapi dalam waktu singkat itu ia pontang-panting mengawal Robert Lewandowski dan kolega.

Sang ayah lantas bercerita bahwa laga hari itu benar-benar mengubah Suele, membuatnya jauh lebih percaya diri dan lebih tenang daripada sebelumnya. Pada waktu-waktu ke depan, ketenangan itu pula yang akhirnya menjadi kekuatan utama Suele di samping tubuh besarnya.

Singkat kata, Suele punya bekal yang cukup untuk menjadi bek tengah berkualitas. Yang ia butuhkan berikutnya adalah sistem yang bagus. Di Hoffenheim, hal tersebut juga Suele miliki, terutama setelah pelatih Julian Nagelsmann menggantikan Markus Gisdol pada Februari 2016.

Bersama Nagelsmann, yang paling berkembang dari Suele adalah caranya menguasai bola. Dengan ketenangan yang sudah ia miliki, Suele bisa melakukan apa saja dengan bola sesuka hati. Ia bisa melepaskan umpan pendek maupun umpan panjang dengan sama akuratnya.

Highlight-nya adalah laga kontra Bayer Leverkusen pada 2016/17. Tampil sebagai satu dari tiga bek tengah, Suele amat menonjol saat melakukan build up. Suele bahkan mencatatkan operan sukses sebesar 97% dari 137 umpan yang ia lakukan. Itu adalah persentase tertinggi di Bundesliga sejak 2014.

Lantas, jika dulu banyak yang waswas saat melihat tubuhnya — yang sekarang 195 cm--kini orang-orang juga waswas melihat kemampuan Suele dengan bola. Terlebih, Suele juga versatile. Dalam satu laga ia bisa bermain di tiga posisi sekaligus: Bek tengah, bek sayap, bahkan holding midfielder.

Fleksibilitas taktik Nagelsmann memungkinkan semua itu terjadi.

Ketika Nagelsmann ditunjuk menjadi juru taktik Bayern pada 2021–22, muncul harapan agar Suele mampu mencapai apa yang selama ini orang-orang ekspektasikan. Benar sekali, Suele yang dulu gemilang sempat meredup sejak bergabung dengan Bayern pada 2017–18.

Persoalan utama adalah cedera. Sejak tiba di tanah Bavaria, dua kali Suele menderita ACL. Berikutnya, ia dianggap kurang disiplin, terutama setelah bobot tubuhnya naik drastis. Bayern bahkan sempat memasukkan Suele sebagai salah satu daftar jual dua musim terakhir.

Hingga hari ini belum ada kepastian soal bagaimana nasibnya bersama Die Roten. Kabar terakhir, Chelsea dan Newcastle tertarik mendatangkannya. Namun, satu yang pasti, musim ini Suele kembali mengingatkan kita dengan sosok Suele yang mencuri perhatian bertahun-tahun lalu.

Atribut utamanya masih kemampuan distribusi bola tingkat satu. Menyitat WhoScored, Suele melakukan rata-rata 58,2 operan per laga Bundesliga dengan akurasi 88,7 persen, tertinggi ketiga Bayern musim ini. Yang cukup berbeda adalah perannya dalam aspek ofensif.

Pada dasarnya, Suele masih berperan sebagai bek tengah dalam skema 4–2–3–1 Bayern. Itu posisi utamanya. Ia bergantian dengan Lucas Hernandez dan Dayot Upamecano. Namun, terkadang ia dimainkan sebagai bek kanan. Inilah yang membuat Suele lebih terlibat saat menyerang.

Performa buruk Benjamin Pavard dan tak adanya pelapis mumpuni (halo, Bouna Sarr!) memaksa Nagelsmann memainkan Suele di pos tersebut.

Sebetulnya ada Josip Stanisic yang cukup bisa diandalkan. Sayangnya, ia tampak kepayahan pada laga-laga krusial. Akhirnya Suele yang jadi pilihan. Toh, ia pernah bermain di sana saat berseragam Hoffenheim dan Nagelsmann yang membuatnya mengalami hal tersebut.

Di Bayern sendiri, peran itu juga pernah Suele emban saat masih bersama Hansi Flick. Penampilannya terbukti tak mengecewakan, begitu pula yang terjadi musim ini. Empat laga yang sudah Suele jalani sebagai bek kanan Bayern-nya Nagelsmann berakhir dengan gemilang.

Salah satu performa terbaiknya sebagai bek kanan adalah ketika Die Roten menghajar Bayer Leverkusen 5–1 di BayerArena. Bukan hanya karena satu assist-nya untuk gol Thomas Mueller, melainkan juga pergerakannya sepanjang laga, terutama ketika Bayern menguasai bola.

Terkadang Suele akan bergerak ke tengah sebagai gelandang tambahan. Familier dengan peran ini? Yep, inverted wing-back, peran yang identik dengan nama-nama seperti Philipp Lahm hingga Joao Cancelo. Kali lain, ia akan naik setinggi mungkin hingga ke pertahanan lawan.

Mengingat tubuh besarnya, kadangkala keberadaan Suele terasa begitu menonjol sekaligus aneh pada waktu bersamaan saat menjalankan peran tersebut. Apalagi, pergerakannya amat mobile dan tak jarang melakukan manuver-manuver akrobatik saat menggiring bola.

Ia bisa melewati lawan dengan roulette turn, memeragakan rabona, stepover. Saat melawan Leverkusen, Suele bahkan mencatatkan empat dribel sukses. Suele juga sangat cepat, sebuah fakta yang tak ubahnya anomali karena ukuran tubuhnya.

Para fans lantas menyematkan julukan 'Sulinho' karena skill olah bolanya

Memandang jauh ke belakang, apa yang Suele tunjukkan saat menguasai bola barangkali merupakan sisa-sisa kemampuannya ketika masih menjadi penyerang. Suele juga pernah bercerita bahwa masa kanaknya banyak dihabiskan dengan latihan menggiring bola.

Fabian, kakaknya, mengonfirmasi cerita itu dalam sebuah wawacara. “Kami berdua adalah dribbler. Dan Niki selalu bermain di depan saat itu. Dia mungkin beberapa tahun lebih muda tetapi dia secara fisik sangat berkembang,” ujar Fabian suatu kali.

Segala pertunjukan itu akhirnya membuat Suele kembali relevan. Lihat saja bagaimana performa Bayern sejak ia absen karena menjalani karantina. Sisi kanan Bayern yang kembali diemban Benjamin Pavard begitu gampang terekspos. Dua di antaranya berujung dua gol kemenangan Augsburg.

Konon, jajaran petinggi Bayern juga mulai mempertimbangkan untuk memperpanjang kontrak Suele, alih-alih melepasnya. Beberapa eks pemain seperti Dieter Hamann juga menyarankan agar Bayern mempertahankan Suele. Rekan setimnya, Thomas Mueller, juga memberi pujian setinggi langit.

“Sangat sulit menghentikannya. Melihat seorang bek menggiring bola secara tiba-tiba amat mengejutkan. Mirip Lucio (eks pemain Bayern). Dia saat ini melakukannya dengan sangat baik. Itu intinya. Ketika dia tampil seperti ini, dia menjadi sangat penting bagi kami,” kata Mueller.

Terlebih, selain pergerakannya sebagai bek kanan, Niklas Suele sebagai bek tengah juga tampil apik musim ini. Keberadaannya di jantung pertahanan bakal sangat diperlukan, terutama mengingat Upamecano dan Tanguy Nianzou yang minim pengalaman, serta Hernandez yang rawan cedera.