Bisakah Martinelli, Saka, Smith Rowe, dan Odegaard Main Bersamaan?

Foto: Twitter @BukayoSaka87.

Ada empat nama yang menjadi tulang punggung serangan Arsenal musim ini: Martinelli, Saka, Smith Rowe, dan Odegaard. Orang-orang lantas bertanya-tanya: Bisakah keempatnya bermain berbarengan?

Mikel Arteta Amatriain berdiri di antara dua posisi: Penyelamat atau orang yang kelak sekadar numpang lewat. Dua tahun masa kepemimpinannya sebagai pelatih Arsenal, Arteta masih belum berhenti mengenyahkan keraguan.

Orang-orang boleh memuji performa The Gunners semenjak menelan tiga kekalahan beruntun di Premier League pada awal musim 2021/22. Pujian itu, tentu saja, tidak bisa lepas dari kinerja Arteta. Meski begitu, ada saja orang yang mengharapkan pria berdarah Basque itu enyah karena merasa sesungguhnya permainan Arsenal tak spesial-spesial amat.

Biar begitu, bukan berarti Arteta tidak memberikan progres sama sekali kepada Arsenal. Salah satu kredit yang layak disematkan pada namanya adalah perihal sejumlah pemain muda yang mendapatkan kesempatan bermain di tim utama. 

Hasilnya sudah mulai kelihatan. Starting XI yang Arteta mainkan mayoritas diisi pemain-pemain muda. Penggawa yang berusia lebih dari 25 tahun hanya Thomas Partey, Granit Xhaka, Pierre-Emerick Aubameyang, atau Alexandre Lacazette. Keempatnya juga tak sering turun secara berbarengan.

Kepercayaan Arteta kepada pemain-pemain muda juga dijawab dengan baik. Bila menengok daftar pemberi kontribusi gol terbanyak The Gunners musim ini jawabannya, ya, pemain-pemain mudanya.

Empat pemain, yakni Emile Smith Rowe, Gabriel Martinelli, Bukayo Saka, dan Martin Odegaard, memang sedang panas-panasnya belakangan ini. Mereka secara bergantian menjadi penyumbang gol atau assist untuk raksasa dari Islington itu.

Bahkan, tiga nama teratas top skorer sementara Arsenal di Premier League diisi oleh Smith Rowe (tujuh gol) serta Martinelli dan Odegaard (empat gol). Untuk urusan assist, Bukayo Saka masih memimpin. Empat assist diberikan pemain berusia 20 tahun itu untuk Arsenal sejauh ini.

Menariknya, keempat pemain yang tengah menjadi tulang punggung Arsenal itu tak pernah bermain bersamaan pada musim ini. Mereka saling bergantian untuk mengisi starter pilihan Arteta.

Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah Martinelli, Saka, Smith Rowe, dan Odegaard bisa bermain bersamaan? Jawabannya bisa saja.

Pola 4-1-4-1

Salah satu cara untuk memainkan keempat pemain tersebut secara bersama-sama adalah dengan menerapkan pola 4-1-4-1. Saka akan mengisi pos winger kanan, Martinelli di kiri, serta Smith Rowe dan Odegaard berada di belakang penyerang. Secara teori, baik Smith Rowe maupun Odegaard bisa bermain sebagai "nomor 8 kembar" yang mendapatkan free role—persis seperti Pep Guardiola yang menerapkan dua “free eight” di Manchester City.

Namun demikian, teori tersebut bukannya tak punya kelemahan. Memainkan Smith Rowe dan Odegaard secara bersamaan sangatlah riskan. Apalagi, Arsenal belum memiliki gelandang bertahan yang sangat lugas dan cermat untuk memotong serangan-serangan lawan.

Smith Rowe dan Odegaard tentunya akan berdiri cukup tinggi untuk membantu serangan Arsenal. Keduanya juga memiliki ruang bebas untuk melakukan kombinasi atau manuver untuk bergerak masuk ke dalam kotak penalti.

