Euro 2020: Begitu Dekat, Begitu Jauh

Foto: Instagram @euro2020

Jarak tempuh Euro 2020 yang digelar berkeliling di 11 kota sangat menuntut ketahanan fisik para tim peserta.

Kita menyaksikan rekor jumlah gol bunuh diri pada Euro 2020. Hingga semi-final, sudah 11 gol yang tercipta, bahkan satu gol lebih banyak dibandingkan gabungan jumlah gol dua topskor sementara, Cristiano Ronaldo dan Patrik Schick. 

Jumlah itu melampaui total jumlah gol bunuh diri sejak turnamen digelar sejak 1960. Secara rata-rata, terjadi 0,22 gol per pertandingan, jauh lebih tinggi dibandingkan angka rerata gol bunuh diri per laga di lima liga top Eropa selama satu dekade terakhir.

Belanda mencari-cari biang kekalahan dari Republik Ceko di babak 16 besar Euro 2020. Setelah tampil perkasa dengan merebut kemenangan di seluruh pertandingan grup, Belanda malah tersungkur di kaki Ceko. Kalah 0-2. 

Beberapa dalih dicari menjelaskan hasil itu. Salah satunya, cuaca Budapest jauh lebih panas daripada Amsterdam, yang menjadi tempat seluruh pertandingan Oranje di fase grup. Jadi, seharusnya para pemain tiba lebih cepat di ibukota Hongaria itu untuk aklimatisasi.

Lalu, salah satu topik yang ramai dibicarakan selama turnamen ini adalah ledakan Prancis. Setelah kekalahan adu penalti dari Swiss, meski unggul 3-1 hingga menit 80, borok di dalam skuad Les Bleus terungkap. Ada perang mulut keluarga. Ada pula yang mengungkit keluhan para pemain Prancis atas akomodasi hotel yang mereka tempati di Bucharest. Mereka berpindah ke ibu kota Rumania itu segera setelah memastikan diri sebagai juara Grup F pada pertandingan terakhir di Budapest.

Teori kelelahan dan jarak tempuh

Untuk menjawab pertanyaan pertama, muncul teori bahwa banyaknya gol bunuh diri merupakan dampak kelelahan para pemain.

Kelelahan sudah menghantui sejak turnamen belum dimulai. Para pemain harus menjalani kompetisi domestik yang padat, juga akibat pandemi COVID-19 yang memaksa sejumlah pertandingan akhir musim ditunda tahun lalu. Jose Mourinho meraung kesal karena Tottenham Hotspur harus bermain 11 kali mulai pertengahan November hingga pertengahan Desember. Artinya, pemain Spurs harus bermain setiap tiga hari sekali.

Jumlah yang sama harus dijalani Bayern Munich, selama 40 hari sejak pertengahan Januari hingga akhir Februari, karena mesti berkompetisi di Bundesliga Jerman, Piala Dunia Antarklub, dan Liga Champions.

UEFA memang memberi dispensasi pemanggilan 26 pemain, tiga orang lebih banyak, untuk turnamen kali ini plus kesempatan pergantian lima pemain dalam satu pertandingan, ditambah satu jika memasuki perpanjangan waktu. Namun, itu tidak menutup fakta begitu banyak pemain yang bergabung ke timnasnya dengan tanda tanya kebugaran setelah tampil reguler untuk klub masing-masing.

Untuk menjawab pertanyaan kedua dan ketiga, kita harus mengilas balik ke 2012 saat mantan Presiden UEFA, Michel Platini, menggagas penyelenggaraan Euro 2020 yang lintas kota dan lintas negara. Niat awalnya memang brilian, menciptakan pemerataan turnamen besar baik secara olahraga maupun ekonomi meski pada praktiknya, pandemi COVID-19 mengharuskan berbagai protokol kesehatan dan keselamatan untuk dipatuhi penonton, serta para pemain dan staf. Total, 11 kota menjadi tuan rumah turnamen yang digelar selama 30 hari ini.

Selain tim harus mengisolasi diri, keharusan berpindah-pindah tempat juga menjadi beban tersendiri. Hanya beberapa negara tuan rumah yang diuntungkan dengan menetap di satu kota selama fase grup. 

Penyelenggaraan Euro 2020 terbentang dari London hingga Baku yang berjarak 4.643 km; dan dari Seville hingga Saint Petersburg yang sejauh 4.495 km. Mungkin sekilas terdengar sepele dan tidak ada hubungannya secara langsung. Namun, format turnamen multikota ini sangat menguras kesiapan logistik dan stamina.

Home advantage

Dengan memainkan lima dari enam pertandingan yang sudah dilalui di Wembley, Inggris jelas diuntungkan. The Three Lions tidak harus menjalani enam jam penerbangan dari Baku ke London seperti Denmark, contohnya. Pasukan Gareth Southgate memang menjalani pertandingan perempat-final di Roma, tapi ibukota Italia itu hanya berjarak 1.148 km dari London. Bandingkan dengan Denmark yang harus menempuh jarak sejauh 4.643 km.

Secara total, Inggris hanya menempuh jarak 2.296 km sejak babak 16 besar hingga semi-final.

Mereka menjadi tim dengan jarak tempuh paling sedikit di antara semi-finalis lain. Praktis, Harry Kane dkk hanya harus berkemas bolak-balik London-Roma-London menjelang dan sesudah melawan Ukraina pada perempat-final. Di babak gugur, jarak tempuh rata-rata Inggris adalah 765 km per pertandingan.

