Di Villarreal, Unai Emery Kembali Menata Mimpi

Twitter @Eng_Villarreal

Unai Emery memiliki pengalaman bersama Arsenal yang sebaiknya ia lupakan saja. Toh, kini ia sudah mendapatkan hidup yang lebih baik bersama Villarreal.

"Impian itu bebas dan impian saya adalah memenangi trofi untuk Villarreal."

Demikian Unai Emery berucap pada presentasi pertamanya sebagai pelatih Villarreal. Tak ada yang salah. Semua orang bebas untuk bermimpi walau kadang kita berdiri jauh dari realitas yang kita dambakan. 

Namun, perlahan Emery mulai mendekati fantasinya. Villarreal mengukir rekor tak terkalahkan pada 19 pertandingan lintas ajang. Alhasil, mereka nangkring di peringkat keempat La Liga dan lolos ke babak 32 besar Liga Europa serta Copa del Rey. 

Tahun lalu, tepatnya pada 23 Juli 2020, Villarreal mengumumkan Emery sebagai pelatih baru. Mereka mengunggah foto Emery yang memakai jas hitam dan dasi merah. Lucunya, foto itu sama dengan foto yang Arsenal gunakan saat memperkenalkan Emery pada 2018. Pembedanya cuma background. Kalau Arsenal memampang logo mereka, Villarreal memilih Estadio de la Ceramica sebagai latarnya.

Yang membikin kontras juga adalah perkara apa yang terjadi di masa lalu dan apa yang tengah Emery jejaki. Arsenal, seglamor apa pun ia jika dibandingkan dengan Villarreal, adalah kenangan yang sebaiknya Emery lupakan saja.

Di sana Emery nihil gelar. Pencapaiannya ke final Liga Europa 2018/19 tak membuat Arsenal puas. Ditambah lagi dengan form buruk Alexandre Lacazette dkk. di awal musim selanjutnya: 7 laga tanpa kemenangan. Pada 29 November 2019, Emery dipecat Arsenal.

Padahal, Emery tak pernah gagal di dua klub sebelumnya. Sevilla ia bawa menjuarai Liga Europa tiga kali --bahkan secara beruntun. Enam gelar juga ia persembahkan kepada Paris Saint-Germain.

Namun, Villarreal bukanlah Arsenal, Sevilla, ataupun PSG. Jika kesebelasan besar diukur dari seberapa banyak trofi yang pernah mereka raih, The Yellow Submarine rasa-rasanya masuk level medioker pun belum.

Trofi kabinet mereka nyaris kosong. Cuma ada sepasang trofi di kabinet itu --dan itu pun baru selevel trofi Piala Intertoto 2003 dan 2004. Di La Liga, pencapaian terbaik mereka hanyalah menjadi runner-up pada edisi 2007/08.

Yang melegakan buat Emery, dia kini adalah ikan besar di kolam yang lebih kecil. Seberapa besar pun usahanya buat Villarreal, boleh jadi tidak seberat ketika dia mengayuh untuk PSG ataupun Arsenal.


Meski begitu, Villarreal sebenarnya bukannya tanpa potensi. Kerangka skuad mereka cukup kuat. Ada Gerrard Moreno, Paco Alacer, Raul Albiol, dan Sergio Asenjo. Kalau soal peringkat klasemen, Villarreal musim lalu berhasil finis di posisi kelima. Tidak buruk.

Dengan pencapaian musim lalu yang lumayan, Villarreal mendapatkan ujian untuk mempertahankannya (atau bahkan memperbaikinya). Pada awal musim ini, mereka kehilangan beberapa komponen vital macam Santi Cazorla dan Andre-Frank Zambo Anguissa.

Emery pun mendapatkan PR untuk memaksimalkan potensi Villarreal sekarang. Soal gelar, itu masih jauh --meski bukan hal yang mustahil juga.

Langkah pertama yang Emery ambil adalah mencari pengganti Cazorla dan Anguissa. Pilihannya tak jauh-jauh, yakni Dani Parejo dan Francis Coquelin dari Valencia.

Villarreal bisa dibilang beruntung mendapatkan keduanya. Parejo direkrut secara gratis sedangkan Coquelin "cuma" ditebus 6,5 juta euro. Semua gara-gara kondisi finansial Valencia yang tengah bermasalah.

Kemudian ada Takefusa Kubo yang dipinjam dari Real Madrid. Pemuda Jepang itu diproyeksikan untuk mengisi slot kosong yang ditinggalkan Karl Toko Ekambi.

Terbukti, beberapa pemain yang datang pada musim panas lalu bisa memberikan impak. Kubo memang masih minim kontribusi (dia baru tampil selama 293 menit di La Liga musim ini), tetapi lain cerita soal Parejo. 

