Dari Kegilaan Laurentiis Napoli Menemukan Gaya yang Eksentrik

Foto: Twitter @sscnapoli

Sejak Laurentiis datang, Napoli bukan hanya selamat dari kebangkrutan, tetapi juga terbiasa melakukan hal-hal gila.

Sepak bola tidak pernah menyangka bakal berkawan dengan Aurelio de Laurentiis. Sebelumnya Laurentiis bergelut di balik layar film-film box office Italia. Filmauro adalah nama rumah produksi yang didirikannya pada 1975. Lebih dari 300 film lahir dari rumah produksi itu.

Dunia sepak bola baru ditekuni Laurentiis pada 2004. Ia tak hanya menjejak ke lapangan bola sebagai pembeli, tetapi juga penyelamat Napoli.

Ketika itu Napoli sedang terpuruk akibat utang 70 juta euro yang tidak sanggup dibayar manajemen. Napoli bangkrut habis-habisan. Jangankan pemain, peralatan dan tempat latihan pun tidak dimiliki Partenopei yang kala itu terperosok ke Serie C.

Dasar Laurentiis orang gila. Ia memberikan suntikan dana sekitar 30 juta euro untuk mengakuisisi Napoli. Laurentiis tak cuma menyuntikkan dana awal, tetapi membawa Napoli ke dalam ambisinya. Pierpaolo Marino diberi tanggung jawab untuk membangun tim. Laurentiis juga memilih Edoardo Reja sebagai pelatih Napoli saat itu.

Reja bukan sosok yang main-main. Vicenza dan Brescia berhasil dibawanya promosi ke Serie A dengan menjuarai Serie B. Pencapaian itu menjadi alasan Laurentiis menunjuk Reja sebagai nakhoda.

Tentu saja Laurentiis tak menghentikan kegilaannya. Mulai dari mengajak fans Napoli berkelahi, meminta Gokhan Inler mengenakan topeng singa saat perkenalan, hingga menunjuk Gennaro Gattuso sebagai pelatih pengganti Carlo Ancelotti--dilakukannya selama memimpin Napoli.

Penunjukan Gattuso juga membikin entah berapa orang mengerutkan dahi. Sebab, Gattuso belum memiliki prestasi apa-apa saat datang ke klub Italia Selatan itu. Pencapaian terbaiknya cuma mengantarkan Milan masuk ke Liga Europa. Selebihnya tak ada trofi yang didaratkan pelatih berjuluk 'Si Badak' itu.

***

Penunjukan Gattuso berawal dari langkah Napoli yang terseok pada musim 2019/20. Dalam 14 pertandingan awal Serie A, Napoli menang lima kali, imbang lima kali, dan kalah empat kali. Hasil tersebut membuat Napoli berada di posisi ketujuh klasemen dengan 20 angka.

Napoli juga pernah gagal menang dalam sembilan pertandingan beruntun di semua kompetisi dalam periode tersebut. Pencapaian buruk itu membuat Carlo Ancelotti didepak dari kursi kepelatihan Partenopei.

Laurentiis tak membutuhkan waktu lama untuk mencari pengganti Ancelotti. Gattuso langsung ditunjuk untuk menukangi Lorenzo Insigne dan kolega. Bersama Gattuso, Napoli bisa menggapai hasil yang positif.

Di pentas Serie A, Napoli merengkuh posisi ketujuh klasemen akhir dengan 62 angka. Namun, Napoli berhak lolos ke Liga Europa karena menjadi kampiun Coppa Italia.

Gattuso bisa meraih trofi perdananya sebagai pelatih bersama Napoli. Di final Coppa Italia, Napoli menekuk Juventus melalui drama adu penalti.

Langkah Napoli untuk menjadi juara juga tidak mudah. Di babak delapan besar, Napoli menyingkirkan Lazio. Di semifinal giliran Antonio Conte dan Inter Milan yang dibuat menyerah.

Pada musim 2020/21, Napoli memulai dengan cukup apik. Dalam sembilan laga, Napoli menang enam kali dan kalah tiga kali. Oh, ya, satu kekalahan Napoli juga bukan karena bertanding.

Saat itu, Napoli dinyatakan kalah dari Juventus karena tak datang ke Turin. Para pemain Napoli harus menjalani isolasi mandiri sesuai dengan aturan otoritas kesehatan wilayah Campania karena ada pemain Napoli yang terpapar COVID-19.

