Christian Eriksen dan Kesempatan di Ruang Sempit

Foto: Instagram @chriseriksen8.

Eriksen menjadikan isi kepala Ten Hag sebagai realitas, bukan sekadar fantasi yang berakar pada kegilaan akan ruang. Namun, Eriksen juga punya tugas yang belum selesai.

Dengan kesempatan kedua yang dianugerahkan sang Empunya Hidup, Christian Eriksen kembali ke lapangan sepak bola untuk memberi kelegaan bagi mereka yang berjejal di ruang sempit.

Orang-orang mengira kedatangan Eriksen dengan status bebas transfer hanya uluran tangan belas kasihan Manchester United. Bangku cadangan adalah tempat terbaik yang bisa diberikan Erik ten Hag. Sesekali, dalam laga yang tak krusial, turunkan dia sebagai pengganti Bruno Fernandes agar kakinya tak berkarat.

Anggapan itu ternyata keliru. Mereka yang awalnya skeptis kini tercekat melihat Eriksen tampil memikat. Memanggul peran free eight, ia memastikan United tidak kehilangan kontrol atas ruang yang tersedia.

Free eight adalah sepasang atau seorang gelandang nomor 8 yang diberi lisensi bergerak bebas. Kebebasan membuat free eight memulai permainan dari posisi dalam, lalu melakukan roaming alias bergerak maju atau melebar ke sayap.

Eriksen bertugas merawat progresi bola ketika United mengembangkan permainan dari bertahan ke menyerang. Ia ditandemkan dengan pemain defensif, seperti Casemiro atau Scott McTominay, agar lini tengah tetap seimbang.

Progresi serangan adalah persoalan serius United pada Premier League 2021/22. Mereka cuma mampu membuat 29,5 umpan progresif per 90 menit. Bandingkan dengan torehan 41,8 Manchester City. Statistik ini tidak mendakwa United kekurangan umpan atau penyerang cair, tetapi ketiadaan penghubung lini tengah dan lini serang yang cerdik memanfaatkan ruang.  

McTominay dan Fred berulang kali dikritik karena acap membelakangi gawang sehingga pergerakan bola jadi berantakan. Duo ini kesulitan melihat celah, mengeksekusi, dan mengatur waktu operan yang sempurna. Akibatnya bola malah mundur ke pemain bertahan dan menempatkan tim di bawah tekanan. 

Keberadaan Eriksen menguntungkan McTominay karena membuatnya memiliki tempat untuk melepaskan bola. Bruno pun tidak harus bergerak lebih dalam lagi untuk membantu perkembangan bola. Ia bisa leluasa membagi bola kepada penyerang lain yang posisinya sejajar atau di depannya.

Umpan silang, senjata Eriksen eksploitasi celah

Eriksen menafsir dengan cermat saat menggerakkan bola ke depan. Ia mampu mengendus jalan pintas dan kantong-kantong kecil yang belum terekspos. Kemampuan itu bisa dilihat saat United menang 3-1 atas Arsenal. 

Mengawali proses gol pertama, Eriksen melepas crossing kepada Bruno meski jaraknya mengkhawatirkan dan dikawal Albert Lokonga. Selain akurat, umpan tersebut menarik tiga pemain Arsenal keluar dari permainan sehingga Bruno dapat meneruskan bola kepada Jadon Sancho dan Marcus Rashford yang diakhiri dengan gol Antony. 

Eriksen sebenarnya sah-sah saja mengalirkan bola kepada Raphael Varane atau Lisandro Martinez yang berada di belakangnya untuk menghindari risiko. Namun, keputusan ini bakal membuat United mengulang serangan dari belakang dan bisa saja menarik mereka masuk dalam tekanan lawan. 

Dalam gol pertama tadi, umpan silang kepada Bruno adalah jalan pintas yang ditempuh Eriksen untuk mempercepat progresi serangan. Bagi United ini adalah berkah. Fluiditas membuat pergerakan mereka sulit ditebak. Serangan cepat cenderung membuat pemain bertahan lawan panik saat mengantisipasi.

