Bagaimana Liverpool Tanpa Salah, Mane, dan Keita?

Foto:LFC

Tanpa tiga pemain yang tampil di Piala Afrika, Klopp punya opsi terbatas saat ini. Apa yang harus ia lakukan?

Satu bulan ke depan, barangkali, akan jadi momen terberat buat Liverpool musim ini.

Penyebabnya, tentu saja, ketiadaan Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Naby Keita. Ketiga pemain itu sedang membela negara masing-masing di ajang Piala Afrika. Maksimal, mereka baru akan kembali pada 7 Februari mendatang. Itu artinya, Liverpool akan melewati lima laga tanpa Salah, Mane, dan Keita.

Di atas kertas, lima laga yang akan Liverpool lewati tidak semua berat. Mulanya The Reds (hanya) akan menghadapi tim League One (divisi ketiga Liga Inggris), Shrewsbury Town, di babak ketiga Piala FA. Kemudian mereka bakal menghadapi Brentford dan Crystal Palace di ajang Premier League, serta berlaga melawan Arsenal di dua leg semifinal Piala Liga.

Jika pun Salah dan Mane ada di dalam skuad, kemungkinan besar mereka memang tak akan turun di laga vs Shrewsbury dan vs Arsenal. Juergen Klopp punya kebiasaan mengistirahatkan pilar-pilar utamanya di piala domestik.

Sebagai bukti, Salah cuma pernah main di enam laga Piala FA dan dua laga Piala Liga sepanjang kariernya di Liverpool. Sementara Mane hanya pernah mencicipi tiga laga Piala Liga dan lima laga Piala FA sejak berseragam merah.

Yang jadi masalah, keduanya akan absen di dua laga Premier League. Ini adalah dua laga yang akan menentukan apakah Liverpool masih berada di jalur perburuan gelar juara atau tidak. Terpeleset saja di satu laga, gelar juara musim ini akan jadi angan-angan belaka buat mereka.

Karena itu, Liverpool harus bisa meraup poin penuh tanpa kehadiran Salah dan Mane yang, sejauh ini, menyumbang 24 dari 52 gol di Premier League. Pun juga tanpa kehadiran Keita yang bisa menambah opsi lini tengah seiring gemarnya Thiago Alcantara masuk ruang perawatan.

Lantas, opsi apa saja yang bisa Klopp maksimalkan untuk menambal kepergian Salah, Mane, dan Keita? Terlebih karena Brentford dan Crystal Palace yang akan mereka hadapi juga sulit ditaklukkan (Liverpool bahkan hanya bisa imbang di pertemuan pertama vs Brentford).

Situasi Ideal: Biarkan Origi/Minamino Mengisi Tempat

Jika situasinya ideal, lini depan Liverpool tanpa Salah dan Mane harusnya berisi: Origi/Minamino, Roberto Firmino, dan Diogo Jota. Sekali lagi, ini jika situasinya ideal.

Masalahnya, dalam beberapa laga terakhir, Minamino dan Origi absen karena cedera. Firmino pun harus menepi karena dikabarkan positif Covid-19. Ketiganya bahkan masih diragukan tampil untuk menghadapi Shrewsbury. Dan kondisi seperti ini bisa saja terjadi lagi selama sebulan ke depan.

Namun, jika tidak, opsi Origi atau Minamino bisa dikedepankan. Pemain seperti Origi cocok untuk menghadapi tim yang rapat seperti Brentford. Sebab, penyerang asal Belgia itu punya kemampuan menyelesaikan peluang dengan baik meski berada di ruang-ruang sempit.

Itulah kenapa ia mampu mencetak tiga gol di Premier League dan Liga Champions, meski nilai peluangnya (yang diukur dari xG) hanya 1,3. Origi juga multifungsi. Ia bisa bermain sebagai penyerang sayap kiri maupun penyerang tengah. Kemampuan itu memudahkannya bertukar posisi dengan Firmino maupun Jota.

Minamino, sementara itu, lebih cocok dipasang ketika menghadapi tim yang punya banyak ruang di pertahanannya—seperti Palace. Kemampuan memaksimalkan ruang kosong yang dimiliki Minamino bisa dimanfaatkan Klopp. Pemain berpaspor Jepang ini juga punya pressing yang bagus (persentase pressing sukses di liga mencapai 50%), yang bisa berguna untuk mengganggu build-up lawan.

Ia, sama seperti Origi, juga bisa ditempatkan di posisi mana saja di lini depan. Bahkan bisa jadi pemain tengah dadakan. Minamino sendiri juga perlu membuktikan diri ketika mendapat kesempatan main di Premier League, sesuatu yang sebelumnya sulit ia dapatkan.

Baik Origi dan Minamino kemudian juga bisa jadi opsi utama Klopp di laga Piala Liga vs Arsenal. Kebetulan, catatan keduanya di ajang tersebut cukup bagus. Minamino sudah membukukan tiga gol dari tiga penampilan, sedangkan Origi mencetak dua gol dari dua penampilan. Tren positif yang mungkin saja terulang.

