Bargaining Power Raphinha

Foto: instagram @raphinha

Banyak klub yang menaruh minat merekrut Raphinha. Memang, sehebat apa, sih, Raphinha? Apa bargaining power dari pria Brasil itu?

Epilog transfer Raphinha mulai tampak. Setelah desas-desus berkepanjangan, Barcelona dikabarkan memimpin perlombaan untuk merekrut Raphinha dari Leeds United. Tinggal hitungan hari, kabarnya, pemain bernama lengkap Raphael Dias Belloli itu resmi milik Blaugrana.

Jauh sebelum kabar itu berembus, Chelsea berada di barisan terdepan. The Blues sempat unggul beberapa langkah dari Barcelona, Arsenal, dan Tottenham Hotspur yang sama-sama kesengsem mendatangkan Raphinha.

Tim Thornton dari Sky Sports pernah mengabarkan, kesepakatan Chelsea dan Leeds untuk Raphinha sudah dekat. Apalagi, lapor Thornton, Chelsea jauh-jauh hari menaruh minat mendatangkan pemain 25 tahun itu.

“Ketertarikan Chelsea sudah lama dan kesepakatan semakin dekat. Leeds belum menerima tawaran tertulis jadi ini tentang teknis kesepakatan dan formalitas. Sepertinya, si pemain menuju Stamford Bridge," ucap Thornton dilansir Sky Sports.

Kabar itu pada akhirnya pupus. Fabrizio Romano, selain menulis bahwa Raphinha ngebet bergabung Barcelona bukan Chelsea, mengabarkan bahwa Leeds sedang menanti proposal resmi dari Barcelona. Katanya, Barcelona secara verbal siap menebus Raphinha seharga 72 juta euro.

Biasanya, kalau Romano sudah berucap, kita seolah-olah dipaksa percaya bahwa Raphinha memang tinggal beberapa langkah lagi menuju Camp Nou .Toh, Romano merupakan cenayang transfer pemain yang keabsahan informasinya tidak bisa diragukan.

Melihat minat klub-klub tersebut, ada pertanyaan besar yang berkelindan: Sehebat apa, sih, Raphinha? Apa bargaining power dari pria Brasil itu?

Oke, CV Raphinha memang biasa-biasa saja dan belum punya pencapaian luks dalam kariernya. Namun, performanya di lapangan cukup memesona. Ia tahu betul bagaimana menggiring bola dan meliuk-liukkan badan dengan penuh kegembiraan.

Sebagai pemain sayap, Raphinha terbilang komplet. Tekniknya oke, dribbling-nya bagus, umpan-umpannya akurat, tembakannya juga kencang betul, dan ia punya pemahaman taktis yang mumpuni.

Statistik pun mempresentasikan betapa menjanjikannya Raphinha. Merujuk Sky Sports, sejak menjalani debut Premier League pada Oktober 2020 bersama Leeds, ia merangkum 118 dribel sukses dan 129 chances created. Jumlah itu tertinggi keenam di antara pemain Premier League lainnya dalam kurun yang sama.

Di Leeds, Raphinha memegang peran penting dalam fase menyerang. Bermain sebagai pemain sayap kanan, ia menjadi komponen penting untuk merusak pertahanan sekaligus mengkreasikan peluang, baik di bawah rezim Marcelo Bielsa maupun Jesse Marsch.

Ketika menguasai bola, Raphinha mendapat kebebasan. Ia bisa berlari kencang, mengelabui lawan, mengirim umpan silang, melakukan cut inside ke kotak penalti maupun menendang dari jauh. Kebebasan itu juga yang mendorong Raphinha ke puncak performanya.

"Hal terbaik yang dapat kamu lakukan dengan pemain yang begitu spontan adalah membiarkannya menjadi diri mereka sendiri," kata Bielsa soal sosok Raphinha saat masih mengarsiteki Leeds.

Meski kebebasan didapat, pergerakan Raphinha dominan di sisi kanan saja, tempat dan posisi sesungguhnya. Heatmap di bawah ini bisa menggambarkan bagaimana Raphinha bergerak selama 90 menit di lapangan.

Foto: sofascore

Ruang gerak yang terbatas tidak berpengaruh pada agresivitas Raphinha. Berdasarkan catatan Opta, Raphinha mampu memasukkan bola ke kotak penalti lawan, baik via umpan maupun dribel, sebanyak 468 kali. Angka itu lebih banyak dari catatan Son Heung-Min yang menyentuh 395 kali.

Kendati agresif dalam menyerang, Raphinha tidak kedul bertahan. Jika klubnya kehilangan penguasaan bola, ia akan berlari cepat ke belakang untuk memperkuat lini pertahanan. Catatan defensifnya pun tergolong oke. Kembali mengacu Sky Sports, ia merangkum 85 tekel, 58 intersep, dan 283 ball recoveries di Premier League sejak Oktober 2020 lalu.

Nah, kapasitas dan kapabilitas Raphinha seperti itu cocok dengan gaya main Barcelona versi Xavi Hernandez. Salah satu ciri khas Barcelona-nya Xavi adalah pergerakan tiga penyerang mereka. Karena bek kanan rajin bergerak ke tengah, penyerang sebelah kanan, yang saat itu rutin ditempati Adama Traore, fokus bergerak di sisi flank. Ia jadi pendobrak sekaligus pintu pertahanan pertama di tepi kanan.

Sedangkan penyerang sebelah kiri bergerak berbeda. Jika penyerang sebelah kanan menyisir tepi, penyerang sebelah kiri getol bermain di area half-space atau masuk kotak penalti. Pergerakan itu bertujuan untuk menciptakan ruang bagi bek kiri. Ya, siapa lagi kalau bukan Jordi Alba.

Maka tidak heran jika Xavi memainkan Ferran Torres atau Gavi sebagai penyerang sebelah kiri. Kedua pemain itu jago mengendus ruang yang kecil untuk mengkreasikan peluang maupun melesakkan bola.

Karena skema menyerang seperti itu, Barcelona-nya Xavi tidak butuh sentuhan banyak untuk meneror gawang lawan. Serangan balik mereka pun cukup berbahaya. Kecepatan penyerang sayap dan umpan-umpan panjang dari belakang bisa membuat waswas pertahanan lawan. Dan Raphinha cocok jadi penyerang sebelah kanan Barcelona-nya Xavi.


Oh, iya, Raphinha juga jago betul melesakkan bola dari jarak jauh. Dari 17 gol yang ia rangkum di Premier League sejak Oktober 2020, tujuh gol di antaranya bermula dari sepakan di luar kotak penalti lawan. Bukan main.

***

Di atas kertas, kedatangan Raphinha adalah strategi bagus Barcelona. Usianya belum tua-tua amat dan cukup komplet untuk ukuran pemain sayap sebelah kanan. Belum lagi gaya main Xavi sesuai dengan kapabilitasnya.

Raphinha tentu butuh waktu untuk membuktikan diri. La Liga adalah tanah baru yang akan ia jejak. Siapa tahu ia butuh adaptasi lama sehingga performanya biasa-biasa saja.

Namun, merujuk penilaian Gary Neville dan Jamie Carragher, Raphinha tampaknya akan tetap berbahaya main di mana saja. "Ia selalu menjadi ancaman besar," kata Carragher.