Barcelona Oh Barcelona

Ilustrasi: Arif Utama

Barcelona terkurung dalam petaka. Rezim korup dan transfer-transfer ngawur adalah pangkalnya.

Barcelona lagi pusing-pusingnya. Mereka tak diizinkan La Liga untuk mendaftarkan para pemain barunya. Kalau begini, langkah jitu mendatangkan Sergio Agüero, Memphis Depay, dan Eric Garcia secara cuma-cuma menjadi percuma.

Problem ini bukannya tanpa jalan keluar. Syaratnya Barcelona kudu melakukan penghematan sekitar 200 juta euro untuk mendapatkan restu dari La Liga. Ini jumlah yang tak mudah untuk direalisasikan, terlebih dalam kondisi pandemi seperti sekarang. Sebagai gambaran, angka itu nyaris setara dengan harga Neymar sebagai pemain termahal di dunia.

Carut-marut Barcelona inilah yang membuat masa depan Lionel Messi menjadi kusut. Sebesar apa pun niatan keduanya untuk kembali bersama, tak akan terealisasi andai problem ini belum rampung.

The Rule

La Liga punya sebuah departemen yang berguna untuk mengontrol ekonomi klub divisi utama dan Segunda. Secara spesifik mereka mempuyai tugas untuk meninjau serta menetapkan batas biaya skuad klub.

Nah, batas biaya ini meliputi segala pengeluaran untuk tim, dari uang transfer serta gaji. Bukan cuma tim utama, tetapi juga pelatih, staf, hingga tim cadangan dan pemain akademi. Setiap klub bebas untuk mengalokasikannya ke mana saja asalkan tidak melebihi batas yang ditentukan.

Kontrol ekonomi La Liga ini sebelas-dua belas dengan Financial Fair Play kepunyaan UEFA. Niatannya mulia, yakni berusaha memagari gaya hidup klub sesuai kemampuan mereka masing-masing. Membantu klub untuk menghindari kebangkrutan, begitu gamblangnya. Bedanya, Financial Fair Play meninjau pengeluaran klub di musim sebelumnya untuk melakukan kebijakan, sedangkan La Liga mengevaluasinya jelang dimulainya musim anyar.

Pada musim 2019/20, Barcelona memiliki batas biaya sebesar 671 juta euro. Jumlah ini kemudian menurun ke angka 347 juta euro di periode lalu. Untuk musim ini, Catalunya Radio melaporkan bahwa batas biaya skuad Barcelona jatuh di kisaran 160 juta euro. Dengan kata lain, Blaugrana hanya bisa menghabiskan seperempat dari biaya operasi yang mereka keluarkan di dua musim silam.

Mepet? Sudah pasti. Apalagi dengan skuad Barcelona yang dihuni banyak bintang dengan gaji menjulang. Manajemen Barcelona sejauh ini sudah mencatat pengeluaran sebesar 144 juta euro untuk mengarungi musim 2021/22. Wong Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele saja sudah menghabiskan biaya operasi sebesar 44 juta euro bila ditotal.

Bartomeu, the Impostor

Berdasarkan laporan El Mundo, Barcelona menyatakan telah merugi sekitar 97 juta euro pada 2019/20 dengan total utang 820 juta euro.

Siapa lagi dalangnya kalau bukan Josep Maria Bartomeu? Barcagate menunjukkan betapa korupnya ia dalam memimpin Barcelona. Celakanya, aksi korupsi ini berjemaah dan bukan cuma melibatkan Bartomeu seorang. Ia dibantu CEO, Oscar Grau, serta kepala legal klub, Roman Gomez Ponti dan Jaume Masferrer.

Sumber: Laporan Keuangan Barcelona

Selain menggelapkan uang, mereka menyewa perusahaan media sosial bernama I3 Ventures demi melindungi reputasi dan eksistensi dewan direksi. Cadena SER menguak Barcelona telah membayar hampir satu juta euro per tahun kepada I3 Ventures untuk jasa kotor itu. Barcagate bukan satu-satunya penyebab Barcelona terkurung dalam petaka. Berbagai kebijakan yang absurd dan transfer-transfer ngawur menjadi penyebabnya. 

Mengutip laporan Liverpool Echo pada Maret 2021, dari total utang tadi, di antaranya ada 35 juta poundsterling yang mesti dibayarkan ke Liverpool atas transfer Coutinho pada 2018, kemudian pelunasan 16 juta euro kepada Ajax Amsterdam perkara transaksi Frenkie de Jong.

Tak cuma itu, Barcelona bahkan masih terkalang utang kepada Bordeaux, Gremio, dan Bayern Muenchen atas transaksi Malcom, Arthur, dan Arturo Vidal meskipun ketiganya sudah hengkang. Dari sini saja sudah menunjukkan bahwa Barcelona keliru dalam mengambil kebijakan dan memilih personel baru. Semestinya pemain mendatangkan untung buat klub, bukan sebaliknya.

Foto: Barcelona


Sebutkan siapa pemain teranyar Barcelona yang moncer. Jawabannya, hampir tak ada. Alih-alih demikian, untuk sekadar dibilang berguna saja sulit. Terhitung cuma Sergino Dest rada mendingan karena rutin menjadi starter. Sisanya jangan ditanya. Miralem Pjanic dan Francisco Trincao, misalnya, tak mengecap lebih dari 700 menit bermain di La Liga.

Matheus Fernandes yang paling ngenes. Gelandang seharga 7 juta euro ini cuma mencicipi 17 menit pementasan bersama Barcelona. Pihak klub kemudian memutus kontraknya via email dan Fernandes kembali ke klub lamanya, Palmeiras. Masalah tak berhenti sampai di situ, Fernandes dilaporkan mengambil tindakan hukum karena pemecatannya dinilai tak adil.

