Best of Euro 2020: Karang-karang Lini Belakang

Ilustrasi: Arif Utama.

Siapa saja yang layak dinobatkan sebagai best partnership di Euro 2020?

Sepak bola bukan cuma ladangnya para penyerang. Panggung juga layak diberikan kepada para pilar lini pertahanan. Tugas mereka sama beratnya. Terlebih di era sepak bola modern seperti sekarang. Peran mereka dalam membangun benteng menjadi lebih kompleks. Tak lagi sekadar memutus gempuran lawan, tetapi juga mendistribusikan bola dan aktif membantu serangan. 

Termasuk di Euro kali ini. Pertahanan menjadi instrumen vital bagi negara untuk berjaya. Dua finalis, Italia dan Inggris, adalah tim dengan pertahanan terbaik sepanjang gelaran. So, siapa saja  yang layak dinobatkan sebagai duo bek terbaik di Euro 2020?

Chiellini-Bonucci

Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci adalah sejoli sempurna. Bukan hanya di Timnas Italia, keduanya juga berpadu di Juventus sedekade lamanya. Chiellini sampai pernah berkelakar bahwa ia lebih mengenal Bonucci ketimbang istrinya sendiri. Jadi, enggak mengherankan kalau kombinasi Chiellini-Bonucci begitu mumpuni di lini belakang Gli Azzurri.

Dari tipikal permainan, keduanya adalah karakter yang berbeda. Chiellini lebih doyan menggunakan fisiknya. Sementara, Bonucci merupakan tipe bek modern yang minim melakukan kontak fisik. Adalah visi dan kemampuan distribusi bola yang menjadi nilai jualnya.

Tidak, ini bukan berarti salah satunya lebih buruk. Chiellini dan Bonucci justru saling melengkapi. Itulah yang membuat pertahanan Italia tetap kokoh meski bermain agresif. Bahkan sepanjang turnamen, Chiellini dan Bonucci tak pernah dilewati satu pemain lawan pun dan nihil kesalahan yang berbuah tembakan.


Kedua veteran ini punya peranan penting di partai puncak, termasuk mempraktikkan furbizia (seni gelap sepak bola itu) terang-terangan. Entah apa yang terjadi bila Chiellini tidak menarik baju Bukayo Saka di menit injury time. Sementara Bonucci menjadi aktor penting lewat gol penyama kedudukan serta eksekusi ciamiknya di babak tos-tosan.

Maguire-Stones

Harry Maguire dan John Stones memang berada di kubu Manchester yang berbeda. Maguire di bagian merah sedangkan Stones di kubu biru. Meski begitu, keduanya punya root yang sama: Barnsley. Pada 2011 Maguire lebih dulu hengkang ke akademi Sheffield United setelah menimba ilmu di The Tykes. Stones, yang sempat mentas bersama tim senior, hijrah ke Everton dua tahun berselang.

Chemistry mereka di Timnas Inggris terbentuk pada Piala Dunia 2018 lalu. Di sana Gareth Southgate memasang Maguire dan Stones dalam format tiga bek. Distribrusi bola menjadi pertimbangannya, ya, karena kemampuan olah bola keduanya relatif di atas rata-rata.


Maguire dan Stones makin menjadi di Euro kali ini. Mereka membantu Inggris mencatatkan 3 nirbobol, termasuk saat mengalahkan Jerman di 16 besar. Gabungan ball recoveries keduanya menyentuh 77, terbanyak dalam daftar ini. Sayang, waktu Maguire dan Stones bukan untuk mendapatkan trofi bukanlah sekarang. Inggris pada akhirnya takluk dari Italia di babak final.

Vertonghen-Alderweireld

Musim 2010/11 adalah pertama kali duo Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld meraih trofi. Bersama Ajax Amsterdam, mereka meraih gelar Eredivisie. Mulai dari sini duet terbaik pertahanan Belgia lahir.

Vertonghen dan Alderweireld sempat berpisah 2 musim kemudian. Namun, mereka kembali berpadu di Tottenham Hotspur pada periode 2015/16. Kombinasi keduanya menaikkan derajat The Lilywhites dari medioker sebagai tim penantang juara. Ledley King, mantan kapten Tottenham, memuji mereka sebagai bek yang ampuh untuk menghadapi semua jenis pemain.

Marc Wilmots dan Roberto Martinez punya anggapan yang sama dengan King. Itulah mengapa Vertonghen dan Alderweireld rutin mengisi lini belakang Belgia sejak Piala Dunia 2014. Pun di Euro kali ini, mereka besar atas keberhasilan Belgia melangkah hingga perempat final. Dari empat pementasan bersama, 2 di antaranya diakhiri dengan nirbobol.

Laporte-Pau Torres

Dibanding pasangan lain, usia hubungan Aymeric Laporte dan Pau Torres jauh lebih singkat. Baru satu setengah bulan Laporte menjadi warga negara Spanyol. Debutnya dengan La Furia Roja saja baru tercipta pada 4 Juni atau seminggu sebelum Euro bergulir. Sementara itu, Torres belum genap setahun melakoni debutnya bersama timnas.

Keduanya tak lantas bermain buruk kendati minim pengalaman main di level internasional. Saat Laporte dan Torres tampil sebagai starter, Spanyol cuma kebobolan 2 gol. Belum lagi dengan kontribusi mereka terhadap skema penguasaan bola yang diusung Spanyol. Menyitat situs UEFA, Laporte menjadi pemain dengan jumlah umpan akurat terbanyak di turnamen lewat 658 umpan. Torres ada di urutan ketujuh dengan torehan 416 umpan sukses.

Well, secara karakteristik, Laporte serta Torres adalah pengganti ideal Sergio Ramos dan Gerard Pique. Itu tadi, mereka sama-sama yahud dalam pendistribusian bola. Kedua, ya, karena mereka cukup aktif terlibat dalam proses penciptaan gol. Laporte sukses mengukir 1 gol di Euro 2020, sedangkan 1 assist sudah dibuat Torres.