Benang Kusut Bursa Transfer Barcelona
Bursa transfer adalah pertarungan lain yang harus dimenangi Barcelona sebelum kompetisi dimulai.
Jika Tuhan berfirman "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku", Joan Laporta berkata bahwa langkah yang ditetapkannya akan meloloskan Barcelona dari lubang jarum.
Tumpukan utang dan kekacauan finansial menghantam Barcelona. Para pencintanya boleh berdalih dengan menunjuk pandemi sebagai biang kerok. Namun, laporan keuangan menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, Barcelona berjalan dari satu utang ke utang lain.
Pandemi adalah satu hal dan kegagalan mengatur utang adalah hal lain. Benar bahwa pandemi membuat pendapatan Barcelona menurun drastis. Akan tetapi, sebelum dunia mengenal pandemi Covid-19, Barcelona sudah bermain api dengan utang.
Ketika situasi global sedang baik-baik saja, carut marut Barcelona dalam mengelola utang tak tampak. Yang terlihat dari luar adalah gol-gol dan penampilan luar biasa Lionel Messi, daya ledak Luis Suarez, dan kecerdikan Sergio Busquets.
Ketika dunia kalang kabut, tabir itu terbelah, kekacauan Barcelona jadi kasatmata. Tim ini menjalani musim-musim dengan ribut. Yang terlihat setelahnya adalah lengsernya kekuasaan Josep Maria Bartomeu, efek domino beban gaji para pesohor, kepergian Messi, hingga akumulasi utang yang kian menggunung.
Seharusnya kondisi demikian membuat Barcelona mengencangkan ikat pinggang di bursa transfer menjelang musim 2022/23. Benar bahwa dunia sepak bola sedang bangkit kembali. Ini dibuktikan dengan gegap gempita bursa transfer yang meriah lagi pada musim panas ini. Namun, finansial Barcelona yang sedang tidak harum semerbak adalah perkara yang sedapat-dapatnya harus dibereskan hingga sekarang. Salah langkah sedikit, kejatuhan bisa datang dengan tampangnya yang paling seram.
Namun, lihatlah cara Barcelona melakoni bursa transfer. Pemain-pemain bintang seperti Raphinha hingga Robert Lewandowski datang ke Camp Nou. Di satu sisi, langkah ini memantik semarak, di sisi lain keputusan-keputusan tersebut terasa membingungkan.
Apa yang terjadi dengan utang Barcelona?
Laporta harus langsung memutar otak ketika tiba kursi tertinggi Barcelona pada Agustus 2021. Sebagian besar utang yang dimiliki Barcelona merupakan utang jangka pendek. Dalam periode tersebut pula, tingkat likuiditas klub sedang tidak baik. Sebagai gambaran, mengutip laporan keuangan Barcelona tahun buku 30 Juni 2020 saja, klub hanya memiliki kas dan setara kas senilai 162 juta euro. Sementara, utang-utang jangka pendeknya mencapai 731 juta euro. Itu artinya, Barcelona tidak memiliki tingkat likuiditas tinggi. Bayangkan jika utang-utang tersebut harus dibayar, sedangkan kas hanya ada di angka 162 juta euro.
Dari situ, kebangkrutan menjadi ancaman serius yang menghantui Barcelona. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari kemungkinan terburuk tersebut adalah merestrukturisasi utang. Lantas, Laporta memimpin operasi tersebut dan meraih kesepakatan dengan Fitch Ratings berupa utang jangka panjang sebesar 595 juta euro.
Mengutip laman resmi Barcelona, utang dengan tingkat bunga 1,98% itu akan jatuh tempo pada 2031. Restrukturisasi di sini bukan merenggangkan utang jangka pendek ke jangka panjang karena dalam situasi pandemi, kesepakatan itu mustahil dilakukan. Dalam konteks ini, yang mampu dilakukan Barcelona adalah menjadikan utang jangka panjang sebagai fondasi baru aktivitas klub dalam kondisi darurat finansial.
Dari 595 juta euro tersebut, 200 juta euro akan digunakan untuk refinancing utang tanpa agunan (unsecured notes), sedangkan 80 jutanya dipakai untuk refinancing bridge loan. Dalam konteks investasi, refinancing berarti cara pembayaran atau pelunasan pinjaman dengan mengajukan pinjaman baru yang bunganya lebih rendah. Hal ini dilakukan untuk meringankan pelunasan utang baik perorangan atau perusahaan. Sementara, bridge loan adalah utang berjangka yang benar-benar pendek, biasanya berdurasi 2 minggu sampai 3 tahun, tergantung kesepakatan kedua belah pihak.
