Di Lazio, Immobile Menemukan Dirinya Kembali

Foto: Instagram @ciroimmobile17

Di Lazio-lah Immobile menemukan kembali segala sesuatu yang terhilang dalam perjalanannya sebagai pesepak bola.

“Ketika mengambil risiko, Anda belajar bahwa akan ada saat-saat Anda berhasil dan akan ada saat-saat Anda gagal. Keduanya sama pentingnya.”

Ungkapan tersebut sepertinya bakal diamini oleh penyerang asal Italia, Ciro Immobile. Selagi muda, Immobile mengambil risiko dengan memilih karier di luar Italia. Hasilnya? Bisa dibilang gagal. Namun, Immobile belajar dari kegagalan dan bangkit hingga di titik seperti sekarang ini.

***

Italia bak gudang untuk penyerang-penyerang hebat dan haus gol. Dulu, mereka punya Silvio Piola, kemudian ada masa saat Filippo Inzaghi menjadi penyerang yang menakutkan di Italia bahkan dunia.

Lapangan bola Italia disemarakkan oleh gempita Alessandro Del Piero. Bahkan Inzaghi dan Del Piero menjadi duet yang menakutkan di Juventus kala itu.

Era Inzaghi dan Del Piero habis, datang Luca Toni dan Alberto Gilardino. Sekarang, giliran kepala Immobile yang dimahkotai gelar penyerang tertajam Italia.

Sewaktu kecil, Immobile mantap memilih sepak bola sebagai jalan hidupnya di masa depan. Tak heran, Immobile menyulap kamar tidurnya seperti lapangan sepak bola. Kamar yang ukurannya tak seberapa itu adalah stadion pertama Immobile. Di sanalah kakinya berkawan karib dengan bola. Di ruangan itu pula ia memupuk asa untuk merumput sebagai pesepak bola papan atas.

Orang tua Immobile yang merasa terganggu suara ‘gedebak-gedebuk’ mendaftarkan anaknya ke sekolah sepak bola di kampung halamannya itu. Saat berusia lima tahun, Immobile masuk ke sekolah sepak bola bernama Torre Annunziata. Di situ Immobile mengasah skill sepak bolanya, termasuk naluri mencetak gol.

Immobile lalu hijrah ke Salernitana. Namun, kariernya di sana tak cemerlang. Menjalani masa-masa sulit, Immobile memutuskan pindah ke Sorrento.

Keputusan Immobile terbukti jitu. Bersama Sorrento U-17, ia mencatatkan 30 gol pada musim 2007/08. Penampilan cemerlang itu membuat klub-klub besar ingin meminang Immobile.

Juventus menjadi klub yang beruntung karena berhasil merengkuh tanda tangan si penyerang muda. Berkat rekomendasi Ciro Ferrara, Immobile bergabung dengan Juventus Primavera di usia 18 tahun.

Semusim usai gabung dengan Juventus, Immobile mendapat kesempatan melakoni debut dengan tim utama. Tepatnya 14 Maret 2009, Immobile berlaga di giornata ke-28 Serie A saat Juventus bersua Bologna. Kala itu, Immobile turun menggantikan Alessandro Del Piero pada menit ke-89.

Kesempatan berlaga bersama Juventus tak langsung menandakan bahwa karier Immobile berjalan mulus. Alih-alih mendapat tempat utama, ia justru sering dipinjamkan. Mulai dari Siena, Grosseto, Pescara, hingga Genoa, Immobile menjejak untuk menambah jam terbang. Sayangnya, Immobile cuma memantik sorak-sorai hanya saat berlaga di Pescara.

Dua puluh delapan gol dalam 37 laga Pescara menahbiskan Immobile sebagai topskorer Serie B pada 2011/12. Di akhir musim itu pula Immobile berhasil mengantar Pescara merengkuh tiket promosi ke Serie A.

Meski demikian, tidak ada nama Immobile di daftar pemain Pescara pada musim 2012/13. Juventus meminjamkan Immobile ke Genoa. Apes, laju Immobile tersendat lagi. Dalam semusim ia hanya mampu menyarangkan lima gol. Padahal, Immobile bermain dalam 33 penampilan di pentas Serie A.

Kabar baik tak lantas menyingkir dari hidup Immobile. Walaupun penampilannya bersama Genoa jeblok, Torino tetap bersedia mengangkut Immobile pada 2013/14.

Cerlang Immobile kembali berpendar bersama Torino. Ia langsung nyetel dengan klub barunya dan mampu berkontribusi signifikan. Dalam semusim di lintas kompetisi, ia sanggup membukukan 28 gol. Keganasan di depan gawang lawan mengganjar Immobile dengan gelar pencetak gol terbanyak Serie A 2013/14.

