Cavani yang Belum Mau Berhenti Mencari Ruang

Foto: Instagram @manchesterunited

Edinson Cavani memang tidak muda lagi. Namun, ia masih punya senjata untuk menjadi penyerang berbahaya.

Pada akhirnya, tak ada lagi yang perlu dipertanyakan lagi soal Edinson Cavani.

Malam itu, Minggu (29/11), Manchester United tertinggal 0-2 dari Southampton pada akhir babak pertama. Meski tak mendominasi jalannya pertandingan, United memiliki lebih banyak peluang mencetak gol ke gawang lawan.

Masalahnya, lini depan mereka tidak tampil tajam. Mason Greenwood dua kali gagal memaksimalkan peluang. Sementara, Bruno Fernandes tak beruntung saat berhadapan satu lawan satu dengan kiper lawan.

Ole Gunnar Solskjaer lantas memasukkan Cavani pada awal babak kedua. Belum 15 menit di atas lapangan, ia memberikan assist kepada Fernandes. Perjudian Solskjaer berhasil saat Cavani mencetak dua gol yang pada akhirnya membawa United pulang dengan kemenangan.

Cavani tidak hanya pulang sebagai pemain terbaik dalam pertandingan, tetapi juga membuktikan statusnya sebagai penyerang yang memiliki kemampuan spesial dalam mencari ruang. Dua gol menjadi bukti bagaimana kemampuan dalam bergerak adalah syarat untuk jadi pemain mematikan.

***

Mario Souto adalah teman dekat ayah Cavani, Luis. Mereka berteman setelah bekerja di kontraktor perbaikan jalan yang sama. Pertemanan semakin dekat setelah mereka sama-sama menyukai sepak bola.

Tak jarang mereka menghabiskan akhir pekan bersama-sama. Jika tidak ada pertandingan di Estadio Parque Julio Pozzi, mereka akan pergi ke tempat latihan Cavani. Di tempat latihan itu, Mario mengenal Cavani.

Dari satu hari ke hari yang lain, Mario tahu bagaimana Cavani kecil. Ia selalu bercerita soal bagaimana Luis selalu takut anaknya pulang dengan memar. Ketakutan Luis didasari oleh posisi Cavani sebagai penyerang dan lawan yang seringkali berusia lebih tua.

“Perawakannya kecil dan tak gesit dalam mengejar bola. Luis tak tega saat melihat ia selalu kalah dalam perebutan bola. Di Ferro Carril, Luis, menyuruhnya untuk selalu bergerak, tidak hanya diam di kotak penalti,” kata Mario.

Hari demi hari dihabiskan Cavani untuk belajar sebagai penyerang yang rajin mencari ruang. Ferro Carril menjadi pelabuhan terakhir Cavani kecil. Pada usia 13 tahun, ia memutuskan untuk serius menggeluti sepak bola dan bergabung dengan tim besar, Danubio.

Dua dekade sejak itu, Cavani tumbuh sebagai salah satu penyerang terbaik dalam mencari ruang. Ia memang tak benar-benar kuat dan cepat. Namun, jangan sekali-kali meremehkan kemampuannya dalam bergerak.

Ada satu masa saat Cavani diingat sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah bermain di Serie A. Masa itu terjadi pada 2010/11 hingga 2012/13 dan selama tiga musim tersebut, ia mencetak 78 gol.

Mantan pelatih Napoli, Walter Mazzarri, kemudian menceritakan latar belakang di balik torehan Cavani tersebut. “Saat pertama kali datang, ia meminta beberapa hal. Salah satunya adalah kebebasan dalam bermain,” kata Mazzarri.

Mazzarri menerjemahkan permintaan Cavani ke dalam skema serangan Napoli. Kala itu, Napoli bermain dalam skema 4-3-3 dengan mengandalkan Cavani, Goran Pandev, dan Lorenzo Insigne di lini depan.

Pada praktiknya, Cavani memang bermain sebagai penyerang tengah. Namun, ia tak melulu diam di kotak penalti menunggu rekan mengoper bola. Ada juga banyak momen saat ia malah yang menginisiasi rekannya untuk memberikan umpan.

“Saya memahami permintaannya karena tahu ia memiliki keahlian dalam mencari ruang,” pungkas Mazzarri.

Penampilan apik membawa Cavani terbang dari Naples ke Paris. Meski bermain di bawah bayang-bayang Zlatan Ibrahimovic--dan tentunya kehilangan peran sebagai penyerang utama, kemampuannya di depan gawang tidak mengendur.

Jalan hidup Cavani berubah saat Paris Saint-Germain memutuskan untuk merekrut Kylian Mbappe dan Neymar pada musim panas 2017/18. Mereka memang tak mengusik peran Cavani di lini depan, tetapi secara permainan, mereka mengambil apa yang diinginkannya.

Keberadaan Neymar dan Mbappe di sisi lapangan membuat tugas Cavani hanya sebatas diam dan menyelesaikan apa yang mereka mulai. Ia tak lagi punya kesempatan untuk menunjukkan keahliannya dalam mencari ruang.

Pada akhirnya, ia tak lagi merasa nyaman permainannya terkekang. Saat Direktur Olahraga PSG, Leonardo, berkata bahwa masa depannya masih akan ditinjau karena performanya sudah jauh menurun, Cavani mantap untuk pergi.

***

Banyak yang sepakat saat Cavani tak tampil istimewa saat menjalani laga debut bersama United pada laga melawan Chelsea, Oktober lalu. Bermain dalam waktu yang tak sedikit, ia gagal menuntaskan dua peluang di mulut gawang.

Namun, sepertinya, itu hanya permulaan. Pelan-pelan, Cavani mulai menunjukkan legasi atas kemampuan dalam mencari ruang.

Ia memang hanya bermain delapan menit saat bersua Everton. Namun, lihat bagaimana ia tampak cerdas di depan lawan. Sebelum mencetak gol, ia sedikit menjauh dari Fernandes untuk membuka lebih banyak kesempatan melakukan tembakan ke tiang dekat gawang Everton.

Pun demikian saat melawan Istanbul Basaksehir. Cavani memang tak mencetak gol atau assist. Namun, dua gol yang diciptakan oleh United, gol pertama Fernandes dan gol Daniel James, berawal dari pergerakannya dalam mengecoh pemain lawan.

Di gol yang diciptakan Fernandes, ia berperan membuat kiper Basaksehir keluar dari sarang untuk merebut bola. Sementara itu, pada gol James, Cavani berhasil menarik perhatian bek lawan sehingga memudahkan Mason Greenwood mengirimkan umpan.

Bagaimana Cavani menafsirkan ruang juga terlihat pada pertandingan melawan Southampton.

Gol pertamanya pada pertandingan tersebut memperlihatkan bagaimana ia sabar menunggu bergulirnya bola. Saat bola bergerak ke arahnya, ia baru melakukan sundulan sambil menjatuhkan badan.

Demikian halnya dengan gol kedua. Gol ini memang ada andil dari umpan silang Marcus Rashford, tetapi melihat bagaimana Cavani bergerak mencari ruang di antara pemain-pemain Southampton rasanya cukup menjadi bukti.

Kompetisi mungkin masih menyisakan banyak pekan, tetapi setidaknya ia berhasil memberi bukti bahwa ia belum mau untuk berhenti mencari ruang.