What's Next?

Barcelona tak punya banyak pilihan. Mau tak mau Joan Laporta harus mensterilkan borok yang ditinggalkan Bartomeu. Ia bersama Rafael Yuste, Mateu Alemany, Ramon Planes, dan Jordi Cruyff mesti memutar otak untuk menguangkan para pemainnya.

Sejauh ini Barcelona telah melepas Junior Firpo ke Leeds, berikut Jean-Clair Todibo dan Konrad de la Fuente yang dilego ke klub-klub Ligue 1, Nice serta Olympique Marseille. Trincao juga direntalkan ke Wolverhampton Wanderers belum lama ini. Meski begitu, transaksi ini cuma menghasilkan 26,5 juta euro atau 10% dari jumlah ideal yang mesti didapatkan Barcelona.

Sumber: Laporan Keuangan Barcelona

Langkah paling efektif adalah melepas pemain yang punya nilai jual tinggi. Selain mendapatkan kucuran dana segar, Barcelona juga bakal terlepas dari beban gaji yang besar. Antoine Griezmann, Coutinho, dan Pjanic ada dalam daftar terdepan. Menurut data Salary Sport, ketiganya merupakan pemain dengan upah tertinggi selain Lionel Messi. Kalkulasi gaji mereka mencapai 76 juta euro per tahun.

Barcelona juga sudah mempertimbangkan melepas Samuel Umtiti dan Ousmane Dembele. Gaji bulanan mereka berkisar di angka 247 ribu euro per pekan. Sebagai komparasi, jumlah itu bahkan lebih tinggi dibanding De Jong yang mendapatkan 205 ribu per minggu.

Melepas kelima pemain di atas juga tak bakal memengaruhi performa Barcelona secara signifikan. Pjanic jelas-jelas bukan pemain yang diinginkan oleh Ronald Koeman. Sementara posisi Griezmann nantinya bisa ditambal oleh Aguero atau Depay. Coutinho, Umtiti, dan Dembele juga tak bisa dibilang menguntungkan karena kerap cedera.

Masalahnya, bukan soal gampang untuk menjual pemain dengan harga tinggi sekarang ini. Rumor ketertarikan Arsenal dan Tottenham Hotspur terhadap Pjanic belum terkonfirmasi. Pun dengan Coutinho yang kabarnya diinginkan AC Milan. Menilik penyusutan performanya dalam beberapa musim terakhir, beberapa klub besar melihatnya jauh dari sebuah pembelian ekonomis. Lebih-lebih dengan banderol transfer serta gaji yang besar.

Sejauh ini baru Griezmann yang paling berpeluang hengkang. Itu pun dengan sistem barter. Barcelona sekarang sedang berusaha mengembalikannya ke Atletico Madrid dengan Saul Niguez sebagai penggantinya.

Kendati tak akan mendapatkan banyak kentungan dari hasil transfer, seenggaknya mereka bisa memangkas ongkos gaji Griezmann yang kelewat tinggi. Menyitat Salary Sport, gaji mingguan Saul sekarang ini 239 ribu euro atau lebih dari setengah upah Griezmann. Presiden Atletico, Enrique Cerezo, sebenarnya tak keberatan dengan kepulangannya. Namun, tingginya gaji eks Real Sociedad itu menjadi pertimbangan utama buat mereka.

And Messi..

Barcelona tidak memperlakukan Messi seperti pemain kebanyakan. Blaugrana masih memampang jersi nomor 10 miliknya di toko online resmi mereka. Kiprah Messi di Copa America juga tetap dipajang pada situs Barcelona. Mungkin saja Barcelona optimistis bisa kembali bersama dengan Messi atau barangkali sebaliknya, mereka terlampau patetis dan belum siap untuk kehilangan La Pulga.

Hingga saat ini Barcelona belum bisa menemukan pengganti Messi. Ketergantungan mereka begitu tinggi sampai-sampai menyulitkan diri sendiri. Barcelona bukannya tanpa usaha, tetapi memang tak ada yang mampu samai level Messi.

Griezmann masih tak kunjung berkarib dengan konsistensi. Ansu Fati, masih terlalu dini untuk menerima beban berat ini. Entah bagaimana dengan Aguero dan Depay nanti. Itu juga kalau Barcelona bisa menyelesaikan problem keuangan mereka lebih dulu. Belum lagi dengan desakan dari pihak sponsor. Mereka khawatir bakalan merugi andai Barcelona tak lagi diperkuat Messi.

Foto: La Liga

Laporta sampai meminta keringanan kepada La Liga agar dibolehkan reuni dengan Messi. Akan tetapi, Javier Tebas selaku presiden tetap pada pendiriannya bahwa Barcelona mesti lebih dulu memangkas pengeluaran agar tak melebih batas.

Kabar baik berembus seiring kesediaan Messi memotong setengah gajinya dalam kontrak baru di Barcelona. Belum, ini baru separuh jalan. Para pendukung Barcelona belum bisa tenang selama proposal itu urung bertanda tangan.

Menurut Marca, Barcelona sudah mempersiapkan kontrak dengan durasi lima tahun. Tentu dengan gaji yang berbeda dengan sebelumnya. Nilai plusnya, Barcelona masih akan tetap dilindungi Messi dalam beberapa musim mendatang. Ini juga akan memberikan impak positif di ruang ganti para pemain.

Namun, apa iya Messi masih tetap menguntungkan bagi Barcelona selama lima tahun ke depan? Toh, usianya saat ini sudah menyentuh 34 tahun.