Divock Origi, Striker Tepat untuk AC Milan?

Foto: instagram @divockorigi.

Perekrutan Origi bisa jadi jalan ninja bagi AC Milan yang ingin merangkum lebih banyak trofi dan berjalan jauh di Liga Champions musim depan.

AC Milan dan Divock Origi sama-sama kesengsem. Milan ingin Origi. Origi pun bersedia terbang ke Milan usai kontraknya dengan Liverpool habis akhir musim 2021/22.

Sejak bulan lalu, Football Italia melaporkan bahwa Milan ngebet mendatangkan Origi. Pembicaraan Milan-Origi dikabarkan berjalan mulus, bahkan tanpa kerikil-kerikil kecil yang menghambat. Baru-baru ini, Football Italia mengabarkan bahwa Origi akan segera menjalani tes medis.

Kalau sudah bersaut-sautan kayak gitu, perkenalan Origi sebagai pemain Milan tinggal menunggu hari. Paling cepat, sih, pertengahan bulan ini. Bisa-bisa, dua atau tiga hari setelah tulisan ini naik, Milan secara resmi mengenalkan Origi. Alamak!

Perekrutan Origi bisa menandakan bahwa Milan siap meningkatkan speks dan kedalaman skuad untuk musim depan yang lebih masyhur. Setelah menggamit scudetto, Rossoneri tentu ingin merangkum lebih banyak piala dan berjalan semakin jauh di Liga Champions --tidak seperti musim kemarin, lolos grup aja enggak.

Meski gerak cepat, perekrutan Origi bukan hanya karena gratis. Tentu ada banyak sekali pertimbangan. Salah satunya, kapasitas dan kapabilitas si pemain. Milan saat ini adalah Milan yang cerdik. Transfer mereka selalu tepat guna tanpa pemborosan.

Ambil contoh dua musim terakhir. Selain berhasil memulangkan Zlatan Ibrahimovic, Milan merekrut pemain-pemain muda potensial macam Theo Hernandez, Rafael Leao, dan Ismael Bennacer. Belum lagi, mereka juga meminjam Alexis Saelemakers dari Anderlecht.

Transfer tepat guna tersebut mengubah Milan menjadi kesebelasan yang mengasyikkan. Cara mereka bermain membikin fan berlega hati masih mencintai Milan, yang sempat aduh-aduhan dan kehilangan taji.

Milan versi Stefano Pioli adalah Milan yang memanfaatkan bola-bola pendek cepat untuk membangun serangan direct dalam format 4-2-3-1. Cara seperti itu membuat serangan Milan lebih cair.

Karena skema itu, tuntutan untuk penyerang tak cuma soal finishing, tetapi juga mengkreasikan peluang, entah itu dengan sundulan atau satu-dua sentuhan. Pergerakan dinamis penyerang dapat membuka ruang bagi pemain lain.

Jika fluiditas itu mengalami kuldesak karena lawan menerapkan garis pertahanan rendah dan menumpuk banyak pemain di pertahanan, penyerang Milan bakal sering berada di area tengah. Itu karena si penyerang akan menjadi target umpan pemain-pemain kreatif.

Musim 2021/22, Milan punya Olivier Giroud. Sebagian dari kita barangkali sudah tahu bagaimana performa Giroud musim lalu. Ia tampil cukup memesona. Jika tidak, mana mungkin, ia menjadi topskor Milan bersama Leao dengan rangkuman 11 gol di Serie A.

Selain produktif, Giroud mampu menjalankan kerja-kerja lain yang kadang terlupakan. Sebagai penyerang, ia juga dituntut untuk menekan pemain-pemain lawan ketika lawan-lawan itu menguasai bola.

Kontribusi Giroud tidak sampai situ. Ia pun turut membantu tim mengkreasikan peluang. Sebagai striker yang tidak punya kecepatan dan sedikit kaku, pergerakannya cukup dinamis. Kemewahan lainnya adalah penempatan posisi yang pas sekaligus cara menarik lawan supaya rekan-rekannya berada di dalam posisi yang bebas. 

