Dengan Garis Pertahanan Rendah, Union Berlin Terbang Tinggi

Foto: @fcunion_en.

Union Berlin menggebrak sebagai salah satu penghuni papan atas Bundesliga musim ini. Apa rahasianya?

Meski salah satu sumber utama kekuatan mereka tak memenuhi stadion — apalagi kalau bukan karena pandemi, Union Berlin berhasil mengakhiri 2020–21 dengan gemilang. Pelatih Urs Fischer sampai mengumpamakan pengujung musim tersebut sebagai naskah film Hollywood.

Di Alten Foersterei, Union yang baru saja promosi pada musim sebelumnya menaklukkan tim kuat RB Leipzig dengan skor 2–1. Kemenangan ini membawa Union finis di urutan ketujuh Bundesliga, yang sekaligus meloloskan mereka ke UEFA Conference League.

Bagi Union, itu adalah capaian terbaik sepanjang sejarah. Tak heran jika Fischer sampai menganggap akhir musim mereka tak ubahnya naskah film Hollywood. Namun, musim ini menunjukkan bahwa mereka berkesempatan meraih puncak yang jauh lebih tinggi.

Sudah delapan pertandingan berlangsung dan Union baru kalah sekali. Sisanya empat kemenangan dan empat hasil imbang. Dengan total 16 poin, Union pun duduk di urutan ke-5. Mereka mengungguli Leipzig, Wolfsburg, hingga Gladbach yang lebih dijagokan untuk menghuni papan atas.

Sebagian dari kita barangkali tahu bahwa Union adalah klub yang amat bergantung pada suporter. Dukungan yang mereka peroleh dari pemain ke-12 itu lebih dari sekadar nyanyian di tribune. Mereka turut serta membangun tim, termasuk ketika secara sukarela terlibat dalam renovasi stadion.

Maka ketika ada yang berkata bahwa Union Berlin bertahan hidup berkat keringat para suporter, itu bukan bualan belaka. Namun, menyebut suporter sebagai satu-satunya sumber kekuatan mereka musim ini sama sekali salah. Dalam hal sepak bola, Union menunjukkan betapa berbahayanya mereka.

Tentu saja tidak dengan cara dan level yang sama dengan Bayern Muenchen, misalnya. Union lebih pas disebut sebagai tim dengan pendekatan gerilya. Pergerakannya senyap dan terlihat tak terlihat berbahaya. Namun saat tim lawan lengah, mereka bisa membunuh dalam satu momen saja.

Itulah kenapa, meski termasuk tim dengan rata-rata tembakan mengarah (4,1) dan gol terendah (13) ketimbang tim lima besar lain, Union tetap mampu meraih sejumlah kemenangan. Untuk melakukannya, kunci utamanya satu: Memanfaatkan kelengahan lawan.

Pada mulanya Union akan bermain rapat, menunggu, dan cenderung memasang garis pertahanan rendah. Pendekatan itu membuat Union yang kerap turun dengan 3–4–1–2 seolah menjadi tim yang tak punya agresivitas. Karena ini pula, tim lawan gampang memasuki wilayah permainan mereka.

Namun, justru pada momen seperti itulah Union unjuk kekuatan.

Tatkala lawan gencar menekan dan menguasai bola di area lapangan mereka, Union yang menunggu di kedalaman akan meningkatkan intensitas pressing. Ini menjelaskan mengapa jumlah pressing mereka di sepertiga lapangan sendiri jadi yang tertinggi keempat di Bundesliga musim ini (474).

Dampaknya, skema pressing Union bakal lebih efektif sebab mereka unggul jumlah pemain dari lawan. Mereka bahkan bisa mengerubungi lawan dengan dua hingga tiga pemain sekaligus. Apalagi para penyerang seperti Max Kruse dan Taiwo Awoniyi, top skorer mereka, terlibat cukup aktif.

Bola pun bisa mereka rebut lebih cepat. Ketika bola berhasil direbut, mereka akan langsung melancarkan serangan cepat dan direct.

Gol ke gawang Stuttgart di Bundesliga belum lama ini merangkum secara jelas pendekatan tersebut. Kala itu Awoniyi menekan pergerakan Endo. Ketika mendekati kotak penalti, Rani Khedira berhasil merebutnya dan langsung meneruskannya ke arah Sheraldo Becker.

Nama terakhir coba mengelabui seorang pemain sebelum meneruskan bola ke arah Awoniyi, yang tiba-tiba saja sudah berada di depan kotak penalti. Dengan sekejap, pemain kelahiran Nigeria tersebut melepaskan sepakan kaki kiri yang tak kuasa dijangkau kiper Fabian Bredlow.

Itu jadi gol ketujuh Awoniyi musim ini yang sekaligus menjelaskan betapa krusial perannya bagi Union. Efektivitas dan terutama kecepatannya saat menyerang amat berpengaruh bagi pendekatan bermain tim. Terlebih, seperti proses terjadinya gol tadi, ia juga terlibat aktif saat bertahan.


Sebelum tampil impresif bersama Union, Awoniyi pernah tercatat sebagai pemain Liverpool. Namun, tak sekalipun ia bermain di sana. Ia lebih sering malang-melintang sebagai pemain pinjaman di sejumlah klub, mulai dari NEC hingga Mainz.

Tahun lalu, ia dipinjamkan ke Union. Mengingat performa apiknya, Union berniat mempermanenkannya. Di sisi lain, Awoniyi memang ingin bertahan.

“Saya berutang banyak kepada Union, jadi saya senang dan bangga bisa kembali ke sini. Sangat luar biasa untuk melanjutkan jalur hebat bersama klub ini.”

“Saya akan memberikan segalanya untuk segera mengambil posisi saya sebelum cedera. Saya sangat senang bisa mencapainya tahun ini dan saya kembali lagi di Berlin,” tutur Awoniyi.

Satu senjata lain dari Union adalah crossing mereka. Meski tak seefektif musim lalu, Union masih mengandalkan cara ini sebagai salah satu alternatif saat menyerang. Mereka jadi tim dengan rata-rata crossing tertinggi kelima di Bundesliga, yakni 18 crossing per laga.

Fischer selaku pelatih sepertinya berusaha memanfaatkan postur para pemainnya. Saat ini Union memiliki sepuluh pemain dengan tinggi lebih dari 185 cm, termasuk Mervin Friedrich (193 cm), dan Khedira (188 cm). Secara keseluruhan, mereka bahkan tak memiliki pemain yang tingginya kurang dari 175 cm.

Dengan cara-cara itulah Union Berlin terbang tinggi musim ini. Ke depannya, konsistensi amat diperlukan untuk menjadi kunci apakah mereka bisa terbang lebih tinggi atau justru terpuruk hingga tak bisa terbang lagi.