Bagi Livramento, Ini Bukan Lagi Mimpi

Foto: @tinolivramento

Lewat sebuah mimpi, Livramento membuat hidupnya jadi lebih "hidup".

Bagi Tino Livramento, Chelsea bukan sekadar klub sepak bola.

Alasannya begini: Jersi pertamanya adalah seragam The Blues, pemain idolanya adalah Frank Lampard, dan salah satu pertandingan sepak bola pertama yang ia tonton adalah Chelsea melawan Barcelona di 2012.

Livramento bergabung Chelsea sejak ia berumur tujuh tahun. Ia mendapatkan undangan dari Chelsea setelah tampil gemilang bersama klub dekat rumahnya, Roundshaw. “Hanya sekali pertemuan sebelum kami menyepakati semuanya,” kenang Livramento.

Livramento tidak menemui kesulitan saat diharuskan menembus setiap lapis kelompok umur. Hanya dalam sekejap, ia sudah diajak bergabung latihan tim utama Chelsea kendati usianya baru menginjak 17 tahun.

Andy Myers punya pengaruh besar terhadap perkembangan Livramento. Sosok yang kini memimpin Chelsea Development Squad atau tim U23 tersebut nyaris selalu memimpin tim yang diperkuat oleh Livramento, sejak 2011.

Di bawah Myers, Livramento belajar jadi attacking full-back berbahaya. Sejak bermain di U18, nama Livramento sudah masyhur karena punya kemampuan menyerang di atas rata-rata. Penampilan apiknya berlanjut di Development Squad saat ia menciptakan 13 assist dari 26 pertandingan.

Tepat pada 8 Mei 2021 Livramento mendapatkan panggilan dari Thomas Tuchel untuk tampil sebagai pemain cadangan di laga Premier League melawan Manchester City. Bagi anak yang usianya belum genap 18 tahun, pemanggilan ini jelas di luar batas nalar.

Livramento boleh saja gembira saat dipilih Tuchel untuk masuk ke daftar susunan pemain lawan City. Namun demikian, musim 2020/21 terasa hambar baginya karena tidak kunjung mendapatkan kesempatan untuk turun di lapangan.

Berbagai cara telah dicoba. Bahkan, menurut The Guardian, saat membicarakan kontrak pada putaran kedua musim 2020/21 lalu, ia telah memasukkan kesempatan bermain sebagai salah satu klausulnya.

Pada akhirnya, kesepakatan gagal dijalin. Livramento akhirnya harus berpisah dengan Chelsea. Southampton, yang menyalip RB Leipzig dan Aston Villa, berhasil mengamankan jasanya dengan mahar lima juta poundsterling.

Keputusan Southampton mendatangkan Livramento tidak lepas dari ide head of recruitment mereka, Martyn Glover. Saat ditunjuk memimpin tim rekrutmen, 2020 lalu, Glover membuat manifesto untuk Southampton di masa depan.

Salah satu isi manifesto tersebut adalah hanya mendatangkan pemain yang dibanderol dengan rasional. Tidak heran, sejak Glover datang, transfer termahal Southampton jatuh di angka 17 juta euro.

Livramento sebenarnya sudah dibidik Southampton sejak jauh-jauh hari. Southampton mulai makin intens melakukan pendekatan setelah tahu proses negosiasi kontrak Livramento dengan Chelsea tidak berjalan mulus.

“Sebagai pemain muda, saya punya target besar. Yang saya inginkan adalah menjadi starter di setiap pertandingan atau bahkan berperan besar agar tim bisa menang," kata Livramento.

Harapan Livramento untuk pergi kian besar setelah melihat nasib kawan dekatnya, Jamal Musiala. Musiala, yang bermain bersama pada 2011 hingga 2019, tampil dalam banyak pertandingan di timnya sekarang, Bayern Muenchen, setelah memutuskan pergi dari Stamford Bridge.

***

Sudah tiga bulan sejak Livramento memutuskan hengkang dari Chelsea dan memilih Southampton sebagai pelabuhan. Sejak itu pula, ia menuai banyak pujian atas penampilan istimewa yang ditunjukkan.

Pergerakan, baik saat melakukan dribel maupun saat tidak membawa bola, jadi keunggulan Livramento. Aspek inilah yang membuat mantan pelatih Chelsea, Frank Lampard, mengajaknya berlatih bersama tim senior, akhir Januari 2021.

“Di usia yang masih muda, ia punya keahlian untuk bergerak dan mencari posisi dengan baik. Tidak banyak pemain muda lain yang mampu bergerak sepertinya,” kata Lampard kepada Football London.

Kepiawaian ini membuat Livramento jadi cukup sering membawa bola ke sepertiga akhir pertahanan lawan. Per 90 menit, ia melepaskan 2,2 dribel yang berakhir ke pertahanan lawan dan jadi yang paling tinggi di antara di skuat Southampton.

Dari segi taktik, keahlian ini membuatnya diberi tugas lebih. Sebelumnya, ia menempati seorang bek sayap biasa. Namun, kini ia berubah menjadi seorang wing-back atau bahkan attacking full-back.

Peran attacking full-back mulai diemban oleh Livramento di bawah Ralph Hasenhuettl. Pada peran ini, Livramento diharuskan untuk terlibat dalam serangan lebih sering, misalnya berada di sepertiga akhir lawan lebih sering.

Saat Southampton menguasai bola, tugas Livramento biasanya berkaitan dengan winger kanan, Mohamed Elyounoussi. Apabila Elyounoussi bergerak ke area half space, Livramento akan mengisi ruang di sayap. Begitu pula sebaliknya.

Livramento seringkali naik setinggi mungkin saat diberi tugas untuk mengokupansi area sayap. Rata-rata ia mengirimkan dan menerima 16,2 umpan dari area samping kotak penalti.

Meski banyak dilibatkan ke dalam serangan, Livramento amat jarang dimanfaatkan untuk mengirimkan umpan silang. Per 90 menit, ia hanya melepaskan 0.5 umpan silang. Angka tersebut di bawah dua bek kiri Southampton, Kyle Walker-Peters (0,7) dan Romain Perraud (0,8).

***

Di balik inkonsistensi yang tengah dihadapi oleh Southampton, Livramento berkembang amat pesat dan jadi salah satu bintang mereka musim ini. Sinar Livramento makin terang setelah mencetak gol perdananya di Premier League, Oktober lalu.

Gol tersebut terjadi lewat kondisi yang tidak pernah ia duga sebelumnya, memenangi duel udara. Jauh sebelum gol ini, Livramento mengaku amat jarang mencetak gol, apalagi melalui duel udara.

“Saya amat payah saat berduel udara. Oleh karena itu saya tidak menyangka bisa mencetak gol lewat situasi demikian,” kata Livramento kepada Daily Mail. Barangkali, ia tidak hanya tidak percaya bahwa ia bisa mencetak gol di luar keahliannya, tetapi juga hidup yang berawal mimpi.