Selama 1.333 menit tampil di La Liga musim ini, Parejo rata-rata melepaskan 77,8 operan. Dari catatan tersebut, Understat menyebut bahwa Parejo bisa melepaskan 1,21 umpan kunci per 90 menit.

Emery sendiri paham betul kualitas Parejo seperti apa. Dahulu, keduanya pernah bekerja sama di Valencia. Karakteristik Parejo sebagai pendikte permainan cocok dengan skema ball possession yang Emery usung.

Di mana pun ia melatih, Emery selalu butuh sosok seperti Parejo. Di Sevilla, ada Ever Banega. Di PSG, ada Marco Verratti. Di Arsenal --well, meski tidak selalu berhasil-- ada Granit Xhaka.


Selain memaksimalkan Parejo untuk membangun serangan dari belakang, Emery juga mengandalkan Vicente Iborra. Eks gelandang bertahan Leicester City itu ia tugaskan untuk mendekat ke duo bek sentral.

Dalam fase pertama build up, pakem Villarreal beralih ke 3-4-3. Skema ini menguntungkan mereka untuk meyerang dari sisi sayap. Full-back berada di garis lebih tinggi sehingga memungkinkan winger untuk cutting-inside. Itulah mengapa sisi tepi jadi jalur serangan utama Villarreal pada musim ini.

Formula Emery ini terbukti manjur. Mario Gaspar dan Alfonso Pedraza yang ngepos sebagai bek sayap mengemas masing-masing 2 assist

Yang juga kelihatan mengilap adalah Gerard Moreno. Sejauh ini, ia sudah mencetak 9 gol dan 1 assist. Selain piawai mencetak gol, Moreno nyatanya juga oke dalam mengkreasikan peluang. Dari 1.329 menit bermain musim ini, rata-rata ia membuat 1,42 umpan kunci per 90 menit.

Munculnya Moreno sebagai bintang tak lepas dari kebebasan yang Emery berikan. Di lapangan, Moreno mendapatkan free-role; ia bebas untuk menginisiasi serangan dari tepi lapangan atau berdiri sebagai titik fokal di garis terdepan.

Moreno mampu mengemban peran tersebut dengan baik karena memang mahir bermain sebagai winger maupun striker. Dia bisa menjadi pemain sayap dalam format 4-1-4-1 atau striker pada pakem 4-4-2. Tergantung kebutuhan.

Secara garis besar, Emery mengedepankan fluiditas dalam menyerang. Apalagi dia punya striker yang bisa bergerak dinamis macam Alcacer; sudah 5 gol dan 2 assist ia buat dalam 10 laga.

Apes, Alcacer mesti menepi gara-gara cedera. Emery lantas memilih peyerang 20 tahun, Fernando Nino, sebagai penggantinya. Keputusan ini menarik karena Villarreal sebetulnya masih punya Carlos Bacca untuk menggantikan Alcacer. 

Awalnya, peforma Nino meragukan. Dari 6 pertandingan yang ia lakoni, hanya 1 gol yang ia cetak. Namun, perlahan Nino sukses menjawab kepercayaan Emery. Dia kemudian memproduksi 3 gol dalam 4 laga terakhir, termasuk lesakan ke gawang Zamora di Copa del Rey.

Nino bukan satu-satunya pemain muda yang makin berkembang di tangan Emery. Ada juga Pau Torres yang perkembangannya mulai terlihat.

Bek tengah 23 tahun itu telah memproduksi 2 gol sejauh ini. Jumlah itu setara dengan torehannya di sepanjang musim 2019/20. Saking ciamiknya, Torres sampai dipanggil ke Timnas Spanyol dan mencicipi debutnya pada November lalu. 

Lalu, jangan lupakan juga Samuel Chukwueze. Pemuda Nigeria berusia 21 tahun itu itu sukses menyumbang 2 gol dan 3 assist di lintas ajang.

Kebijakan Emery di Villarreal ini mengingatkan kita dengan apa yang ia lakukan di Arsenal. Simak bagaimana dia memberi debut ke Bukayo Saka dan Emile Smith-Rowe serta memberi jam terbang buat Ainsley Maitland-Niles, Eddie Nketiah, dan Joseph Willock.

Bagi Emery, pengembangan pemain muda tak kalah penting. Pemain muda, seperti yang pernah ia tegaskan pada awal kedatangannya, adalah tonggak penting untuk masa kini dan masa depan.

Villarreal memang tidak sama dengan PSG dan Arsenal. Mereka jauh lebih sederhana dan justru dari kesederhanaan itu Emery bisa berproses demi merealisasikan fantasinya. 

Tak ada lagi tekanan buat buru-buru juara seperti di PSG. Tak ada pula gangguan dari publik Inggris yang kelewat cerewet. Toh, sekarang Emery sangat boleh menertawakan PSG dan Arsenal yang sedang compang-camping.