Singkat cerita, setelah menjalani proses audit, utang Barcelona per 30 Juni 2021 menjadi sekitar 1,35 miliar euro. Utang sebesar 1,35 miliar euro bahkan bagi klub seperti Barcelona jelas bukan jumlah yang sedikit. Namun, masalah terbesar yang harus dipecahkan oleh setiap klub sebenarnya tidak hanya sebatas jumlah utang. Yang sebaik-baiknya mesti ditemukan oleh Barcelona adalah jalan untuk membuat nominal tersebut tidak menjadi utang yang buruk. Istilah sederhananya, pengelolaan utang yang benar.
Dengan utang sebesar 1,35 miliar euro, bagaimana Barcelona dapat menjalani bursa transfer?
Persoalan Barcelona ternyata tidak sebatas pada utang yang menggunung, tetapi juga squad cost limit yang mencapai angka -144 juta euro. Benar, angkanya minus.
Squad cost limit yang diterjemahkan sebagai batas gaji adalah kesepakatan atau aturan yang membatasi jumlah uang yang dapat dibelanjakan tim untuk gaji pemain. Jika berbicara Barcelona, aturan tersebut dikeluarkan oleh La Liga. Secara sederhana, rumus squad cost limit La Liga adalah pendapatan dikurangi jumlah pengeluaran skuad dan pembayaran utang.
Pandemi menghambat aliran pendapatan Barcelona. Dari laporan keuangan 2020/21 ditemukan bahwa pendapatan mereka hanya mencapai 631 juta euro atau mengalami penurunan 225 juta euro jika dibandingkan dengan musim 2019/20.
Jika diperhatikan, dalam rumus squad cost limit tadi ada tiga variabel: Pendapatan, pengeluaran, dan pembayaran utang. Itu artinya, Barcelona harus mendatangkan uang dan memangkas pengeluaran dengan cepat agar posisi mereka bisa berubah. Jangan lupa bahwa squad cost limit sudah dikeluarkan pada Maret 2022.
Mendapatkan klub baru bagi pemain bergaji tinggi adalah langkah pertama. Itulah sebabnya mereka begitu ngotot menjual Frenkie de Jong. Masalahnya, jumlah utang Barcelona pada De Jong juga tidak sedikit, yaitu 21 juta euro. Jika dibedah, komponennya akan menjadi 16 juta euro utang gaji, 3 juta euro utang bonus loyalty, dan 2 juta euro utang bonus performa.
Utang ini merupakan aturan yang ditetapkan Barcelona sendiri. Klub merilis regulasi yang membuat gaji dan bonus para pemain tidak dibayar secara penuh selama pandemi. Ketika pandemi berakhir, gaji pemain akan kembali normal dan gaji yang belum dibayar (dari pemotongan selama pandemi) akan dibayarkan.
Utang-utang ini membentur transfer De Jong, padahal Manchester United dikabarkan sudah sepakat untuk mengeluarkan biaya transfer 65 juta euro dan adds-on 20 juta euro demi mendatangkannya. Jika uang ini bisa diterima, tentu akan membantu Barcelona untuk mengubah posisi mereka di hadapan squad cost limit.
Berangkat dari kesulitan tersebut, Barcelona harus memutar otak untuk mendapatkan pemasukan cepat. Maka yang dilakukan Barcelona adalah menjual apa yang bisa dijual. Lantas Barcelona mengambil langkah untuk menjual 25% hak siar mereka–tetapi non-Liga Champions–kepada perusahaan investasi bernama Sixth Street untuk mendapatkan dana sebesar 527,5 juta euro.
Sebagai studi kasus, pendapatan hak siar domestik Barcelona pada 2021/22 mencapai 166 juta euro. Dengan begitu, jumlah yang harus disetorkan kepada Sixth Street pada tahun pertama adalah 41,5 juta euro. Tentu saja angka tersebut akan berubah seiring dengan perubahan pendapatan hak siar domestik Barcelona.
