Gigi dan Taji Sergio Ramos

Foto: @sergioramos.

Setelah menepi karena cedera, Ramos mulai unjuk gigi bersama Paris Saint-Germain.

Sergio Ramos sudah merengkuh segalanya. Satu trofi Piala Dunia, dua Piala Eropa, lima gelar La Liga, dan empat titel Liga Champions, tercap dalam curriculum vitae-nya. Meski begitu, jiwa berburunya masih membara.

Satu imaji Ramos ketika bergabung Paris Saint-Germain hanyalah memasukkan trofi sebanyak-banyaknya dalam kabin. Peduli setan dengan omongan orang soal usianya yang sudah kolot (35 tahun) sebagai pesepakbola, ia tetap merawat imajinya itu baik-baik.

"Ini tempat terbaik untuk terus bermimpi, klub terbaik untuk terus menang," tulis Ramos di akun instagramnya saat resmi menjadi pemain PSG. "Saya ingin terus tumbuh dan berkembang di Paris dan membantu tim untuk memenangkan trofi sebanyak mungkin."

Gairah itu sejalan dengan misi PSG. Les Parisiens memang sudah mendapatkan semua titel domestik, tetapi tidak dengan trofi Liga Champions. Musim ini, gairah Les Rouge et Bleu merajai benua biru semakin meletup-letup. 

Itu terlihat dari bursa transfer awal musim 2021/22. Mereka jadi klub paling konsumtif. Dari pemain bebas transfer sampai harga selangit, mereka datangkan. Ramos adalah salah satunya. Perekrutan Ramos sangatlah tepat bagi PSG yang memburu Liga Champions.

Pengalaman plus kepemimpinan eks pemain Real Madrid itu diyakini akan memberikan dampak positif kepada pasukan Mauricio Pochettino. Begitu juga kualitas permainan sebagai bek. Ia tangguh dan juga tajam.

Namun, sebelum musim 2021/22 dimulai, Ramos sudah masuk ruang perawatan. Ia menderita cedera betis dan menepi dalam waktu lama. Transfermarkt mencatat, pria berkebangsaan Spanyol itu melewatkan 119 hari dan 19 laga bersama PSG.

Ramos baru menjalani debut saat PSG melawan Saint-Etienne pada 28 November 2021. Laga itu sangat dinantikan publik sepak bola dunia. Untuk kali pertama, Ramos mengenakan jersi yang sama dengan Lionel Messi setelah mereka kerap berseteru dalam laga bertajuk El Clasico di La Liga.

Sialnya, dua hari usai melakoni debut bersama PSG, Ramos kembali menepi. Kali ini, ia mengalami masalah otot dan harus absen dalam empat laga. Ramos comeback pada 20 Desember 2021 ketika PSG melawan Feignies di babak 64 besar Piala Prancis.

Selepas pulih dari rentetan cedera, Ramos langsung jadi pilihan pertama Pochettino. Namun, kepercayaan itu tidak dibayar tunai. Ramos justru mendapat kartu merah manakala PSG berhadapan Lorient dalam lanjutan Ligue 1.

Sebelum mendapat kartu merah itu, Pochettino sempat banyak berkata-kata soal Ramos. Menurut eks juru Tottenham Hotspur itu, Ramos butuh waktu untuk mengembalikan kebugaran dan beradaptasi. Dua hal krusial yang dapat mempengaruhi permainan.

"Kami semua memiliki pandangan yang sama bahwa kami adalah yang terbaik," kata Pochettino dilansir Marca. "Mungkin situasi Sergio Ramos (saat ini) berbeda dengan tahun 2014 [.....] Ia perlu beradaptasi."

Ramos mengonfirmasi apa yang dikatakan pelatihnya. Sebelum mewujudkan satu per satu imajinya bersama PSG, ia kudu berlatih ekstra untuk mengembalikan kondisi fisiknya dan menemukan performa terbaiknya. Dan yang dibutuhkan Ramos hanyalah kepercayaan dan waktu.

"Saya sudah berlatih secara normal dengan klub selama tiga minggu. Yang paling penting saat ini adalah meningkatkan kecepatan lagi dan kembali ke rutinitas sehari-hari untuk meningkatkan kondisi fisik dan performa," ucapnya sebagaimana mengutip The Athletic.