Eriksen membuka proses gol pertama United vs Arsenal.
Eriksen membuka proses gol pertama United vs Arsenal.

Sebagian pesepak bola menganggap umpan silang sebagai respons frustrasi atas jalan buntu. Namun, bagi Eriksen, crossing adalah cara mengeksploitasi ruang demi mendekatkan bola ke gawang.

Gol ke-100 Rashford bagi United berutang pada sudut pandang itu. Lesakannya ke gawang West Ham United diawali dengan umpan silang Eriksen yang mempermainkan celah antara Declan Rice dan Aaron Cresswell. Tendangan itu bukan luapan keputusasaan atau spekulasi karena secara presisi mengincar depan tiang jauh; titik buta bek West Ham.

Memiliki Eriksen yang bisa bermain melebar menguntungkan United. Peluang mencetak gol akan muncul jika mereka memenangi pertarungan atau mengontrol bola di tepi, lalu membiarkan Eriksen melepas umpan silang ke tengah. Siasat ini juga berguna seandainya United berhadapan dengan tim yang pertahanannya condong ke sisi tertentu.

Bahkan dalam kekalahan di Derbi Manchester, Setan Merah mencicipi keuntungan itu lewat gol Antony. Kecerdikan Eriksen melepas umpan silang juga ditegaskan oleh statistik. Ia membuat 3,96 umpan silang per 90 menit di Premier League. Jumlah ini tertinggi di skuad United.

Position before possession, prinsip Eriksen kendalikan ruang

Eriksen adalah gelandang cendekia. Ia dapat mencari berbagai cara untuk secepat mungkin mengeluarkan timnya dari labirin taktik lawan. Salah satu manifestasi kemampuan ini adalah saat United unggul 2-1 di laga versus Arsenal.

United berada di bawah tekanan ketika skor 1-1. Tak banyak kesempatan yang muncul dan ruang yang bisa digunakan. Itu artinya, siapa pun yang memenangi bola harus bergerak cepat agar progresi bola segera berjalan.

Peluang datang saat Diogo Dalot menguasai bola kembali dan menemukan Eriksen memunggungi Martin Odegaard. Dalam satu sentuhan, Eriksen mengoper bola kepada Bruno yang posisinya lebih di depan. Seandainya yang dituju Dalot adalah McTominay, bisa jadi bola dibawa ke Martinez di belakang. Tujuannya barangkali baik, untuk menurunkan intensitas tekanan lawan dan mempertahankan penguasaan bola.

Namun, Eriksen tidak membuang-buang waktu karena sudah menempatkan diri di depan lubang di antara tiga pemain Arsenal. Keputusan ini bertumpu pada pengertian yang benar akan penguasaan ruang. Menguasai ruang lebih dari sekadar menguasai bola: Position before possession. Sebelum menguasai bola, Eriksen memastikan posisinya sudah superior terhadap lawan.

Pemosisian Eriksen dalam gol kedua United vs Arsenal.
Pemosisian Eriksen dalam gol kedua United vs Arsenal.

Keunggulan posisi itu dikawinkan dengan eksekusi matang. Bola berhasil diterima Bruno, lalu digulirkan melewati garis tengah lapangan. Beberapa detik setelahnya, Old Trafford beria-ria merayakan kedatangan gol Rashford.

Rangkaian proses itu menegaskan, Eriksen sanggup memberikan kejelasan pada setiap jengkal ruang yang tersisa bagi United. Dalam sepak bola, ruang adalah persoalan krusial. Ia lebih dari petak tanah berselubung rumput karena juga berbicara tentang kemampuan imajinatif pemain. 

Penguasaan bola dan kemampuan mengutilisasi ruang juga menjadi fondasi sepak bola Ten Hag. Keteguhan memegang prinsip totaalvoetball meniscayakan pemainnya dapat menjangkau dan menyusuri setiap jengkal ruang dengan lancar sampai peluit akhir.