Situasi Terpepet: Naikkan Oxlade-Chamberlain atau Jones

Ketika para penyerang memang tak bisa tampil, Klopp masih punya opsi lain untuk mengisi pos yang ditinggal Salah dan Mane. Opsi itu adalah dengan memainkan Alex Oxlade-Chamberlain dan Curtis Jones di lini depan. Kebetulan ini juga bukan hal baru.

Oxlade-Chamberlain sudah dicoba Klopp jadi penyerang tengah musim ini. Salah satunya di laga Premier League vs Aston Villa, pertengahan Desember lalu. Kendati di posisi itu ia tak mencetak gol atau bikin assist, eks-pemain Arsenal ini bisa jadi opsi dadakan.

Curtis Jones pun demikian. Ia beberapa kali dipasang Klopp jadi penyerang sayap. Termasuk, salah satunya, saat ia menggantikan Mane di laga vs Chelsea akhir pekan lalu. Saat itu Jones mengisi pos penyerang kanan. Di situasi kepepet, bocah asli Liverpool ini pun bisa dijadikan opsi.

Kendati, dengan opsi ini, ketajaman Liverpool akan cukup berkurang karena Oxlade-Chamberlain dan Jones bukanlah pencetak gol jarak dekat. Mereka biasa membobol gawang lawan dari lini kedua. Itu tercermin dari angka ekspektasi gol (xG) mereka yang kecil. Oxlade-Chamberlain punya catatan 0,5 dan Jones dengan 0,4.

Keduanya juga bukan pemain yang gemar menghadirkan peluang buat pemain lain. Jika menengok catatan shot creating actions (SCA)—yang mengukur kontribusi seorang pemain (via aksi ofensif seperti umpan, tembakan, atau dribel) untuk peluang sebuah tim—angka milik kedua pemain ini tak spesial.

Per 90 menit, aksi ofensif yang dilakukan Oxlade Chamberlain hanya bisa menghasilkan 2,13 tembakan buat tim. Jones lebih kecil lagi, hanya 1,95. Catatan mereka berada di urutan paling buncit jika dibanding gelandang tengah (kecuali Fabinho) atau para penyerang sayap Liverpool.

Situasi Terpepet: Main 4-4-2

Formasi 4-4-2 mungkin terdengar asing buat Liverpool. Namun, sebenarnya tidak juga. Dalam situasi tertentu, seperti sedang butuh gol tambahan, Klopp acap mengubah formasi timnya di tengah laga jadi 4-4-2, terutama ketika ia memasukkan pemain depan tambahan.

Dalam laga vs Wolves musim ini, misalnya. Klopp saat itu memasukkan Origi di pertengahan babak kedua dan mengubah pola menjadi 4-4-2/4-2-4 (tergantung situasi on/off the ball). Mane di kiri, Origi dan Jota di tengah, serta ada Salah di kanan.

Tanpa Salah dan Mane, formasi 4-4-2 jelas bisa dicoba, bahkan sejak awal, terutama saat Firmino dan Jota tersedia. Keduanya bisa memimpin lini depan. Sementara Oxlade-Chamberlain, Jones, James Milner, atau Jordan Henderson bisa diplot jadi gelandang sayap. Pun demikian dengan Minamino.

Pada praktiknya nanti, empat gelandang ini pun akan bermain narrow untuk menciptakan jalur lari buat kedua full-back. Kelebaran pada akhirnya tetap milik Andrew Robertson atau Trent Alexander-Arnold, sedangkan para gelandang bisa mendukung dua penyerang tengah dari lini kedua.

Liverpool vs Leicester - Football tactics and formations

Formasi 4-4-2 juga bisa menciptakan superioritas di lini tengah, situasi yang sulit didapatkan Liverpool belakangan ini. Dengan menguasai lini tengah, paling tidak Liverpool jadi bisa mengontrol laga. Mengontrol laga artinya meminimalkan kesempatan lawan untuk bisa mengancam pertahanan dan mencetak gol.

Opsi untuk Menggantikan Keita: Mainkan Pemain Muda

Ketika Jones atau Oxlade-Chamberlain dialihfungsikan jadi pemain depan (atau pemain sayap), otomatis stok pemain lini tengah Liverpool makin berkurang, sementara mereka sudah kehilangan Keita yang berangkat ke Kamerun.

Dengan situasi seperti ini, Klopp bisa mengorbitkan para pemain mudanya. Nama Tyler Morton, yang pernah jadi starter di laga vs Tottenham Hotspur, bisa kembali dicoba. Pun dengan Conor Bradley atau Leighton Clarkson yang baru pulang dari masa peminjaman.

Mereka bisa dimainkan, terutama di ajang Piala FA atau Piala Liga, demi menginstirahatkan gelandang-gelandang utama. Kendati performa masih belum konsisten, para pemain muda ini bisa jadi opsi di tengah situasi tak menentu. Toh, sebelumnya mereka juga sudah pernah mencicipi laga kompetitif.

***

Entah opsi mana yang nanti akan dipilih dan akan seperti apa Liverpool tanpa Mane, Salah, dan Keita, Klopp harus memastikan bahwa timnya tetap berada di jalur positif. Sebab hanya kemenangan demi kemenangan yang bisa membuat asa Liverpool untuk meraih gelar juara di akhir musim tetap terjaga.