Biarkan Locatelli Menjadi Diri Sendiri

Foto: Instagram @locamanuel73.

Manuel Locatelli sudah muak dengan beragam ekspektasi yang menghampirnya. Lewat penampilan apik akhir-akhir ini, ia ingin membuktikan diri.

Manuel Locatelli bersahabat dengan ekspektasi. Sejak moncer di usia dini, ia sudah diberi ekspektasi sana sini. Pada satu pertandingan orang yang mengatakan permainannya mirip Andrea Pirlo, sementara satu pertandingan berikutnya ia dibilang mirip Xavi.

Debut Locatelli bersama Milan saat menghadapi AS Roma mendapatkan tempat spesial di hati pendukung Milan. Pertandingan tersebut dianggap sebagai pembuktian bahwa akademi Milan tidak bisa dianggap sebelah mata.

Mereka juga mengingat dengan jelas gol spektakuler yang dibuat Locatelli ke gawang Gianluigi Buffon pada musim 2016/17. Gol tersebut membuat Milan menang 1-0 atas Juventus dan membuat orang-orang menyebutnya sebagai spesialis tendangan jarak jauh.

Melihat Locatelli dari satu kejadian ke kejadian lain memang menyenangkan. Namun, semua lupa bahwa waktu bisa mengubah semuanya. Pada akhirnya, waktu mengubah Locatelli, dari wonderkid menjadi pemuda yang biasa saja.

***

Mauro Bianchessi punya pengalaman panjang di dunia pencarian bakat. Ia punya satu tim yang berisi deretan orang kepercayaannya yang piawai mencari bakat. Salah satu penemuan terbesar tim pimpinan Bianchessi adalah Christian Vieri.

Silvio Berlusconi mengendus kemampuan Bianchessi dan mengajaknya bergabung dengan Milan pada 2007. Tanpa pikir panjang, ia menerima pinangan tersebut dan membawa beberapa orang dalam tim tersebut.

Pada hari pertama bekerja, Bianchessi meminta tim tersebut mengumpulkan daftar pemain muda yang layak diperhatikan. Nama Locatelli ada di dalam daftar tersebut dan menjadi pemain paling muda.

Bermula dari permasalahan internal di kubu Atalanta soal kontrak pemain muda, Locatelli akhirnya memilih Milan. Sejak itu, petualangan Locatelli dimulai. Ia menjadi pilihan utama di kelompok umur yang diikuti.

Ada salah satu janji yang harus ditepati oleh Sinisa Mihajlovic saat ia ditunjuk menjadi pelatih Milan, yakni memberikan kesempatan untuk pemain muda. Tak tanggung-tanggung, Mihajlovic mempromosikan Gianluigi Donnarumma yang saat itu masih berusia 16 tahun ke tim utama.

Selain Donnarumma, Locatelli juga turut diberi kesempatan berlatih di tim utama. Jika Donnarumma akhirnya turun langsung, Locatelli tidak demikian. Kesempatan untuknya baru tiba saat Mihajlovic dipecat dan digantikan oleh Christian Brocchi.

Locatelli sebetulnya bisa saja mendapatkan kesempatan main di era kepelatihan Mihajlovic. Momen tersebut terjadi jelang laga Milan melawan Juventus, 10 April 2016. Ketika itu, Riccardo Montolivo diragukan tampil karena mengalami cedera.

Mihajlovic memutuskan bahwa Locatelli akan diturunkan jika kondisi Montolivo tidak memungkinkan. Keputusan tersebut tidak jadi diambil setelah tim medis Milan mengatakan Montolivo bisa dimainkan dengan catatan ia harus diganti pada pertengahan babak kedua.

Pertandingan pun berjalan. Memasuki babak kedua, Locatelli diperintahkan untuk pemanasan. Nasib berkata lain. Saat Locatelli bersiap memasuki lapangan, Mario Balotelli rupanya kesakitan dan justru ia yang meminta digantikan. Akhirnya Kevin-Prince Boateng-lah yang dimasukkan.

Milan masih punya satu kesempatan pergantian pemain dalam pertandingan tersebut. Namun, kesempatan tersebut tidak diambil oleh Mihajlovic. Entah karena kejadian ini atau bukan, tapi dua hari berikutnya, Mihajlovic dipecat.

Kesempatan bermain Locatelli makin besar saat Brocchi digantikan oleh Vincenzo Montella. Locatelli tidak mendapatkan kesempatan tersebut dengan mudah. Ia tidak hanya butuh tampil konsisten, tapi juga menunggu adanya pemain utama.

Kenyataan tersebut seakan menunjukkan bahwa Locatelli tak akan pernah memenuhi ekspektasi Milan. Seiring belanja besar-besaran yang dilakukan Milan pada 2017/18 dan kedatangan Tiemoue Bakayoko semusim berikutnya, Locatelli akhirnya memilih hengkang.

“Saya memang diberi kesempatan, tapi tidak cukup banyak. Adanya mereka membuat Milan seakan tidak mempercayai saya,” kata Locatelli perihal alasannya pergi. Milan pun merestuinya pergi, tapi dengan satu syarat: Hanya dengan status pinjaman.

Kondisi tersebut tidak disetujui Locatelli. Ia memang tidak mangkir dalam latihan, tapi banyak tanda yang ditangkap media darinya, salah satunya adalah menolak tawaran beberapa klub yang menjanjikannya status pemain inti.

Sassuolo kemudian datang. Mereka menawarkan hal serupa dengan banyak klub yang ditolak Locatelli sebelumnya, status pemain inti. Namun, mereka juga tak cukup punya daya untuk mendatangkannya dengan permanen.

Locatelli baru diturunkan di pertandingan resmi kedua Sassuolo musim 2018/19. Namun, sejak pertandingan tersebut, Locatelli berhasil mengubah lini tengah Sassuolo. “Ia membuat kami menyerang dengan lebih baik,” kata pelatih Sassuolo, Roberto De Zerbi. Sejauh ini, pernyataan tersebut belum kedaluwarsa.

Pelatih Sassuolo, Roberto De Zerbi, punya dua formasi andalan, 4-2-3-1 dan 4-4-2. Dalam dua formasi tersebut posisi Locatelli tidak tergantikan. Alasannya, ia punya kemampuan apik, entah saat menjadi deep-lying playmaker atau mezzala.

Melepaskan umpan dan mendikte permainan membuat banyak orang menyamakan Locatelli dengan Andrea Pirlo. Sedikit yang membedakan keduanya adalah Locatelli lebih mobile dan lebih sering berduel ketimbang Pirlo.

Per musim ini, Locatelli menjadi pemain dengan rata-rata umpan terbanyak di Serie A dengan 78,6 umpan per pertandingan. Satu hal menarik, urutan dua sampai lima dari daftar yang sama adalah seorang bek.

Mezzala juga peran lain yang dapat dilakoni oleh Locatelli dengan sama baiknya. Peran ini baru diberikan oleh De Zerbi pada musim ini. Namun demikian, ia tidak masalah dengan hal tersebut dan malah membuatnya semakin tajam.

Alasan mengapa De Zerbi memberikan ini adalah kepiawaian Locatelli dalam mencari ruang di pertahanan lawan. Peran tersebut membuat mayoritas tugas, entah mengirimkan umpan ke depan atau melakukan tembakan, Locatelli dilakukan di area halfspace lawan.

Peran tersebut lantas membuat catatan gol Locatelli meningkat. Dari 25 pertandingan yang sudah ia lakoni, ia telah mencetak tiga gol. Padahal, dari 33 penampilan musim lalu, ia tidak memiliki koleksi gol.

***

Belum ada setahun sejak Locatelli diberi kesempatan untuk membela Tim Nasional Italia oleh Roberto Mancini. Di pertandingan kedelapannya berseragam Gli Azzurri, tepatnya saat menghadapi Bulgaria, akhir pekan lalu, ia mencetak gol perdana untuk Italia.

Berawal dari umpan Lorenzo Insigne di sisi kanan pertahanan Bulgaria, Locatelli melakukan sekali kontrol untuk memastikan bola berada di tujuannya. Bola diarahkan ke ujung kiri gawang Bulgaria via sepakan melengkung.

Gol tersebut semakin mengibarkan nama Locatelli. Belakangan, ia santer disebut menjadi incaran Manchester City dan Juventus. Meski baru sebatas rumor, tapi setidaknya ini menunjukkan bahwa kemampuannya mulai diakui. 

Penampilan apik pembuktian Locatelli bahwa ia tak cocok mendapatkan julukan The Next Andrea Pirlo atau The Next Xavi. Lewat ini, biarkan Locatelli menjadi dirinya sendiri.