Tidak ada tempat bagi permainan bertele-tele karena bola harus dijalankan dengan cepat atas dasar ketepatan posisi. Agar sirkulasi bola tetap cair, Ten Hag membutuhkan pemain yang mahir melepas umpan dan menempatkan diri sebagai opsi umpan. Baginya, berlama-lama memainkan bola tanpa progresi bisa menjadi senjata makan tuan.

Pemain juga harus terus bergerak untuk menarik lawan. Eriksen dapat menjawab kebutuhan Ten Hag, termasuk soal pergerakan tanpa bola demi melepas sumbat yang berulang kali mengganggu aliran bola United.

Manuver ini penting karena bisa membuka ruang kosong sehingga memunculkan pemain nomor 10 alias kreator peluang di belakang striker. Jika konsep itu direduksi menjadi satu contoh, ia akan menjadi gol ketiga United ke gawang Arsenal. 

Berlari tanpa bola, Eriksen memberi Bruno kesempatan mengikis garis pertahanan The Gunners dari tepi karena mereka juga harus mengejarnya. Penurunan intensitas pressing membuat Bruno bergerak leluasa hingga memberi umpan pada Eriksen yang dikonversi Rashford menjadi keunggulan 3-1.

Keberadaan Eriksen menjadikan isi kepala sang pelatih sebagai realitas di atas lapangan, bukan sekadar fantasi yang berakar pada kegilaan akan ruang. Dari henti jantung menjadi jantung serangan, begitulah Eriksen di tangan Ten Hag.

Pergerakan tanpa bola Eriksen dalam gol ketiga United vs Arsenal.
Pergerakan tanpa bola Eriksen dalam gol ketiga United vs Arsenal.

Eriksen juga memastikan United memegang kendali atas seluruh ruang dengan memberikan lebih banyak opsi kepada pemain lain. Yang paling kentara adalah Luke Shaw. Fullback kiri ini jadi bisa mengokupasi half-space, bukan cuma flank

Ketika Shaw hendak bergerak ke half-space, Eriksen bergeser ke flank. Kalau sampai di sepertiga akhir, Eriksen bersedia menempatkan diri di area center. Begitu pula sebaliknya. Jika Shaw mengambil alih flank, Eriksen bersiaga di half-space.

Pemosisian ini membuat para pemain tidak tumpang-tindih dan United menguasai setiap ruang yang ada sehingga serangan bisa lebih variatif. Contoh hasil manisnya adalah keunggulan 3-0 United atas Sheriff Tiraspol yang tersusun oleh umpan kunci Eriksen, assist Shaw, dan gol Rashford.

Di laga ini Eriksen superior dengan enam umpan kunci, terbanyak di antara pemain kedua tim. Atribut ini masuk dalam chances created sehingga berbicara tentang efektivitas penguasaan bola.

Mengukur keterlibatan Eriksen dalam build up serangan United

Peranan Eriksen dalam serangan tidak hanya diukur dari umpan kunci, tetapi juga attacking sequence involvement. Metrik ini mencakup seluruh aksi ofensif, termasuk umpan dan dribel, yang langsung dilakukan saat mulai mengontrol bola atau setelah merebut bola.

Attacking sequence involvement mengukur kontribusi pemain dalam serangan yang tidak sebatas gol, assist, maupun umpan kunci. Sampai laga melawan Aston Villa, Eriksen mengantongi 59 attacking sequence involvement Premier League. Torehan itu mendudukkannya di peringkat keempat skuad United.

Eriksen sangat terlibat dalam build up to shot atau proses membangun tembakan, dengan 33 upaya. Data ini selaras dengan tugasnya sebagai penghubung antara lini tengah dan lini depan. Tanggung jawab utama Eriksen bukan mengeksekusi serangan, melainkan mengalirkan bola supaya menjadi serangan.

