Futur Simpang Siur Pochettino

Foto: instagram @pochettino.

Tanpa Liga Champions masa depan Pochettino bersama PSG dipertanyakan. Apa betul PSG puas hanya dengan Ligue 1?

Trofi Ligue 1 tidak lekas-lekas melepaskan Mauricio Pochettino dari ketidakpastian. Sebab, prestasi itu bukanlah keberhasilan paripurna. Bukan juga hal yang sangat diidam-idamkan. Bukan pula target terbesar Paris Saint-Germain musim ini.

Trofi Ligue 1 serupa pelipur lara yang tidak mampu memuaskan ambisi. Ambisi untuk duduk di singgasana Eropa. Ambisi yang bisa membuat siapa saja kehilangan posisi apabila gagal mewujudkannya.

Barangkali sebagian dari kita tahu, PSG punya ambisi besar menggamit semua trofi musim ini. Mereka ngebet betul menghadapi musim ini. Yang paling menyilaukan tentu trofi Liga Champions. Trofi yang diburu PSG sejak diakuisisi Qatar Sports Investments.

Itu tampak dari aktivitas transfer pemain. Mereka mendaratkan pemain-pemain bertudung nama besar. Paling mewah tentu saja Lionel Messi, Sergio Ramos, dan Achraf Hakimi. Rekrutan tersebut juga menegaskan bahwa PSG enggan main-main.

Selain itu, PSG juga sudah berisi pemain-pemain bintang. Ada Neymar dan Kylian Mbappe di lini depan. Ada juga Marco Verratti, Leandro Paredes, dan Marquinhos. Hanya dengan deretan nama-nama itu, PSG sudah meneror lawan-lawannya.

Namun, skuad mewah tidak membuat perjalanan mereka lancar jaya. Performa mereka tidak se-meyakinkan penaksiran orang-orang. Itu karena waktu adaptasi pemain baru yang tidak kilat.

Messi, misalnya. Ia tidak langsung tampil istimewa. Faktornya juga bukan soal kualitas individu, tetapi taktik yang diterapkan. Ia sulit mengintegrasikan diri dengan hal-hal baru. Salah satunya, instruksi sang pelatih.

Belum lagi, pertalian Messi dan Pochettino sempat kendur. Buktinya, ia pernah menolak menjabat tangan Pochettino selepas laga. Insiden itu ramai diperbincangkan dan mendentumkan nada-nada sumbang soal PSG-nya Pochettino.

Sedangkan Ramos sudah masuk ruang perawatan sebelum musim 2021/22 dimulai. Ia menderita cedera betis dan menepi dalam waktu lama. Transfermarkt mencatat, pria berkebangsaan Spanyol itu melewatkan 119 hari dan 19 laga bersama PSG.

Ramos baru menjalani debut saat PSG melawan Saint-Etienne pada 28 November 2021. Sialnya, dua hari usai melakoni debut bersama PSG, Ramos kembali menepi. Saat itu, ia mengalami masalah otot dan harus absen empat laga. Ramos comeback pada 20 Desember 2021 ketika PSG melawan Feignies di babak 64 besar Piala Prancis.

Rangkaian cedera Ramos berdampak pada kekokohan PSG. Musim ini, PSG memang baru kebobolan 36 gol atau paling sedikit kedua setelah Nice. Namun, jika dibandingkan dengan lima musim sebelumnya, jumlah kebobolan itu terbanyak.

Selain ketiadaan Ramos, transisi menyerang-bertahan PSG tidak sebaik sebelumnya. Keterlibatan banyak pemain dalam fase ofensif berdampak pada rapuhnya lini belakang. Ya, mereka acap kesulitan meredam serangan balik lawan. Ruang-ruang di tepi menjadi sasaran lawan untuk meneror gawang PSG.

Itu juga yang menjadi salah satu faktor kekalahan PSG pada leg kedua babak 16 Liga Champions melawan Real Madrid. Dua gol Madrid bersumber dari serangan di sebelah kanan pertahanan PSG. Di pos itu, Madrid mengandalkan kecepatan Vinicus Junior untuk mengkreasikan peluang.

Kekalahan itu sangat menyesakkan. Kekalahan itu juga membuat PSG harus mengubur cita-cita menggenggam trofi Liga Champions musim ini. Kekalahan itu pula yang membuat masa depan Pochettino dikerumuni ketidakpastian.

PSG memang belum mengambil keputusan soal futur Pochettino. Namun, rumor tentang pengganti Pochettino sudah bertalu-talu. Ada dua nama besar yang dirumorkan siap menjadi nakhoda PSG: Antonio Conte dan Zinedine Zidane. 

Bagi Pochettino, rumor tersebut benar-benar mengerutkan rasa hormat orang-orang kepadanya. Ya, iya lah, musim belum berakhir dan keputusan klub belum keluar, kok, sudah muncul saja nama-nama calon penggantinya. Emang bener, gitu, PSG akan mencoretnya?

"Saya sangat lelah (dengan rumor itu, red)," kata Pochettino dilansir RMC Sport. Eks pelatih Tottenham Hotspur itu melanjutkan, "Itu menunjukkan kurangnya rasa hormat. Itulah masalahnya. Kami di sini bekerja untuk klub."

Lagian, Pochettino juga berpandangan bahwa trofi Ligue 1 tidak boleh diremehkan. Itu adalah pencapaian yang perlu untuk dirayakan, dihargai, dihormati, dan seterusnya, dan seterusnya.

"Jelas bahwa tujuan utama PSG dalam beberapa tahun terakhir adalah Liga Champions. Tapi, gelar kesepuluh klub dalam 50 tahun tidak boleh diremehkan," ucap Pochettino.

Jika melihat pencapaian PSG musim sebelumnya, kata-kata Pochettino ada betulnya juga. Toh, PSG tidak pernah segagal musim 2021/22 dalam tujuh musim terakhir yang selalu melahap semua titel domestik.

Iya, benar, PSG pernah kehilangan titel Ligue 1 dari AS Monaco pada musim 2016/17. Namun, mereka saat itu masih merengkuh tiga gelar domestik: Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophee des Champions. Sedangkan musim 2021/22, mereka hanya mendapat dua gelar. Itu pun tanpa Ligue 1.

Sayangnya, trofi Ligue 1 musim ini tidak disertai dengan catatan yang memukau. Selain jumlah kebobolan, rata-rata poin per laga PSG-nya Pochettino berada di angka 2,13. Itu tidak lebih baik dari PSG-nya Thomas Tuchel (2,35 poin per laga), PSG-nya Unai Emery (2,42), maupun PSG-nya Laurent Blanc (2,36).

Jadi, pertanyaannya kini: Apa betul PSG puas dengan Ligue 1 tanpa Liga Champions? Entahlah. Yang pasti masa depan Pochettino simpang siur: Bertahan atau pergi.

====

*Catatan Editor: Kata 'Futur' sudah diserap ke dalam KBBI. Per KBBI Daring, artinya adalah 'kala nanti; masa depan'.