Barcelona On Fire

Foto: @fcbarcelona

Banyak omongan bahwa daya ledak Barcelona saat ini karena Xavi meng-copy ide-ide Pep Guardiola. Apa itu benar?

Xavi Hernandez pelan dan pasti membius orang-orang. Ia mulai mengubah Barcelona menjadi kesebelasan yang mengasyikkan. Cara Blaugrana menyerang dan bertahan membikin fan berlega hati masih mencintai Barcelona, yang sempat aduh-aduhan dan kehilangan muruah.

Salah satu manifestasi ketajaman Barcelona-nya Xavi akhir-akhir ini adalah produktivitas mereka dalam mencetak gol. Ada 14 gol dalam empat laga terakhir di Liga Eropa dan La Liga. Jika dikalkulasi, gol-gol tersebut berasal dari lesakan delapan pemain. Itu memperlihatkan kolektivitas Barcelona sedang meletup-letup.

Kesuburan itu bersumber dari cara menyerang yang dibangun Xavi. Ia menekankan pentingnya pemosisian saat menguasai bola. Operan dan pergerakan menjadi roh dari skema menyerang Barcelona. Dengan dua hal itu, para pemain punya opsi melimpah dan tidak akan terlalu lama saat menguasai bola.

Banyak omongan bahwa Xavi meng-copy ide-ide Pep Guardiola. Omongan itu tidak salah dan tidak sepenuhnya betul. Ada beberapa ide Guardiola yang jadi rujukan Xavi. Namun, Xavi tidak menelan bulat-bulat apa yang Guardiola lakukan di Barcelona dulu.

Perbedaan yang kentara adalah aliran bola di lapangan. Meski rajin betul memperagakan umpan-umpan pendek, Barcelona versi Xavi tidak jarang mengandalkan umpan panjang diagonal dari lini tengah untuk mencetak gol.

Itu juga yang mungkin jadi alasan Xavi memberi peran Dani Alves sebagai false full-back. Ketika merancang serangan, Alves akan bergerak ke tengah mendampingi Sergio Busquets. Pemain berkebangsaan Brasil itu bertugas menyuplai penyerang dengan umpan panjang ke tepi kanan maupun kiri.

Busquets pun dapat tugas serupa. Selain menjadi penghubung lini belakang-tengah-depan, ia rutin memasok bola ke penyerang-penyerang sayap via long ball. WhoScored mencatat, rata-rata long balls per laga Busquets musim ini meningkat signifikan, dari 3 kali musim lalu menjadi 5,4.

Merujuk FBref, Busquets merangkum 53 shot creating actions (SCA) sepanjang musim ini. Sederhananya, SCA adalah atribut ofensif, mulai dari umpan, dribel, memenangi pelanggaran, yang dapat menciptakan tembakan.

Ciri khas Barcelona versi Xavi lainnya adalah pergerakan tiga penyerang mereka. Karena Alves rajin bergerak ke tengah, penyerang sebelah kanan, yang saat ini rutin ditempati Adama Traore, fokus bergerak di sisi flank. Ia jadi pendobrak sekaligus pintu pertahanan pertama di tepi kanan.

Jarang melakukan cut inside dan masuk ke kotak penalti, bukan berarti daya ledak Barcelona di sisi kanan mengerut. Traore, yang punya kecepatan dan tubuh kekar, jago mengirim umpan-umpan silang. Ia juga sudah merangkum 4 assists di La Liga dan Liga Eropa.

Penyerang sebelah kiri dapat bergerak berbeda. Jika penyerang sebelah kanan menyisir tepi, penyerang sebelah kiri getol bermain di area half-space atau masuk kotak penalti. Pergerakan itu bertujuan untuk menciptakan ruang bagi bek kiri. Ya, siapa lagi kalau bukan Jordi Alba.

Maka tidak heran jika Xavi memainkan Ferran Torres atau Gavi sebagai penyerang sebelah kiri. Kedua pemain itu jago mengendus ruang yang kecil untuk mengkreasikan peluang maupun melesakkan bola.

Karena skema menyerang seperti itu, Barcelona-nya Xavi tidak butuh sentuhan banyak untuk meneror gawang lawan. Serangan balik mereka pun cukup berbahaya. Kecepatan penyerang sayap dan umpan-umpan panjang dari belakang bisa membuat waswas pertahanan lawan.

"Xavi tidak membutuhkan banyak sentuhan bola seperti Pep," kata sumber rahasia yang mengetahui ruang ganti Barcelona, Spanyol, dan Manchester City kepada The Athletic.

Xavi juga menginginkan timnya sesegera mungkin mendapatkan bola. Maka, para pemain depan harus rajin memberikan pressing atau menjebak di area tertentu (sisi lapangan) agar lawan melakukan kesalahan.

Itu terlihat dari catatan The Analyst. The Analyst mencatat PPDA atau passes per defensive action Barcelona berada di angka 8,6. Angka itu bahkan terendah di lima liga top dunia.

PPDA sendiri adalah salah satu statistik yang bisa mengukur intensitas pressing sebuah tim. Kita bisa melihat seberapa garang sebuah tim menekan lawannya. PPDA menghitung berapa banyak operan yang dilakukan tim lawan sebelum tim coba merebut bola kembali dengan aksi defensif, baik tekel maupun intersep.

PPDA biasanya menghitung umpan yang terjadi di area pertahanan lawan saja. Karena pressing yang intens sudah dilakukan sejak area pertahanan lawan. Semakin dikit angka PPDA berarti semakin intens pula pressing yang dilakukan tim. Begitu juga sebaliknya.

Supaya pressing berjalan optimal, pemosisian pemain saat bertahan juga penting untuk memotong jalur operan lawan dalam melakukan build-up. Barcelona-nya Xavi melengkapi intensitas pressing yang cukup tinggi itu dengan garis pertahanan tinggi.

Berkat cara menyerang dan bertahan, performa Barcelona terus menanjak. Buktinya? mereka menyapu bersih empat laga dengan kemenangan dan 14 lesakan. Namun, skema Xavi masih belum terwujud paripurna. Barcelona masih punya pekerjaan rumah yang harus terus diselesaikan. 

Pekerjaan rumah terbesar adalah meredam serangan lawan. Pressing dan garis pertahanan tinggi belum berjalan bagus-bagus amat. Mereka sering kewalahan jika lawan menerapkan umpan-umpan panjang. Efeknya, lawan mudah melepaskan tembakan ke gawang Barcelona. 

Saat menang 4-1 atas Valencia, misalnya, Barcelona menerima 11 tembakan, sedangkan mereka sendiri cuma melepaskan 7 tembakan. Situasi serupa terjadi ketika Barcelona mempecundangi Atletico Madrid dengan skor 4-2.

Selain itu, Barcelona kudu meningkatkan efektivitas serangan mereka. Ambil contoh saat bermain imbang 1-1 dengan Napoli pada leg pertama Liga Eropa di Stadion Camp Nou. Dalam laga itu, Barcelona mencatatkan 21 tembakan. Namun, hanya satu yang berujung gol. Itu juga berasal dari titik putih.

Xavi sendiri secara eksplisit mengakui bahwa Barcelona masih butuh waktu dan proses untuk menjadi paripurna dan juara. Meski begitu, Barcelona saat ini sudah mulai berapi-api. Jika trofi La Liga dan Liga Eropa masih sulit direngkuh, setidaknya, mereka sudah memperlihatkan permainan yang asik, menarik, dan menjanjikan. 

"Kami belum melakukan apa-apa, belum memenangi apa pun."