Fungsi demikian tidak membuat Eriksen tampil mencolok. Namun, tanpa aksinya, build up serangan United dari dalam akan terganggu, bahkan terputus.

Free eight bukan peran asli Eriksen. Sebelum di United ia terbiasa menjadi pemain nomor 10 karena memang itulah dia yang sebenarnya. Eriksen tampil luwes ketika bermain sebagai pemain nomor 10 saat melawan Villa di Piala Liga Inggris. Dalam 30 menit, ia membuat lima chances dan menorehkan 100% akurasi umpan. Akan tetapi, sepak bola tidak selalu tentang mendapatkan apa yang kamu mau. Sepak bola juga berbicara soal beradaptasi dan menjadi apa yang dibutuhkan tim. 

Terkadang Eriksen masih kagok untuk terlibat di fase awal build up serangan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai free eight. Namun, dia tetap melakukan tugasnya dan bahkan menjadi pemain United ketiga yang paling banyak terlibat dalam inisiasi serangan di Premier League. Inilah sebabnya, Eriksen berharga bagi United.

Yang terjadi pada United setelah Eriksen bergabung

United dan Eriksen ibarat dua kawan karib yang sepakat memulai hidup baru dengan lebih baik. Jika Eriksen berupaya menjadi vital, United berbenah meningkatkan intensitas serangan pada musim ini. 

Rata-rata attacking sequence mereka di Premier League menurun dari 16,05 menjadi 14,92 per 90 menit. Walaupun penurunan attacking sequence belum tentu hasil yang buruk karena bisa saja menggambarkan efisiensi proses membangun serangan, United berisiko mengalami penurunan produktivitas gol. 

Dibandingkan dengan musim 2021/22, harapan gol (xG) United di Premier League dan kompetisi Eropa menanjak dari 1,40 menjadi 1,72 per 90 menit. Masalahnya, rata-rata gol turun dari 1,49 menjadi 1,37 dan musim ini, jumlahnya masih di bawah xG. Data ini mengisyaratkan bahwa United masih bermasalah dalam menyelesaikan peluang. Namun, kompetisi belum sampai separuh jalan; tentu peluang menutup musim dengan peningkatan kualitas serangan masih terbuka.

Di sisi lain, waktu yang diperlukan pasukan Ten Hag untuk menciptaan satu serangan atau sequence time makin cepat, dari 3,84 menjadi 3,61 detik. Artinya, serangan United lebih lugas karena progresi berjalan makin ringkas. Memiliki pemain yang cerdik memotong jalan untuk menggerakkan bola atau menempatkan diri sebagai opsi umpan bisa memperlancar aliran serangan. 

Ten Hag pun menginstruksikan para pemainnya mengisi seluruh koridor lapangan--flank, half-space, center--saat mulai memasuki area lawan. Tujuannya adalah memperbanyak opsi umpan sehingga bisa cepat memecah pertahanan lawan dan menjaga serangan tak gampang kandas.

Prinsipnya, makin cepat progresi serangan, makin tinggi kendali pertandingan yang dipegang tim. Perubahan 0,23 detik memang tidak terlihat menarik. Namun, sepak bola bisa menyajikan banyak hal dalam hitungan detik.

United juga punya harapan memperbaiki transisi menyerang. Pada Premier League 2021/22, Setan Merah hanya sanggup melepas 48 tembakan dari 265 high turnover. Dalam nomenklatur sepak bola, high turnover berarti proses memulai tembakan pada jarak kurang dari atau sama dengan 40 meter dari gawang lawan yang langsung dilakukan setelah merebut bola.

Tingkat keberhasilan 18,6% itu mengindikasikan transisi menyerang United tidak efektif. Penyebabnya adalah intensitas pressing yang menurun dan eksekusi serangan balik yang buruk.

