Di Balik Tangguhnya Arema

Foto: Twitter @AremafcOfficial.

Arema sempat terseok-seok di awal musim ini. Namun, kini 'Singo Edan' mulai bangkit untuk menerkam lawan-lawannya.

Arema FC berganti kulit. Kegagalan di Piala Menpora 2021 membuat manajemen merombak skuad, termasuk melepas beberapa pemain impor.

Dalam ajang pramusim tersebut, Arema tak sama sekali memetik kemenangan. Cuma satu poin yang didapatkan 'Singo Edan' dari tiga laga yang dimainkan. Mereka tak lolos ke babak selanjutnya usai menempati dasar klasemen Grup A.

Hasil buruk yang didapatkan pada turnamen pramusim tersebut membuat manajemen berbenah. Dua pemain asing, yakni Bruno Smith dan Caio Ruan, tak diperpanjang kontraknya. Arema yang ditukangi caretaker, Kuncoro, pada Piala Menpora bergerak dengan cepat mencari pelatih baru guna menyongsong Liga 1 2021/22.

Lantas, mereka menunjuk Eduardo Almeida untuk meracik taktik dan strategi bagi Hanif Sjahbandi dan kolega. Juru latih asal Portugal itu bukan orang baru di sepak bola Indonesia. Ia pernah melatih Semen Padang pada Liga 1 musim 2019.

Namun, kiprah Almeida tak begitu mengilap dua tahun silam. Masuk di pertengahan musim, Almeida tidak bisa membantu Semen Padang bertahan di Liga 1. 'Kabau Sirah' menelan enam kekalahan dan cuma lima kali menang selama berada di bawah arahannya.

Catatan tersebut tidak membuat Arema risau. Manajemen tetap yakin Almeida bisa membawa kesuksesan untuk klub kebanggaan Aremania itu.

"Kami sangat berharap dukungan banyak pihak, pemain, ofisial, dan fans untuk memberikan support yang positif agar pelatih ini dapat membentuk karakter dan kerja sama tim serta memotivasi kerja keras tim agar Arema FC berprestasi, " ujar General Manager Arsema, Ruddy Widodo, di situs resmi klub.

***

Beberapa pergantian, baik di tim kepelatihan dan skuad, membuat Arema harus beradaptasi pada pekan-pekan awal Liga 1. Tak heran, Arema gagal meraih kemenangan pada empat pertandingan. Rinciannya, mereka menelan dua kekalahan dan dua hasil imbang.

Hasil tersebut membuat posisi Almeida goyang. Sinyal pemecatan muncul. Manajemen Arema pun sudah memberikan alarm kepada pelatih asal Portugal itu. Namun, Almeida santai dan tetap yakin dengan apa yang sedang ia bangun.

“Saya tidak pernah menganggapnya sebagai tekanan. Saya melakukan pekerjaan saya sebagai pelatih setiap hari dengan profesional,” kata Almeida.

Kerja keras Almeida kemudian membuahkan hasil. Arema FC berangsur-angsur bangkit dan bertengger di papan atas Liga 1. Tiga laga terakhir, Arema selalu menang, termasuk mengalahkan Persija dengan skor 1-0 akhir pekan lalu.

Dengan pakem 4-4-2 yang biasa diterapkan Almeida, Arema memang tak terlalu mengutamakan penguasaan bola. Mereka akan menunggu di kedalaman sembari mencari celah untuk menerkam balik lawan.

Oleh karena itu, lini belakang menjadi salah satu kunci yang diperhatikan betul oleh Almeida. Apalagi, pada tiga pertandingan Liga 1, gawang Arema selalu bisa dibobol lawan. Kesulitan menghadapi duel udara menjadi kelemahan Arema sehingga gawang mereka mudah jebol.

Seiring berjalannya waktu, duet Sergio Silva dan Bagas Adi semakin padu untuk mengawal lini pertahanan Arema. Keduanya selalu tampil reguler dan menjadi duet tetap yang dimainkan oleh Almeida.

Selain sama-sama memiliki kecepatan, kemampuan Bagas dan Sergio saat membaca permainan juga patut mendapat apresiasi. Dalam tujuh pertandingan, keduanya total melakukan 45 intersep. Selain Sergio dan Bagas, andil Adilson Maringa di bawah mistar juga tak boleh terpinggirkan.

Baru didatangkan musim ini dari klub Portugal, Vilafranquense, Maringa tampil mengesankan di tujuh laga Liga 1. Reflek dan penempatan posisi yang bagus menjadi kelebihan Maringa. Sejauh ini, kiper berusia 31 tahun itu sudah membuat rata-rata 2,2 penyelamatan per pertandingannya. 

Maringa juga telah mencatatkan empat clean sheet beruntun. Menurut Wearemania, dua laga lagi Maringa akan melewati rekor Aditya Harlan yang tak kebobolan dalam lima laga beruntun saat membela Barito Putera di Liga 1 musim 2019.

Faktor lain yang membuat lini belakang Arema tangguh ialah duet gelandang pekerja yang senantiasa dimainkan Almeida. Renshi Yamaguchi dan Hanif Sjahbandi berperan baik untuk memutus serangan lawan. Renshi yang berasal dari Jepang membuat 26 tekel dan 11 intersep sejauh ini. Lalu, Hanif membuat 18 intersep serta sembilan tekel untuk Arema.

Dengan bermain rapat membuat Arema baru kebobolan empat gol. Catatan tersebut membuat mereka menjadi tim yang paling sedikit kebobolan bersama Persib.

Lini depan Arema juga sempat menjadi sorotan. Mereka cuma mampu membuat tiga gol di tiga laga awal. Dua golnya bahkan diciptakan melalui skema bola mati. Padahal, Arema memiliki tiga penyerang dengan label Tim Nasional dalam diri Muhammad Rafli, Dedik Setiawan, dan Kushedya Hari Yudo.

Akan tetapi, sumber gol Arema justru datang dari legiun asingnya yakni Carlos Fortes. Penyerang asal Portugal itu menjadi sorotan. Selain tumpul di tiga laga, Fortes juga kerap menyia-nyiakan peluang.

Ada 12 upaya yang dilakukan Fortes di tiga pertandingan awal. Namun, cuma tiga yang mengarah ke gawang dan tak ada yang membuahkan gol.

Fortes yang baru pertama kali mentas di Liga Indonesia butuh waktu untuk beradaptasi. Ia lalu bangkit lewat kemasan empat gol dari tiga pertandingan terakhir Arema. Empat gol yang ia ciptakan lahir dari total tujuh upaya ke gawang.

Kelebihan Fortes terletak pada keuletannya dalam meneror pertahanan lawan. Ia akan bergerak membuka ruang dan memberikan kawan opsi umpan saat membangun serangan. Hal itu dibuktikan dengan dua gol yang dibuatnya tercipta dari luar kotak penalti lawan.

“Dia ini pemain versarile, bisa main di semua posisi lini depan. Bukan cuma sebagai penyerang tengah, tapi bisa di sayap kanan maupun kiri,” ucap Almeida mengenai Fortes seperti dilansir Wearemania.

Tak adanya pemain kreatif di tengah membikin Arema memperkuat bagian sisi lapangan. Beberapa pemain seperti Dendi Santoso, Ridwan Tawainela, Feby Eka, hingga Johan Alfarizi bisa memberikan warna pada serangan-serangan Arema dari tepi.