Cristiano Ronaldo Positif COVID-19, Apa Sebaiknya International Break Ditinjau Ulang?

Foto: Twitter @Cristiano

Sejumlah jurnalis dan pelatih mengkhawatirkan efek samping international break di tengah pandemi. Apa sebaiknya laga-laga internasional ditinjau ulang?

Zlatan Ibrahimovic adalah pria yang berlagak dirinya adalah singa. Sebagai singa, ia adalah predator —kerjaannya adalah memangsa. Sebagai pemangsa, jarang betul Ibrahimovic memposisikan dirinya sebagai orang lemah.

Perkara apakah image Ibrahimovic sebagai orang perkasa nan serba-menaklukkan itu adalah gimmick belaka, atau cuma jualan orang-orang yang ada di belakangnya, itu lain soal. Yang jelas Ibrahimovic memang punya sejumlah kemampuan yang layak untuk mendapatkan aplaus; mulai dari mencetak gol hingga memiliki sabuk hitam taekwondo.

24 September 2020, kabar itu menyeruak: Ibrahimovic positif terkena COVID-19. Kabar itu langsung ditanggapi Ibrahimovic sendiri lewat cuitan pendek berjumlah 23 kata di akun Twitter pribadinya. Ia membenarkan kabar itu.

Ibrahimovic si singa bisa terjangkit virus yang juga menghinggapi banyak manusia biasa.

“Tes COVID-ku negatif kemarin, tapi hari ini positif. Tak ada simtom sama sekali. Berani-beraninya COVID menantangku. Ide buruk,” tulisnya.

Mereka yang membaca cuitan itu tentu saja tersenyum. Betul-betul khas Ibrahimovic. Namun, terjangkit virus yang sudah membunuh begitu banyak orang tetap saja bukan hal yang lucu.

Semenjak saat itu, Ibrahimovic memang sudah pulih. Ia bahkan sudah berlatih kembali bersama AC Milan. Namun, ini semua menjelaskan mengapa tiap-tiap liga di Eropa sana menerapkan protokol kesehatan yang teramat ketat.

Lihat saja Edinson Cavani. Kendatipun sehat, ia tetap harus menjalani karantina terlebih dahulu sebelum bisa tampil bersama klub barunya, Manchester United. Cavani resmi bergabung dengan United pada 5 Oktober 2020, tetapi karena mesti menjalani masa karantina dulu, dia absen kala United menghadapi Newcastle United, Minggu (18/10/2020).

Namun, kasus Ibrahimovic menunjukkan bahwa sudah sehati apa pun, tetap saja ada kemungkinan pemain yang bermain di sebuah liga terjangkit COVID-19. Padahal, Ibrahimovic tidak bermain sama sekali dalam laga-laga internasional.

***

Selasa (13/10), Squawka News mengabarkan bahwa Cristiano Ronaldo positif terjangkit COVID-19. Kabar tersebut bukan isapan jempol karena Timnas Portugal sendiri mengonfirmasikannya.

Yang bikin khawatir, Ronaldo saat itu sedang membela Portugal pada international break. Ia bertemu, bersinggungan, dan berdekatan dengan rekan setim maupun lawan. Bagaimana bila virus tersebut menyebar ke mereka dan terbawa pulang ke klub masing-masing oleh para pemain lain?

Di timeline Twitter, beredar foto Ronaldo sedang bersantap dengan pemain-pemain Portugal lainnya. Tentu saja semua bertanya-tanya soal bagaimana nasib para pemain Portugal lainnya? Well, untuk menenangkan Anda semua, kabarnya semua pemain itu hasil tesnya negatif. Cuma Ronaldo yang positif.

Namun, tetap saja international break bikin khawatir. Ronaldo bukanlah pemain pertama yang terjangkit COVID-19 (atau dites positif COVID-19) ketika sedang menjalani tugas bersama tim nasional. Paul Pogba adalah contoh lainnya.

Salah satu alasan mengapa kasus COVID-19 amat sering ditemukan dalam international break adalah karena para pemain dipaksa keluar dari bubble klub dan liga-liganya masing-masing dan melakukan perjalanan internasional menembus batas-batas negara.

“Inilah mengapa, melihat kasus-kasus bermunculan lagi, international break terasa tidak pada tempatnya,” tulis Miguel Delaney, Chief Football Writer untuk The Independent.

Andi Thomas, dalam tulisannya di Eurosport, membuat judul yang nyaris senada dengan opini Delaney: “Turns Out COVID-19 Isn’t Taking A Break From The Internationals”.

CNN juga menurunkan tulisan serupa, mempertanyakan kepentingan laga-laga internasional ketika penambahan angka kasus COVID-19 sedang berusaha ditekan. Menurut data FIFPro, 251 pemain melakukan perjalanan lintas-benua untuk melakoni laga internasional.

Perjalanan pemain menembus batas negara dan benua itu, tentu saja, bertentangan dengan banyak usaha kompetisi-kompetisi olahraga di berbagai belahan dunia. NBA, misalnya, sengaja menggelar lanjutan kompetisinya musim ini di dalam bubble, pada satu tempat tertutup yang tidak terjamah oleh orang luar atau yang berkepentingan. Di dalam bubble, protokol serbaketat tetap diberlakukan.

Pelatih Liverpool, Juergen Klopp, juga ikut mempertanyakan kepentingan laga-laga internasional. Klopp berargumen bahwa kebijakan tiap-tiap negara berbeda, oleh karena itu kekhawatiran COVID-19 menjangkiti pemain cukup valid.

“Saya tidak ingin terdengar meremehkan soal bagaimana negara lain menangani pandemi ini, tapi di sini kami tahu seperti apa dan bagaimana penanganannya,” ujar Klopp seperti dilansir AS.

“Saya sedikit khawatir karena sulit untuk menghubungi seluruh federasi sepak bola di seluruh dunia.”

“Kami harus memastikan bisa membawa pulang pemain ke sini secepat dan seaman mungkin. Setelah itu, kami harus memeriksa mereka sebelum berusaha untuk mendapatkan hasil terbaik pada hari Sabtu,” kata Klopp.

Klopp dan para pelatih lainnya di klub kini punya kekhawatiran tambahan. Dan itu bukan soal pemain cedera.