Di Mana Masa Depan Joao Felix?

Foto: @atleticodemadrid

Apakah hengkang ke klub lain jadi jawaban atas inkonsistensi yang belum diperlihatkan Joao Felix?

Joao Felix keluar lapangan dengan langkah gontai. Ia seakan tidak percaya bahwa Tuhan membalikkan nasibnya dengan begitu cepat.

Hari itu, Felix diturunkan oleh Diego Simeone sebagai starter di pertandingan melawan Manchester City. Bagi Felix, pertandingan tersebut barangkali jadi salah satu pertandingan terburuknya musim ini.

Tampil selama 81 menit sebelum digantikan oleh Thomas Lemar, Felix tidak mampu melepaskan satu pun tembakan ke gawang lawan. Tidak hanya itu, ia juga hanya menyentuh bola dua kali di kotak penalti City.

Apa yang terjadi di hari tersebut tentu membuat Felix gumun. Pasalnya tiga hari sebelumnya ia tampil istimewa saat Atletico Madrid menghadapi Alaves. Felix bahkan berhasil menciptakan dua gol yang berujung pada kemenangan Atletico 4-1.

Jungkir balik penampilan Felix sebetulnya tidak hanya itu saja. Sejak didatangkan dari Benfica dengan banderol 126 juta euro, tiga musim lalu, ia nyaris tidak pernah tampil mengesankan dalam periode yang cukup panjang.

Kondisi tersebut jauh dari apa yang ia perlihatkan di Benfica. Baru setahun mencicipi kompetisi profesional, Felix tampil dalam 26 pertandingan, mencetak 15 gol, dan berujung pada gelar juara Primeira Liga 2018/19.

Situasi tersebut lantas membuat kondisi Felix serba-sulit. Bagaimana tidak, dengan banderol setinggi itu dan catatan selama bermain di Benfica, ia punya tugas untuk terus menunjukkan penampilan yang wah.

Rumor kepergian Felix pada akhirnya muncul. Sejak musim lalu, ia diisukan bakal pergi ke klub lain. Barcelona dan Manchester City bahkan dikabarkan siap menampung Felix andai Atletico melepasnya.

Lantas, apakah pergi dari Atletico menjadi jawaban atas krisis yang dialami oleh Felix?

***

“Ada banyak klub yang meminati saya dan Atletico-lah yang paling saya suka. Saya pikir mereka adalah tempat bagi saya menempa diri dan menemukan kemampuan terbaik. Semoga kami bisa bekerja sama.”

Tiga tahun lalu, Felix berpamitan kepada Benfica usai resmi bergabung dengan Atletico Madrid. Dalam acara tersebut, ia amat yakin bahwa Atletico adalah tempat yang pas baginya untuk menimba ilmu.

Keyakinan Felix sebenarnya tidak salah. Sejak lama, Atletico memang punya reputasi mengembangkan bakat mentah. Sergio Aguero, Diego Costa, dan Antoine Griezmann adalah beberapa contoh pemain yang berhasil dikembangkan oleh Atletico.

Namun, tidak selamanya bakat berhasil ditempa. Di antara kegagalan-kegagalan tersebut, barangkali Felix jadi salah satunya.

Hampir tiga musim di Atletico, Felix memang berkembang tapi rasanya tidak terlalu signifikan. Tentu saja, masalah ini punya banyak penyebab, mulai dari ekspektasi yang kelewat tinggi, seringnya ia absen karena cedera hingga pendekatan Atletico yang berbeda dengan Benfica.

Sporting Director Benfica, Rui Costa, pernah berkata soal ekspektasi terhadap Felix. Menurutnya, tak selayaknya anak muda diberi target yang muluk, sekalipun ia didatangkan dengan nominal yang tidak masuk akal.

Rui Costa pun mengatakan bahwa solusi masalah tersebut adalah waktu. “Saya tidak meragukan kualitasnya dan percaya ia mampu memenuhi target yang diberikan. Satu yang diperlukan oleh Atletico hanya kesabaran,” kata Costa.

Cedera jadi alasan kedua mengapa Felix belum menemukan penampilan terbaik. Oktober 2019 lalu, Felix sempat tampil apik dalam beberapa pertandingan sebelum absen selama enam pekan karena cedera otot.

Alasan terakhir yang membuat Felix kesulitan adalah perbedaan gaya bermain Benfica dan Atletico. Benfica bermain menyerang dan menjadikan penguasaan bola sebagai tumpuan. Sebaliknya, Atletico dikenal sebagai tim yang gemar menyerang lawan lewat serangan balik.

Perbedaan gaya bermain membuat Felix mendalami peran yang berbeda pula. Di Benfica, ia bermain sebagai gelandang serang meski kadang ditempatkan sebagai second striker. Sementara itu, di Atletico, ia bertugas sebagai penyerang tengah.

Bermain sebagai gelandang serang membuat Felix tidak dituntut untuk selalu mencetak gol. Dalam peran tersebut, tugas utamanya adalah mencari lubang di sekitar kotak penalti lawan untuk mengirimkan umpan ke penyerang.

Tugas tersebut tidak ia terima di Atletico. Di Atletico, orang-orang memberinya target untuk rutin berada di kotak penalti lawan dan mencetak gol. Meski bukan tidak mungkin dilakukan oleh Felix, rasanya tugas tersebut tidak mudah baginya.

Felix bukan pemain yang pandai mencari ruang dan gemar mengeksplor area di kotak penalti lawan. Dua pertemuan menghadapi City jadi contoh bagaimana ia gagap saat harus menghadapi lawan yang penempatan posisinya oke. 

Tidak hanya itu, Felix juga tidak punya tubuh yang kokoh. Menurut Fbref, tingkat keberhasilan pressing Felix hanya 28 %. Demikian pula dengan presentase kemenangan duel udara yang hanya mencapai 37,5 %.

***

Banyak yang berkata bahwa sebaiknya Atletico menjual Felix. Tidak ada perkembangan yang signifikan meski telah bermain selama tiga musim membuat Felix dirasa tidak punya masa depan di Atletico.

Meski demikian, menjual Felix juga bukan langkah yang benar-benar pintar. Banderol Felix yang mencapai 126 juta euro membuat Atletico harus siap menerima kerugian apabila dilepas dalam waktu dekat.

Kedua, meski ini lumayan sulit, adalah membuat Simeone mengutak-atik taktiknya demi memanfaatkan Felix. Di beberapa laga musim ini, Felix beberapa kali dipasang sebagai second striker dan berhasil.

Bagi Felix, bergabung klub lain juga seperti perjudian. Ia tidak hanya harus beradaptasi dengan budaya di klub baru tapi juga memahami berbagai macam pendekatan yang bisa jadi berbeda jauh dengan yang diterapkan di Atletico.

Selain itu, dengan bertahan di Atletico, Felix juga bakal dimentori oleh para penyerang top. Kapan lagi bersanding dan belajar langsung dari Luis Suarez dan Antoine Griezmann?

Terakhir, seperti kata Rui Costa, mengingat Felix masih berusia 22 tahun, yang mungkin hanya diperlukan Atletico saat ini adalah menunggu.