Apiknya performa Immobile membuat klub-klub Eropa kepincut. Cuma semusim berbaju Torino, Immobile mengambil risiko dengan hijrah ke Borussia Dortmund. Pilihan Immobile masuk akal. Pertama, Dortmund memang membutuhkan penyerang usai melego Robert Lewandowski ke Bayern Muenchen.

Kemudian, beberapa pemain Italia yang mentas di Bundesliga juga tak mengecewakan. Lihat saja Luca Toni yang mampu tokcer bersama Bayern pada musim 2007/08 hingga 2009/10.

"Immobile merupakan salah satu pemain muda terbaik yang dimiliki Italia. Saya pikir dia akan cocok dengan Bundesliga dan bisa tampil bagus di sini," ucap Luca Toni dilansir Bild ketika itu.

Prediksi Toni meleset jauh. Immobile memang turut mengantarkan Dortmund merengkuh gelar DFL Supercup. Namun, penampilannya melempem. Kontribusinya minim. Dalam 34 laga di semua kompetisi ia hanya mampu mempersembahkan 10 gol. Katanya, penampilan yang merosot tajam itu berhubungan dengan persoalan psike: Immobile kangen rumah.

"Berlaga bersama Borussia Dortmund sangat sulit bagi saya karena saya jauh dari rumah dan tidak mengerti bahasa di sini. Sebenarnya saya difasilitasi dengan penerjemah. Dia menjelaskan segala situasi, termasuk apa yang disampaikan pelatih kepada tim dan saya. Namun, perbedaan bahasa ini terasa begitu rumit, terlebih saat pertandingan,” papar Immobile.

Persoalan demikian membuat Immobile berjarak dengan Dortmund. Dianggap tak mampu berkontribusi, Immobile dipinjamkan ke Sevilla. Hasilnya sami mawon. Immobile hanya bisa menorehkan empat gol selama setengah musim di Sevilla.

"Saya tidak mendapatkan kesempatan bermain yang banyak di Sevilla. Saya berpikir untuk hijrah meski pelatih meminta saya untuk bertahan. Saya merasa tidak menjadi bagian klub itu," kata Immobile.

***

Usai berkelana ke Jerman dan Spanyol, Immobile memutuskan mudik ke Italia. Pada 2016/17, Lazio mendatangkan Immobile dengan mahar tak sampai 10 juta euro.

Ternyata rumah tak ada hubungannya dengan seberapa dalam kamu merogoh kocek. Sejak musim perdananya, Immobile membuktikan bahwa Lazio adalah sebenar-benarnya rumah untuknya. Dua puluh enam gol diberikannya untuk Lazio. Nama Immobile tambah harum semerbak karena ia merupakan salah satu aktor penting yang mengantar Lazio merengkuh tiket Liga Europa.

Immobile semakin moncer saja. Capaian golnya selalu melebihi 15 angka pada setiap musim. Bahkan pada musim 2017/18 dan 2019/20, Immobile mampu keluar sebagai pencetak gol terbanyak Serie A.

Pada 2019/20, Immobile menyamai perolehan Gonzalo Higuain sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah Serie A lewat 36 gol. Catatan itu melampaui torehan Gunnar Nordahl untuk AC Milan pada 1949/50 (35 gol dalam 37 laga) dan menyamai kontribusi Gino Rossetti untuk Torino pada 1928/29 (36 gol dalam 30 laga).

Expected goals (xG) Immobile di musim tersebut cuma 28,11. Ia kalah dari Cristiano Ronaldo yang membukukan xG sebesar 29,43. Namun, Ronaldo terpaut lima gol lebih sedikit dari kapten Lazio itu.

Musim ini, Immobile masih menjadi salah satu bomber tertajam di pentas Serie A. Dengan 12 gol ia memang masih tertinggal tiga gol dari Ronaldo yang berdiri sebagai pencetak gol terbanyak sementara. Namun, kesempatan Immobile untuk menjadi bomber tersubur Serie A belum kandas. Terlebih, Immobile bisa mengemas enam gol dalam tujuh laga terakhir Lazio.

"Lazio adalah tempat yang ideal untuk saya. Simone Inzaghi juga menolong saya dan memberi kepercayaan penuh;” kata tutur Immobile.

Penyelesaian yang tenang, penempatan posisi yang baik, kejelian membuka ruang dan dribel, serta ketangguhan dalam duel udara menjadikan Immobile pantas untuk disebut sebagai penyerang komplet. Kabar baik untuk Lazio belum selesai. Immobile juga cermat dan giat menciptakan peluang. Ia membuat rerata 3,1 tembakan per laga, jumlah itu adalah yang tertinggi kelima di Serie A.

***

Bersama Immobile, Lazio pelan-pelan mulai menata apa-apa yang dahulu pernah mereka raih. Namun, yang beruntung bukan cuma Lazio. Immobile pun bernasib serupa. Bagaimanapun, di Lazio-lah Immobile menemukan kembali segala sesuatu yang terhilang di perantauan.