Secara kasatmata, langkah ini menjadi solusi jangka pendek menjanjikan karena Sixth Street bersedia membayar 527,5 euro tersebut di muka. Akan tetapi, bagaimana dengan ke depannya? Jika diperhitungkan, kesepakatan ini justru seperti menimbulkan kerugian jangka panjang. Anggaplah pendapatan hak siar Barcelona tadi tidak berubah jumlahnya selama 25 tahun. Artinya, dalam 25 tahun Barcelona harus membayar sebesar lebih dari 1 miliar euro kepada Sixth Street. Itu belum ditambah dengan risiko gagal bayar Barcelona dalam pelaksanaannya. Meski demikian, menyelamatkan diri dalam keadaan terjepit adalah prioritas Barcelona untuk saat ini.
Langkah kedua yang diambil Barcelona adalah menjual 49,9% saham Barcelona Licensing and Merchandising (BLM). Perhitungan awalnya, Barcelona bisa meraup uang sekitar 200 juta sampai 300 juta euro melalui langkah ini. Dalam sidang luar biasa dewan direksi, langkah tersebut juga disetujui melalui pemungutan suara. Akan tetapi, belakangan beredar kabar bahwa Barcelona mengurungkan niat untuk menjual saham tersebut setidaknya sampai 2023.
Perubahan tersebut konon disebabkan oleh mulai terbukanya beberapa pilihan bagi Barcelona. Selain penjualan hak siar tadi, Barcelona tengah mempertimbangkan opsi menjual saham 49% Barca Studios. Jika benar-benar terealisasi, itu artinya mereka bakal mentransfer hak audiovisual bersamaan dengan segala sesuatu terkait NFT dan Metaverse. Penjualan itu bisa memberi mereka dorongan ekonomi sebesar 200 juta euro.
Apa yang terjadi dengan squad cost limit Barcelona dengan langkah finansial tersebut?
Pada dasarnya, ada tiga kondisi terkait squad cost limit. Pertama, jika biaya skuad ada di bawah squad cost limit, klub bebas menggunakan uang mereka sampai batas yang ditentukan. Kedua, jika biaya skuad sama dengan squad cost limit yang ditentukan, sebuah klub dapat melakukan perhitungan lalu menjual pemain dan menggunakan uang penjualan tersebut untuk mendatangkan pemain.
Ketiga, jika biaya skuad di atas squad cost limit yang ditentukan, klub harus mengikuti regulasi spesifik yang dikenal sebagai aturan 1:4. Contoh, jika melepas pemain seharga 100 juta euro, klub tersebut dipersilakan untuk mendatangkan pemain seharga 25 juta euro.
Berangkat dari kondisi tersebutlah Barcelona melakukan segala cara–bahkan yang terkesan seperti sekoci penyelamat—untuk menggeser posisi ke kondisi pertama terkait squad cost limit alias di bawah squad cost limit. Masalahnya, Barcelona memiliki tagihan gaji dan amortisasi sebesar 560 juta euro. Jangan lupa bahwa squad cost limit mereka adalah -144 juta euro.
Itu artinya, mereka membutuhkan pendapatan sekitar 704 juta euro hanya untuk berada di posisi impas. Akan tetapi, itu jelas bukan kondisi ideal. Pendapatan Barcelona harus berada di atas 704 juta euro agar mereka dapat berinvestasi skuad dengan lebih aman dan leluasa.
Dengan rangkaian pemasukan yang belakangan ramai disebut sebagai pengungkit ekonomi tersebut, Barcelona setidaknya berpotensi meraup 727,5 juta euro. Syaratnya, penjualan saham tersebut harus dapat direalisasikan sesuai rencana. Langkah lain yang dapat dilakukan Barcelona adalah mengurangi gaji skuad.
Mengutip ESPNFC, Barcelona memang sedang mengatur langkah agar gaji yang dikeluarkan hanya menyentuh angka 400 juta euro. Itu artinya, tanpa penjualan saham tersebut pun, Barcelona hanya membutuhkan 16,5 juta euro lagi untuk sampai di kondisi impas. Namun, jangan lupa, kondisi impas bukan yang paling ideal bagi Barcelona.
Pada akhirnya, bursa transfer menjadi pertarungan lain yang harus dimenangi Barcelona sebelum kompetisi dimulai. Percuma mendatangkan pemain sekelas Franck Kessie, Raphinha, Lewandowski, hingga Andreas Christensen jika mereka tak dapat diregistrasikan dan bermain di kompetisi liga. Toh, gelar juara merupakan kunci yang dapat membukakan pintu keselamatan bagi Barcelona. Dengan gelar juara, Barcelona dapat merengkuh uang yang tentu saja dapat memberikan kesempatan kedua untuk bertahan hidup.