Kondisi membaik di Premier League 2022/23. Dalam 13 pertandingan, mereka membuat 89 high turnover dan mengonversi 18 di antaranya menjadi tembakan. Persentase keberhasilannya adalah 20,22%. Karena transisi menyerang dan serangan balik berkaitan, kejelian memanfaatkan celah yang 'disediakan' lawan dapat menentukan. Toh, serangan balik sangat bergantung pada daya eksploitasi ruang.

Tentu peningkatan-peningkatan tersebut bukan hasil kerja Eriksen seorang diri. Namun, sebagai bagian integral lini tengah, Eriksen mengembalikan sesuatu yang hilang selama bertahun-tahun di Old Trafford: Percikan kreativitas dari dalam yang ditopang efektivitas penguasaan ruang.

Tugas Eriksen yang belum selesai

Pressing masih menjadi masalah Eriksen, termasuk saat kalah 1-3 dari Villa. Ia bahkan terlambat menekan lawan setelah mengoper kepada Alejandro Garnacho. Alih-alih maju ke kotak penalti untuk mengurai pertahanan, ia malah tetap di posisi memberi umpan.

Eriksen sempat berusaha mengejar bola saat tembakan Garnacho dimentahkan. Namun, tentu ia terlambat. Akibatnya, Ezri Konsa dapat membuang bola dengan leluasa.

Pada dasarnya, Eriksen memang bergerak ke half-space lawan untuk mengalirkan bola ke para penyerang. Pasalnya, Donny van de Beek yang berupaya mengokupasi half-space malah kesulitan mengalirkan bola kepada Rashford, Cristiano Ronaldo, atau Garnacho.

Akan tetapi, Eriksen seharusnya merespons situasi berbahaya dengan rencana cadangan. Lagi pula, beberapa kali mengirim umpan silang untuk mengeksploitasi celah, beberapa kali pula ia gagal, termasuk via sundulan Ronaldo. Karena itu, sudah sewajarnya Eriksen lebih aktif dalam pressing untuk melonggarkan pertahanan lawan.

Kekalahan dari Villa sebenarnya dipicu nihilnya pengganti sepadan buat Bruno. Di skuad United, Bruno bukan hanya pengalir bola ke ujung tombak, melainkan juga pengambil risiko ketika situasi mandek. Dia adalah seorang game changer.

Bruno berani mengambil risiko menembak ketika posisinya tidak menguntungkan. Contohnya adalah gol kedua United versus Tottenham Hotspur. Ia tetap menyambut bola yang mengenai betis Eric Dier dalam ruang sempit dengan tembakan mengarah gawang.

Eriksen tak sekalipun membuat tembakan melawan Villa. Benar bahwa fungsinya adalah konektor, tetapi harus ada pemain yang bertindak di luar kebiasaan dalam situasi darurat. Sesekali, 'anak baik-baik' seperti Eriksen perlu menjadi rebel. Kalau tidak percaya, silakan bertanya pada Casemiro.

****

Sepak bola adalah pedang bermata dua bagi kehidupan Eriksen; terkadang membahagiakan, terkadang meluluhlantakkan. Eriksen berulang kali kepayahan, lalu dipinggirkan. Ia bahkan bertarung satu lawan satu dengan maut saat kolaps di Piala Eropa 2020.

Namun, cerita Eriksen tak melulu tentang seorang pesepak bola yang hampir mati atau pemain yang "dipaksa" untuk menjalankan yang bukan peran aslinya. Rangkaian kisah Eriksen juga membuktikan bahwa selama menolak meringkuk di hadapan keterpurukan, 'ia yang tidak terpandang dapat dipakai untuk meniadakan apa yang berarti' lebih dari sekadar kata-kata pembalut luka.

Eriksen tidak memeram segala carut-marut dalam sepak bolanya menjadi duka tanpa penawar. Ia mengeramnya hingga menetaslah pengertian bahwa tidak semua yang tersingkir dan berdiri di depan maut kehilangan ruang dalam kesempatan kedua.