Bruno Guimaraes, si Pengangkut Piano

Foto: Instagram @brunoguimaraes.

Sepak bola punya satu adagium, bahwa tim dalam permainan ini ibarat piano. Butuh delapan orang untuk mengangkutnya dan tiga orang untuk memainkannya.

Tim sepak bola ibarat piano; butuh delapan orang untuk mengangkutnya dan tiga orang untuk memainkannya.

Ketika mengatakan itu, tidak ada yang benar-benar tahu apakah Bill Shankly pernah menggeluti piano atau tidak. Namun, bisa saja ia pernah menyaksikan persiapan konser. Grand piano yang begitu besar itu mesti diletakkan di tengah-tengah panggung, tepat di bawah lampu sorot. Di titik itulah, pianis akan mempertontonkan kehebatan dan keindahannya.

Jari-jarinya yang hampir mati rasa karena berlatih siang malam akan menari di atas tuts, melahirkan musik-musik yang hanya bisa dinikmati, tetapi tidak bisa dimainkan mereka yang menonton. Semua akan berdiri, bertepuk tangan, dan memberi salut di akhir pertunjukan. Mustahil bagi sang pianis dapat duduk di atas panggung jika tak ada yang mengangkat piano raksasa itu. Namun, lampu sorot hanya untuk segelintir orang dan bukan untuk para pengangkut piano.

Bruno Guimaraes lebih suka menyebut dirinya sebagai piano carrier. Dalam wawancara tentang kedatangannya ke Newcastle United, istilah itulah yang digunakannya.

“Saya seorang piano carrier. Saya pengumpan yang baik dan menggunakan kecerdasan saya saat bertanding. Saya selalu suka mengambil posisi dekat dengan bola agar bisa terlibat lebih banyak dalam permainan. Siapa yang tidak suka menguasai bola? Namun, saya juga suka merebutnya dari lawan dan membawanya ke garis depan,” papar Guimaraes.

Ketika masih berseragam Lyon, kualitas terpenting Guimaraes adalah kemampuannya mempertahankan bola ketika tim membangun serangan. Kemampuan ini penting karena dalam fase demikian, tim, terutama pembawa bola, akan menghadapi banyak pressing

Dengan ketenangannya, Guimaraes dapat menerima bola dengan tepat dan menunggu sampai aliran bola terbuka bagi kawan-kawannya. Bahkan saat di bawah tekanan, dengan bola yang bergerak dalam kecepatan tinggi dan ia hanya memiliki sedikit waktu untuk berpikir, Guimaraes dapat membuat keputusan dengan aman. Konon kepiawaiannya untuk membuat keputusan dengan aman berasal dari latar belakangnya sebagai pemain futsal. Kata Guimaraes, futsal membentuknya sebagai pesepak bola yang sanggup keluar dari situasi sulit di tengah laga.

Penguasaan bola adalah perkara penting–walau bukan segalanya–dalam sepak bola. Penguasaan bola yang benar seharusnya berkorelasi positif dengan kreativitas dan serangan sebuah tim. Semakin sering bola dikuasai, semakin sering pula peluang dikreasikan. Sayangnya, musim ini Newcastle kepayahan. Mereka cuma sanggup mencatatkan rerata 38,5% penguasaan bola.

Arsitek taktik Newcastle, Eddie Howe, pada dasarnya adalah pelatih yang cukup mengandalkan penguasaan bola. Bournemouth asuhannya membukukan rata-rata penguasaan bola sebesar 49,3 persen. Untuk mewujudkan gaya permainan tersebut, ia membutuhkan pemain yang dapat mempertahankan dan mendistribusikan bola dengan baik. Kabar baiknya, kualitas itu ada pada Guimaraes.