Begitu juga dengan Martinelli dan Saka di kedua sisi. Lewat kecepatan dan kemampuan individu yang cemerlang, merangsek ke dalam kotak penalti adalah hal bisa mereka suguhkan untuk menambah variasi lini serang Arsenal.

Kendalanya ada pada transisi negatif ketika Arsenal kehilangan bola. Di sini, Arsenal harus memiliki gelandang bertahan yang apik untuk bisa meng-cover Smith Rowe dan Odegaard yang akan lebih banyak membantu serangan.

Fragmen tersebut sebetulnya sudah terlihat saat Arsenal melawan Sunderland di Carabao Cup. Kala itu, Arteta memainkan Odegaard dan Smith Rowe bersamaan di lini tengah. Keduanya dibantu oleh Mo Elneny sebagai gelandang bertahan.

Namun, Elneny yang tak begitu kompeten dalam menjaga kedalaman kelabakan. Gol yang dibuat Sunderland berawal dari serangan balik yang tak bisa dicegah oleh gelandang asal Mesir itu.

Arsenal sebetulnya juga memiliki Granit Xhaka dan Thomas Partey yang bisa bermain sebagai gelandang bertahan. Akan tetapi, keduanya tak dinamis dan lugas dalam menghentikan serangan lawan.

Kalau urusan mendistribusikan bola, Xhaka dan Partey bisa menjadi andalan. Masalah akan terjadi saat Arsenal mendapatkan serangan. Keduanya tak konsisten untuk tampil baik dalam menyergap pergerakan ke daerah pertahanan Arsenal.

Rata-rata intersep Xhaka dan Partey cuma 0,9 per pertandingan. Keduanya juga cuma mengemas 1,5 tekel per 90 menit pada musim ini.

Martinelli di Penyerang Tengah

Ini adalah opsi lain untuk memainkan Martinelli, Saka, Smith Rowe, dan Odegaard secara bersamaan. Martinelli diplot sebagai penyerang tengah, disokong oleh Smith Rowe, Saka, dan Odegaard di belakangnya.

Untuk urusan mencetak gol, memainkan Martinelli di penyerang tengah memang bukanlah masalah. Pemain Brasil itu punya ketenangan dalam menyelesaikan peluang di depan gawang. Pada musim pertamanya di Arsenal, Martinelli bermain sembilan kali sebagai penyerang dan bisa mengemas tujuh gol di semua kompetisi.

Namun, Arteta baru sekali memainkan Martinelli sebagai penyerang tengah di musim ini saat melawan Chelsea. Hasilnya, eks pemain Ituano itu tak mampu membuat gol maupun shot on target.

Gaya main Martinelli yang ngotot dan mendambakan ruang terbuka untuk berlari tak bisa diterapkan saat menjadi penyerang tengah. Arteta menginginkan penyerang tengah yang kokoh dan mampu melindungi bola dengan baik. Penyerang tengah juga piawai membuat ruang untuk para gelandang masuk ke dalam kotak penalti.

Alexandre Lacazette dan Eddie Nketiah adalah contoh nyatanya. Kedua pemain tak banyak melakukan dribel dan melakukan aksi individu untuk melewati lawan. Namun, mereka rajin bergerak horizontal atau turun ke belakang untuk memberikan area kepada winger dan gelandang.

***

Selalu ada garis keperakan di balik awan hitam. Bagi Arsenal, kehadiran empat pemain muda ini adalah berkah tersendiri. Di balik performa tim yang masih belum konsisten dari musim ke musim, para pendukung boleh berharap bahwa masa depan mereka cerah karena memiliki beberapa pemain menjanjikan.

Pertanyaannya, tentu saja, adalah bagaimana memanfaatkan mereka? Kalau melihat kebutuhan akan gelandang bertahan mumpuni bisa menghidupkan keempatnya sekaligus, artinya Arsenal sebaiknya tidak dulu berhenti membenahi skuad.