Franck Kessie ke Barcelona, Good Deal or Bad Deal?

Foto: AC Milan

Kessie dikabarkan sudah sepakat untuk gabung ke Barcelona dengan cuma-cuma. Apa iya bakal jadi bintang baru di sana? Atau malah justru sebaliknya?

Barcelona mulai menikmati aktivitas transfer gratisan. Di awal musim ini saja sudah lima pemain yang datang secara cuma-cuma. Ya gimana, wong hasilnya signifikan. Dari lima personel tersebut, hanya Sergio Aguero yang flop. Itu pun gara-gara mengalami problem jantung dan mesti gantung sepatu. Sementara Eric Garcia, Memphis Depay, Dani Alves, dan Pierre-Emerick Aubameyang menjadi pilihan reguler sekaligus memberikan impak signifikan.

Adalah Franck Kessie calon pemain baru Barcelona. Keduanya sudah mufakat dan akan diresmikan musim panas nanti. Sebagaimana dilaporkan Fabrizio Romano, gelandang AC Milan itu akan dikontrak empat tahun dengan gaji sekitar 6,5 juta euro.

Pertanyaannya, bisa enggak Kessie melanggengkan efektivitas siasat bebas transfer Barcelona? Atau malah justru sebaliknya?

Kita mulai dari hitung-hitungan duit. Well, langkah Barcelona untuk mendatangkan Kessie jelas menguntungkan. Transfermarkt membanderol Kessie di angka 45 juta euro. Pun soal upah. Ongkos 6,5 juta euro per tahun itu masih tergolong rendah buat Barcelona. Mengacu pada daftar perkiraan gaji musim ini, Kessie hanya menempati posisi 13 soal pemain dengan upah tertinggi di Camp Nou.

Kessie juga relatif muda. Usianya baru akan menginjak 26 tahun pada Desember nanti. Hampir 200 laga bersama Milan sudah dia cicipi. Sebagai pemain tengah, Kessie terbilang komplet. Tekniknya oke, atribut fisiknya bagus, dan dia punya pemahaman taktis yang mumpuni.

Ini cukup merepresentasikan bahwa Kessie adalah pilihan ideal untuk proyek jangka panjang Barcelona. Setidaknya sebagai opsi preventif karena Sergio Busquets sudah tak muda lagi. Namun, bukan berarti Kessie mampu menjadi pengganti alami Busquets. Masih terlalu dini untuk itu.

Di Milan, Kessie merupakan jembatan penting untuk format Stefano Pioli. Dalam proses build-up, gelandang Pantai Gading itu cenderung dekat dengan duo bek sentral. Dalam beberapa situasi, Kessie berada di posisi kiri pada struktur 2-2. Di situasi lainnya, seperti ketika melawan Fiorentina dan Inter Milan, dia turut membentuk struktur 3-1.

Foto: Barcauniversal

Kendati demikian, Kessie tidak diwajibkan untuk menunaikan umpan progresif. Sandro Tonali dan Ismael Bennacer yang lebih kerap melakukan itu. Baik itu soal umpan ke depan ataupun membawa bola ke lini serang.

Fbref mencatat umpan progresif Kessie di angka 3,86 per 90 menit. Masih lebih rendah ketimbang Bennacer yang mencatatkan 5,72. Lebih jomplang lagi bila dibandingkan Busquets yang mengukir rerata 6,86 progressive passes per 90 menit.

Terlepas dari itu, Kessie setidaknya masih cukup kompeten soal mendistribusikan bola. Buktinya dia dipercaya Pioli untuk menjadi jembatan lini belakang ke depan. Persentase kesuksesan umpannya menyentuh 88,7%—tertinggi ketiga di Milan.

Ini menjadi vital karena kemampuan umpan adalah aspek primer untuk para personel Barcelona, termasuk di era Xavi Hernandez sekarang. Menariknya, Xavi tidak murni menerapkan juego de position sebagaimana Pep Guardiola ajarkan. Barcelona juga berani bermain direct via umpan lambung. Metode inilah yang kemudian menghadirkan kemenangan di El Clasico pekan lalu.

Gamblangnya, dua dari tiga gelandang dalam format 4-3-3 bakal aktif untuk bergerak ke depan. Jadi lini serang akan diisi 5 pemain. Winger tetap berada di tepi sementara gelandang mencari spot half space. Untuk menjaga keseimbangan, slot lini sentral bakal dihuni Dani Alves yang berperan sebagai inverted full-back

Semakin banyak pemain di depan, semakin banyak pula opsi serangan. Itulah mengapa Barcelona tak lagi menggantungkan satu pemain untuk mencetak gol. Tidak seperti rezim Ronald Koeman yang bertumpu kepada Memphis Depay doang.

Eskalasi produktivitas para gelandang menjadi buktinya. Frenkie De Jong, Nico Gonzalez, dan Gavi sukses mengumpulkan 7 gol bila dikalkulasi. Belum ditambah dengan total assist mereka yang menyentuh 8. 

Nah, skema seperti ini akan cocok dengan gaya main Kessie. Kendati intens bermain lebih dalam, dia juga diberkahi kemampuan mencetak gol. Sudah enam gol yang dicetaknya di lintas ajang musim 2021/22. Tidak, tidak semuanya dari titik putih. Tiga gol di antaranya lahir tanpa bantuan penalti.

Ketika melawan Salernitana pada Desember lalu, misalnya, Kessie maju ke kotak penalti lalu menyambar umpan silang Rafael Leao dari kiri. Pun dengan lesakannya ke gawang Empoli. Intensinya untuk bergerak maju kemudian mengonversi bola rebound menjadi gol adalah sebuah nilai plus. 

Heatmap Kessie sejauh ini menunjukkan bahwa dia adalah pemain dengan mobilitas tinggi. Dari memulai build-up fase awal hingga menjadi algojo peluang. Dua kemahiran yang cocok dengan gaya main Barcelona.

Heatmap Kessie di Serie A 2021/22. Foto: Sofascore

Itu baru dari segi ofensif, karena Kessie juga bisa menambah fitur bertahan Barcelona. Fisik jelas yang pertama, mengingat mereka tak punya gelandang dengan postur kekar seperti Kessie. Kedua, dari kemampuan aksi defensif. Menyitat data Whoscored, Kessie rata-rata mencatatkan 1,2 tekel per laga. Hanya Busquets dan Pedri yang mencatatkan lebih.

Nilai lebih Kessie ada di kecenderungan pressing yang dia lakukan. Sejauh ini sudah 100 pressing sukses dari 320 percobaan yang dibuatnya atau 31,3 % bila dipersentasi. Sekali lagi, hanya Busquets dan Pedri yang mengumpulkan lebih banyak dari itu. Sementara De Jong, dan Gavi hanya mentok di 27%. Artinya, kemampuan Kessie dalam melakukan tekanan bakal fit dengan Xavi yang juga menggunakan counterpress sebagai salah satu pendekatannya.

---

Di atas kertas, merekrut Kessie adalah strategi bagus buat Barcelona. Usianya belum tua-tua amat dan cukup komplet untuk ukuran gelandang modern. Belum lagi kecocokannya dengan gaya main Xavi.

Namun, butuh waktu untuk membuktikan itu, setidaknya sampai Kessie bergabung pada musim panas nanti. Siapa tahu performanya tak bagus lagi, atau yang lebih parah, formula Xavi tidak lagi semoncer sekarang.