Di Lyon pada paruh pertama musim 2021/22, Guimaraes adalah si raja umpan. FBref mencatat ia membuat 1.197 completed passes alias yang tertinggi di antara penggawa Lyon. Umpan-umpan Guimaraes tak sekadar membuat bola berputar-putar di area tengah, tetapi dapat menjangkau wilayah serangan. Itu dibuktikan dengan kemampuannya membuat 150 umpan yang menjangkau area sepertiga akhir. Jumlah itu juga menjadi yang tertinggi di antara kawan-kawannya.

Newcastle juga berhadapan dengan masalah kreativitas serangan. Pemrakarsa peluang terbanyak Newcastle justru lahir dari Matt Ritchie yang intens bermain sebagai full-back kiri. Rata-rata umpan kuncinya menyentuh 1,8 per laga. Torehan tersebut disusul Allan Saint-Maximin (1,5) dan Jonjo Shelvey (1,1). Jadi, tinggi betul urgensi Howe untuk menambah divisi kreatifnya pada transfer musim dingin.

Seharusnya Guimaraes dapat diperhitungkan sebagai solusi. Paruh pertama musim ini ia menjadi pemain yang paling banyak membukukan umpan kunci dengan rata-rata 1,65 per laga atau total 33 umpan kunci. Pun demikian dengan penciptaan tembakan via operan, dribel, atau tembakan (shot-creating actions) yang mencapai 67. 

Kemampuan-kemampuan tersebut barangkali tidak akan menjadikan Guimaraes sebagai pemain yang kerap mencetak gol. Malah bukan tidak mungkin ia hanya akan berdiri di balik bayang-bayang para goal-getter. Namun, gol tidak pernah datang dari langit. Semuanya harus diupayakan dan dibangun oleh tim.

Dari situ, dibutuhkan seorang pemain yang dapat memastikan aliran serangan tetap mengalir. Guimaraes adalah orang tersebut. Keberadaannya sebagai pengumpan ulung ibarat para pengangkut piano yang membuat seorang pianis dapat duduk memainkan musiknya di bawah lampu sorot. 

Barangkali tidak akan ada yang membicarakan keberadaannya. Namun, ialah orang yang akan selalu dicari jelang setiap konser. Sehebat apa pun pianis, ia tidak akan bisa mempertontonkan kehebatannya jika tidak ada yang mengangkut piano untuknya. Sehebat apa pun seorang pesepak bola, ia tidak akan bisa mencetak gol jika tidak ada yang membawakan bola padanya.

Persoalan lain yang dihadapi oleh Howe bersama Newcastle adalah departemen pertahanan. Newcastle ini rawan dalam mengantisipasi serangan cepat. Bek mereka terlalu lambat, grasah-grusuh sehingga sering melakukan pelanggaran, bahkan di kotak penalti. 

Sebagai gelandang box-to-box, Guimaraes juga dapat menawarkan solusi untuk sektor pertahanan. Bersama Lyon musim lalu ia membuat 60 tekel dan 423 pressure. Kedua atribut itu masuk tiga besar yang terbaik. Angka-angka ini memaparkan bahwa Guimaraes adalah seorang petarung bagi timnya. 

***

Guimaraes adalah pemain Brasil. Sepak bola Brasil kerap bicara tentang perkara ekstravaganza dan segala kemeriahan. Bintang-bintang Brasil tampaknya selalu punya cara untuk membuat dirinya bergerak di bawah lampu sorot. 

Istilah piano carrier yang digunakan oleh Guimaraes untuk menggambarkan dirinya seperti berlawanan dengan watak para bintang Brasil tersebut. Dengan istilah tersebut, Guimaraes sedang berkata bahwa yang terpenting bukan kesenangannya sebagai pesepak bola, tetapi kemenangan tim.

Lucunya, kesediaan untuk tidak selalu terlihat tersebut tidak membuat Guimaraes luput dari incaran tim-tim besar. Newcastle mendapatkannya seharga 33,3 juta poundsterling. Bukan harga yang murah, tetapi barangkali pantas untuk mendapatkan kekuatan sepertinya.