Kepercayaan Pochettino kepada Ramos terus mewujud. Usai absen karena kartu merah, ia kembail memasukkan Ramos dalam starting line-up PSG saat berlaga melawan Reims.

Ramos tidak menyia-nyiakan kepercayaan itu. Ia juga menjawab kesempatan Pochettino dengan paripurna. Selain berhasil menjaga kesucian gawang PSG, ia melesakkan satu gol pada menit 62.

Gol itu bukan gol biasa. Gol itu adalah lesakan pembuktian. Bukti bahwa ia masih bertaji meski sudah berusia 35 tahun. Berkat lesakan itu, Ramos menjadi pemain tertua keempat yang mencetak gol pertama di Liga Prancis setelah Ricardo Carvalho (37 tahun 236 hari), Manfred Kaltz (36 tahun 345 hari) dan Oceano (36 tahun 101 hari) .

“Saya senang telah bermain selama 90 menit dan telah mencetak gol pertama saya untuk PSG,” kata Ramos setelah pertandingan.

Berbicara performa di lapangan, Ramos merupakan salah satu karang lini belakang yang punya atribut komplet. Soal memutus gempuran lawan dengan tekel, intersep, maupun sapuan, ia jagonya.

Persentase pressures sukses Ramos dari tahun ke tahun terus meningkat. Musim 2017/18, persentase pressures suksesnya berada di angka 33,5 persen. Empat musim berikutnya mencapai 35,6 persen, 38,3 persen, 40,2 persen, dan 53,6 persen. Peningkatan itu membuktikan, tekanan yang diberikan Ramos kepada lawan semakin efektif.

Selain itu, Ramos piawai mengirim umpan panjang. Mengacu WhoScored, bek Spanyol itu merangkum rata-rata 7,6 longball per laga sepanjang La Liga 2020/2021. Sedangkan persentase umpan sukses Ramos selalu berada di atas 91 persen dalam empat musim terakhir.

Kemampuan Ramos soal umpan-mengumpan bola berguna bagi PSG-nya Pochettino yang menitikberatkan permainan ball possession. Itu terlihat dari rata-rata 5,32 umpan per rangkaian serangan. Angka itu terbanyak kedua di antara klub lima liga top dunia setelah Manchester City (5,34 umpan per rangkaian serangan).

Klub-klub yang menerapkan permainan ball possession biasanya memiliki jumlah operan banyak dalam rangkaian serangan. Mereka berupaya mengalirkan bola dari kaki ke kaki dan mengombinasikan umpan veritkal-horizontal.

Jangan lupa, Ramos punya insting mencetak gol yang oke. Musim 2019/20, ia menjadi pencetak gol terbanyak kedua Madrid di La Liga dengan 11 gol. Ia hanya kalah dari Karim Benzema yang merangkum 22 gol. Wajar saja, toh, kan Benzema seorang penyerang.

Catatan tersebut membuktikan bahwa rasa haus akan gol Ramos jauh lebih banyak dari Vinicius Junior dan Marco Asensio yang berposisi sebagai penyerang sayap saat itu. Apalagi tingkat harapan membuat gol (xG) Ramos pada musim lalu mencapai 10,65. Tertinggi kedua, lagi-lagi, setelah Benzema.

Jika merujuk catatan itu, Ramos bisa jadi solusi apabila serangan-serangan PSG mampat. Saat berlaga melawan Saint-Etienne, misalnya, Ramos maju sampai sepertiga akhir. Ia juga kerap berada di dalam kotak penalti lawan.

Dalam laga itu, Ramos memang tidak mencetak gol. Namun, kehadirannya mampu merusak bentuk pertahanan Saint-Etienne sekaligus membuka ruang bagi rekan-rekannya.

Kini, kita tinggal menanti apa yang akan Ramos berikan untuk PSG, khususnya di Liga Champions. Oh, iya, paling dekat, Ramos akan kembali ke Santiago Bernabeu. Bukan untuk reunian, tetapi mengalahkan Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions.