Biarkan Lukaku Datang Sekali Lagi

Foto: @romelulukaku

Mereka yang memiliki kesempatan adalah orang yang beruntung. Dan lebih beruntung lagi bagi mereka yang bisa mendapatkan kesempatan lebih dari sekali. Karena terkadang, semuanya menjadi lebih masuk akal di kesempatan kedua.

Romelu Lukaku adalah pemain beruntung. Setelah dibuang Chelsea ke Everton, datanglah Manchester United yang meminangnya. Ketika musim-musimnya berjalan buruk di sana, Inter Milan mengulurkan tangan untuk menyelamatkan. Dua tahun kemudian Chelsea memintanya pulang. Dan sekarang, Lukaku kembali Giuseppe Meazza untuk mendapatkan kesempatan keduanya.  

"Inter telah memberiku begitu banyak dan aku berharap bisa melakukan yang lebih baik dari sebelumnya," kata Lukaku dalam wawancaranya bersama Inter TV.

Ini mungkin sekadar lip service dari Lukaku. Dia tahu betul betapa suram kariernya di Chelsea. Dua kali di sana, dua kali pula dia merasa tak diinginkan. Bukan salah Chelsea pula. Mereka sudah memecahkan rekor transfer klub ketika menebusnya 97,5 juta di musim panas 2021. Namun, Lukaku hanya mampu memberikan 8 gol buat pasukan Thomas Tuchel di Premier League.

Sementara Inter adalah kebalikan dari Chelsea. Ialah tempat di mana Lukaku merasa menjadi pemain paling berpengaruh. Cetak gol iya, bikin assist juga iya. MVP Serie A 2020/21 pun dirahnya. Terpenting lagi, bersama Inter akhirnya Lukaku mendapatkan medali juara liga yang sebelumnya hanya didapatkan di Anderlecht.


Dari segi kuantitas, Simone Inzaghi sebenarnya masih memiliki cukup penyerang untuk musim depan. Lautaro Martinez dan Edin Dzeko masih dalam genggaman. Joaquin Correa juga telah dipermanenkan dari Lazio. Namun, bukan berarti Inter tak butuh itu.

Salah satu penyebab inkonsistensi Inter berasal dari minimnya produktivitas lini serang. Performa giornata 24 hingga 30 menjadi buktinya. Selain laga versus Salernitana, Inter hanya mampu mencetak 4 gol dari 6 pertandingan. Ini terkait dengan kegagalan mereka dalam menyelesaikan peluang.

Lebih spesifiknya Inter melepaskan 12 tembakan tepat sasaran pada pekan 29 dan 30, hanya 2 di antaranya yang berbuah gol. Itu pun lahir melalui wing-back, Denzel Dumfries, dan pemain pengganti, Alexis Sanchez. Melawan Torino dan Fiorentina itu, Inter hanya meraup satu angka. Kemudian kita tahu, Nerazzurri mesti terlempar ke peringkat ketiga, sementara AC Milan kian kokoh sebagai Capolista.

Lautaro bukan pangkal masalah ini. Memang, striker asal Argentina ini sempat mandul selama 8 pertandingan beruntun. Namun, dia berhasil menyumbangkan 7 gol dalam 7 pertandingan terakhir. Toh, koleksi golnya di akhir musim menyentuh 21, tertinggi ketiga di Serie A. Dengan kata lain, Inter membutuhkan mesin gol lagi selain Lautaro. Bukan hanya subtitusi, tetapi juga komplementer. Inilah yang tak didapat dari sosok Dzeko.

Betul bahwa Dzeko sukses melesakkan 13 gol di Serie A musim lalu. Itu bukan jumlah yang buruk. Akan tetapi, eks Manchester City itu kerap tampil angin-anginan ketika dibutuhkan. Nyatanya cuma 5 gol yang dibuatnya di paruh kedua. Dzeko bahkan hanya mampu melesakkan sebiji gol pada 9 pertandingan terakhir. Tentu Inter butuh lebih dari itu untuk bisa menggamit titel Serie A.