Namun, mengandalkan Giroud seorang untuk musim depan bukan keputusan bijak. Misi bertambah harus disertai dengan peningkatan kekuatan, terutama kedalaman skuad. Apalagi, Ibrahimovic harus menepi sekitar delapan bulan.

Makanya, perekrutan Origi bisa jadi salah satu jalan ninja terbaik. Origi memang bukan telaga gol Liverpool. Ia juga bukan pilihan utama Liverpool. Sepanjang kariernya bersama Liverpool, merujuk catatan transfermarkt, ia merangkum 41 gol dan 18 assist dari 175 laga.

Origi pun seringnya memulai laga dari bangku cadangan—tempat bagi kebanyakan pemain-pemain nomor dua. Pemain yang dibutuhkan, tetapi bukan pilihan utama dan belum tentu krusial untuk tim, biasanya memulai laga dari bangku cadangan. Dalam empat musim terakhir di Liverpool, ia cuma 13 kali masuk starting line-up di Premier League.

Namun, Origi seperti enggan mengadili aib bangku cadangan sebagai tempat pemain-pemain yang hanya bisa berharap dan meratapi nasib. Baginya, bangku cadangan adalah tempat terbaik untuk mengamati jalannya laga.

Dengan sudut pandang yang lebih luas, Origi bisa melihat kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan rekannya maupun lawan. Ruang-ruang di pertahanan lawan akan terlihat jelas dari bangku cadangan. Maka, saat pelatih memerintahkan bermain, ia tahu betul apa yang harus dilakukan. Apakah itu meneror gawang lawan dengan menusuk dari sayap atau melepaskan tembakan keras.

Ada begitu banyak gol penting Liverpool lahir dari kaki Origi. Gol yang berdampak positif buat The Reds, entah menyelamatkan dari kekalahan, memastikan kemenangan, maupun mengunci kemenangan.

Statistik juga mencatat bahwa Origi memang acap mencetak gol di momen-momen tak terduga. Yang berarti, meski expected goals (xG)-nya kecil, ia tetap mampu mencetak gol. Tak peduli sekecil apa kualitas peluang, ia bisa membuat perbedaan.

Semua mungkin masih mengingat betul bagaimana brace Origi ke gawang Barcelona pada semifinal Liga Champions 2018/19. Dua gol itu membuat Liverpool comeback dan menang 4-0, setelah pada leg pertama keok 0-3 di Camp Nou. Julukan sang pembeda pun laik ia dapatkan.

Berbicara gaya main, Origi bukan pemain malas. Ia acap bergerak ke kanan-kiri untuk membuka ruang. Merujuk catatan WhoScored, pemain 27 tahun itu juga punya kemahiran soal giring-menggiring bola.

Selain itu, Origi adalah striker yang tajam mengendus ruang di pertahanan. Jika menerima bola, ia akan langsung melepaskan tembakan. Hanya dengan satu atau dua sentuhan. 

Berkat gol-gol krusial, Origi mendapat puja-puji dari publik Liverpool. Juergen Klopp tidak ragu melabeli Origi sebagai legenda Liverpool. "Origi adalah seorang legenda.... Orang-orang akan menulis buku tentang dirinya. Jika tidak, maka saya akan melakukannya," kata Klopp seperti dilansir The Athletic.

Sedangkan fan Liverpool membentangkan spanduk bertuliskan: Football Without Origi is Nothing. Begitu besarnya rasa cinta Liverpool kepada Origi.

Namun, jika boleh memprediksi, nih, ya, Origi mungkin akan jadi pelapis Giroud di Serie A. Origi bakal turun kalau Milan buntu. Sedangkan di Liga Champions atau turnamen domestik, ia mungkin jadi pilihan utama.

Kalau prediksinya salah atau berbeda atau menyinggung, jangan marah-marah. Yang namanya 'mungkin' 'kan bisa saja terjadi, bisa saja enggak. Tapi, kalau lihat performa Giroud musim lalu, kemungkinan besar terjadi deh. Hehehehe.