Tim finalis lain, Italia, menempuh perjalanan total 4.148 km. Paling jauh adalah ketika bertolak dari Roma ke London untuk menghadapi Austria pada babak 16 besar. Sementara, Spanyol harus mondar-mandir 7.288 km jauhnya. Paling jauh adalah saat berpindah dari Sevilla ke Kopenhagen pada babak 16 besar. Catatan tambahan, Spanyol selalu bermain hingga 120 menit sampai semi-final selesai plus dua kali adu penalti. Bayangkan betapa letihnya mereka seandainya berhasil menembus final.

TABEL: RUTE NERAKA EURO 2020

RUTE

JARAK TEMPUH

TIM

Babak

Baku-London

4.643

Denmark

Semi-Final

Sevilla-St Petersburg

4.495

Belgia

16 Besar

Amsterdam-Baku

4.198

Denmark

Perempat-Final

St Petersburg-Glasgow

3.449

Swedia

16 Besar


* (pada fase gugur, dalam km)

Denmark menjadi tim semi-finalis dengan total jarak tempuh terjauh, yaitu 9.631 km. Sebagian besar kilometer itu berasal dari rute singgah mereka saat menjalani perempat-final di Baku. Setelah Amsterdam pada babak 16 besar, Denmark berlaga di Baku, untuk kemudian bergegas terbang lagi ke London untuk pertandingan semi-final.

Selain dua rute mengerikan ke Baku itu, rute yang tak kalah jauhnya harus ditempuh Belgia. Dari Saint Petersburg usai laga terakhir grup, mereka harus terbang sejauh 4.495 km ke Sevilla. Dua pemain andalan, Kevin De Bruyne dan Eden Hazard, mengalami cedera saat melawan Portugal di kota yang disebutkan terakhir. Setelahnya, Belgia mesti menantang Italia di Munich.

Jika menghitung pertandingan fase grup, Swiss menjadi frequent flyer paling aktif di antara tim lain. Total mereka mencatat 13.623 km hingga perempat-final. Rata-rata setiap pertandingan, Swiss menempuh 2.725 km atau kurang lebih sebanding dengan perjalanan Jakarta-Manila. Catat, Swiss menghabiskan pertandingan babak 16 besar dan perempat-final selama 120 menit penuh plus adu penalti. Boleh dibilang Swiss adalah tim “terkuat” pada turnamen ini.               

TABEL: JARAK TEMPUH SWISS SELAMA EURO 2020 (dalam km)

PERTANDINGAN

RUTE

TOTAL

KEDUA GRUP: VS ITALIA

Baku-Roma

4.425

KETIGA GRUP: VS TURKI

Roma-Baku

4.425

16 BESAR: VS PRANCIS

Baku-Bucharest

2.635

PEREMPAT FINAL: VS SPANYOL

Bucharest-St Petersburg

2.138



Bukan keuntungan mutlak

Jarak tempuh rata-rata tim peserta selama fase gugur pada turnamen kali ini naik 272 persen jika dibandingkan dengan Euro 2016 yang hanya diselenggarakan di satu negara, yaitu Prancis.

Sekali lagi harus digarisbawahi, jarak tempuh bukan faktor mutlak kemunduran penampilan sebuah tim. Dua finalis Euro 2016, Portugal dan Prancis, justru merupakan tim dengan total jarak tempuh terbanyak di antara tim yang sukses mencapai semi-final. Meski demikian, mereka hanya mencatat kurang dari 2.000 km per pertandingan. Sementara, empat tim semi-finalis tahun ini jauh melampaui angka tersebut.

TABEL: JARAK TEMPUH SEMI-FINALIS EURO 2020 (dalam km)

TIM

TOTAL

RATA-RATA/LAGA

DENMARK

9.631

3.210

SPANYOL

7.288

2.429

ITALIA

4.148

1.383

INGGRIS

2.296

765



TABEL: JARAK TEMPUH SEMI-FINALIS EURO 2016 (dalam km)

TIM

TOTAL

RATA-RATA/LAGA

PORTUGAL

1.955

654

PRANCIS

1.963

652

JERMAN

1.666

555

WALES

1.594

531




 Tidak ada pula komplain atas kelelahan dari keharusan menempuh jarak jauh yang muncul ke permukaan. Bukankah sebagai tim dengan pengelolaan profesional, segala sesuatunya mesti harus dipersiapkan dengan baik? Toh, jadwal turnamen sudah diketahui sejak jauh-jauh hari? Pelajarannya, manajemen tim harus bertugas sebaik mungkin supaya menghindari dalih yang muncul dari kasus kekalahan Belanda dan Prancis. Misalnya, dengan mempelajari perbedaan iklim atau fasilitas akomodasi yang disiapkan tempat tujuan.

Inggris pun tidak seharusnya dicurigai melakukan konspirasi. Untuk mempertahankan posisi bermain di Wembley, tentu mereka harus berjuang sekuat tenaga dengan menjuarai grup. Kita tahu itu tidak mudah dilakukan karena Kroasia, Skotlandia, dan Republik Ceko telah bermain sepenuh hati mencuri poin di stadion keramat itu.

Catatan ini muncul sebagai refleksi bahwa di masa datang sebaiknya penyelenggaraan turnamen besar cukup dilakukan di satu negara. Dengan mengatakan hal ini, menarik menantikan Piala Dunia Qatar 2022. Jarak terjauh antarstadion penyelenggara hanya 46 km. Kalau sekadar menghitung itu, seharusnya jaminan akomodasi dan kondisi fisik para pemain akan lebih baik daripada Euro 2020. (*)

*Seluruh penghitungan jarak dalam artikel ini menggunakan parameter Google Maps