Pun dari segi penciptaan peluang. Mengacu data Whoscored, rata-rata 1,1 umpan kunci per laga yang dibuat Dzeko. Jumlah assist-nya hanya 5. Bandingkan dengan Lukaku yang berhasil mencetak 11 assist pada musim 2020/21. Rerata keypass-nya juga menyentuh 1,4 sekaligus yang tertinggi bersama Marcelo Brozovic.

Itulah mengapa Inter bersedia menampung Lukaku. Kendati datang sebagai pemain buangan dari Chelsea, kemampuan dan karakteristik permainannya bakal memenuhi spek big-man Inter. Termasuk untuk kebutuhan Inzaghi sekarang.

Overall, skema permainan Antonio Conte dan Inzaghi tak jauh berbeda. Mereka sama-sama menggunakan pakem tiga bek dan mengandalkan counter attack. Barangkali perbedaan yang paling kentara adalah skema counter movement yang diterapkan Inzaghi. Simpelnya, ketika pemain membawa bola, dua pemain lain akan melakukan pergerakan. Satu mendekat sedangkan satu lainnya menjauh. Tujuannya adalah untuk menarik lawan sekaligus mengekpos ruang kosong.

Dzeko menjadi salah satu elemen dalam skema ini. Kecenderungannya untuk bergerak ke dalam, plus posturnya yang menjulang bisa menguntungkan Inter agar tetap menguasai bola. Namun, usianya yang sudah menginjak 36 tahun membuatnya kesulitan untuk mengikuti pendekatan intens Inzaghi.

Apa yang ditawarkan Lukaku lebih dari itu. Dari segi usia, misalnya, dia masih berumur 29 tahun atau 7 tahun lebih muda dari Dzeko. Begitu halnya soal peran. Beberapa tahun ke belakang pemain kelahiran Antwerp ini sudah menanggalkan perantarget-man. Dia tidak hanya menggunakan tubuhnya yang kekar untuk berduel, tetapi juga memfungsikan kakinya untuk berlari.

Di rezim Conte, kita bisa melihat Lukaku beredar di tengah bahkan ke samping lapangan untuk menambah opsi seragan. Itu juga yang dibutuhkan Inzaghi sekarang, bagaimana penyerang bisa menciptakan umpan dan peluang selain tugas pokoknya sebagai pencetak gol. 

Heatmap Romelu Lukaku di Serie A 2020/21. Foto: Sofascore

Oke, jumlah gol Lukaku memang lebih minim ketimbang Dzeko di ajang liga musim lalu. Cuma 8 gol yang dia buat, 5 gol lebih sedikit dari Dzeko. Akan tetapi, bukan berarti Lukaku kehilangan ketajamannya. Menyitat Understat, xG Lukaku surplus 0,98. Jumlah ini lebih baik dari Dzeko serta Lautaro yang keduanya minus 3,45 dan 3,57. 

Artinya, sebagai seorang striker, Lukaku belum kehilangan ketajamannya. Hanya saja sistem Tuchel yang tidak cocok dengan karakteristik permainannya. Ini pula yang terjadi ketika Lukaku cuma bisa mengemas 12 gol untuk Manchester United di Premier League 2018/19. Semusim kemudian, setelah pindah ke Inter, raihan golnya naik nyaris 2x lipat. 

Well, mendatangkan Lukaku mungkin sebuah perjudian bagi Inter. Namun, jangan lupa bahwa seberapa besar perjudian bisa diukur dari jumlah pengorbanan, dalam hal ini duit. Inter hanya merogoh 6,9 juta poundsterling untuk meminjam Lukaku sampai tahun depan. Bagaimanapun, itu bukan jumlah yang besar buat mereka, apalagi untuk pemain yang baru dua musim lalu berhasil memberikan Scudetto.