Namun, hasil investigasi menyebutkan hal tersebut bukan force majeure yang membuat laga harus ditunda. Alhasil, Napoli dinyatakan kalah dan pengurangan satu poin. Napoli tidak terganggu dengan keputusan tersebut. Gattuso dan pasukannya bisa tampil ciamik dan terus bersaing meraih gelar juara.

Di bawah kepemimpinan Gattuso, Napoli tampil berani dan agresif. Penampilan mereka mengingatkan seperti apa Gattuso saat masih jadi pemain. Gattuso tak segan berduel untuk merebut bola di lini tengah. Tekel-tekel kerasnya menahbiskan Gattuso sebagai salah satu ‘gelandang kotor’ paling beringas.

Di kepelatihannya Gattuso meminta tim untuk tampil menyerang dan menguasai bola. Tak heran, Napoli jadi tim Serie A dengan penguasaan bola terbanyak di bawah Sassuolo, Juventus, dan Inter. Rerata penguasaan bola Napoli mencapai 54,7 persen per laganya.

Napoli juga menjadi tim yang paling agresif. Rerata shots yang dibuat Napoli per laganya mencapai 18,4. Jumlah itu jadi yang paling tinggi di antara semua kontestan Serie A musim ini.

Kedua sisi menjadi tempat untuk Napoli mengkreasikan serangan. Di tepi kiri, Mario Rui dan Lorenzo Insigne bergantian membombardir pertahanan lawan. 

Di seberangnya, ada Hirving Lozano dan Giovanni Di Lorenzo yang biasa meneror pertahanan musuh. Insigne dan Lozano dibantu Mertens yang tampil sebagai second striker. Kecepatan serta kelincahan ketiganya mampu mencairkan lini serang Napoli.

Keunggulan Napoli lainnya adalah penyerang tengah. Andrea Petagna dan Victor Osimhen yang dimainkan bergantian memiliki peran krusial dalam serangan Napoli.

Dua penyerang yang memiliki postur tinggi dan kekar ini tak cuma bertugas membuat gol. Petagna dan Osimhen lebih sering menjadi pemantul serta pembuka ruang bagi rekan-rekannya dari lini tengah maupun sayap. Mereka pun sangat klop dengan pemain-pemain Napoli. Kombinasi ditambah pergerakan yang cepat membuat Napoli bisa menghasilkan peluang.

Kalau tak percaya, tengok saja pendulang gol Napoli saat ini. Dries Mertens yang senantiasa bermain di belakang penyerang jadi salah satu pendulang gol terbanyak Napoli di Serie A dengan empat gol. Angka itu sama dengan perolehan Hirving Lozano. Sementara Insigne dan Matteo Politano sudah mengemas tiga gol.

Namun, Napoli belum sempurna-sempurna banget. Di balik agresifnya serangan terdapat lubang di pertahanan.

Napoli kerap kepayahan menghadapi lawan yang menekan dengan mengandalkan kecepatan. Garis pertahanan Napoli yang tinggi jadi sasaran empuk untuk bisa dieksploitasi lawan, apalagi dua wingback mereka sangat agresif membantu serangan.

Laga menghadapi Milan pada pekan kedelapan adalah contohnya. Semua gol yang dibuat AC Milan saat itu berawal dari sisi sayap. Napoli pun menyerah di laga tersebut dengan skor 1-3.

Kondisi mereka diperparah dengan gelandang-gelandang yang kurang agresif. Sepeninggal Allan Marques, Napoli tidak memiliki gelandang yang bertugas menghentikan serangan lawan. Belum adanya gelandang bertahan yang mumpuni membuat Napoli banyak tertekan dari tengah. Sebanyak 57 persen serangan lawan berasal dari tengah.

Sebetulnya, ada Tiemoue Bakayoko yang diproyeksikan sebagai pengganti Allan. Sayangnya, gelandang pinjaman dari Chelsea itu belum memperlihatkan penampilan yang konsisten. Kontribusinya bagi sektor pertahanan masih minim. Bakayoko cuma mampu membuat rerata 0,6 intersep dan 0,8 sapuan per pertandingan.

***

Saat ini, Napoli bercokol di posisi kelima klasemen Serie A dengan 17 angka. Namun, jarak mereka dengan sang pemuncak tak terlalu jauh, cuma terpaut enam angka. Konsistensi dan kekompakan menjadi kunci untuk Napoli mendapat akhir bahagia.