Giovanni Reyna, ‘American Dream’ yang Lain di Tanah Jerman

Foto: Twitter @GiovanniReyna8

Baru 17 tahun, Giovanni Reyna sudah tampil menjanjikan. Meski masih memiliki kelemahan, ia diprediksi bisa mencapai American Dream-nya sendiri.

Orang-orang Amerika Serikat memiliki mimpi yang termaktub dalam sebuah frasa pendek bernama American Dream. Di situ, disebutkan bahwa setiap warga Amerika. berhak mendapat kesuksesan dalam hidup, terlepas dari asal atau kondisi mereka. Istilah ini pertama kali muncul dalam buku Epic of America gubahan James Truslow Adams, 1931.

Salah satu manifestasi paling kentara dari American Dream ini adalah pada film ‘Forrest Gump’. Dalam film itu, Gump digambarkan sebagai orang Amerika yang sukses dalam berbagai bidang, baik itu olahraga, militer, serta musik. Meski mengidap intellectual diffability, hal itu tidak menghalangi Gump untuk fasih melakukan berbagai hal dalam hidup.

Sampai kini, manifestasi dari American Dream masih terlihat, salah satunya di sepak bola. Amerika Serikat rutin mengirimkan talenta-talenta mereka ke luar negeri. Pernah pada suatu masa, talenta Amerika ramai bermain di Premier League, mulai dari Tim Howard, Clint Dempsey, Brad Friedel, Carlos Bocanegra, hingga Landon Donovan.

Di sana, para pemain itu mewujudkan American Dream tersebut. Sosok-sosok macam Dempsey maupun Howard sudah dianggap sebagai pemain Amerika yang sukses menunjukkan kemampuan di Premier League.

Selain tanah Inggris, Amerika Serikat juga rutin mengirimkan talenta mereka ke tanah Jerman. Sosok-sosok macam Christian Pulisic (sekarang sudah hijrah ke Chelsea) dan Weston McKennie (kini bermain di Juventus) pernah mengecap pengalaman bermain di Bundesliga.

Sekarang, masih ada nama-nama seperti Tyler Adams, Chris Richards, John Brooks, serta Josh Sargent yang bermain di Bundesliga. Akan tetapi, jangan lupakan satu nama lagi: Seorang remaja dari Borussia Dortmund bernama Giovanni Reyna.

Sebagus apa, sih, penampilan Reyna ini?

***

Reyna lahir pada 13 November 2002. Ia adalah anak dari pemain kenamaan Amerika Serikat, Claudio Reyna. Sang ayah sendiri bukan pemain kaleng-kaleng. Ia mengecap banyak pengalaman bermain di Eropa, mulai dari Rangers, Manchester City, Sunderland, Bayer Leverkusen, hingga Wolfsburg. Ia juga pernah menjadi kapten Timnas Amerika Serikat.

Tidak hanya dari sang ayah, darah sepak bola Reyna juga datang dari sang ibu, Danielle Egan. Sama seperti sang ayah yang merupakan kapten timnas, Egan juga adalah kapten Timnas Perempuan Amerika Serikat.

Alhasil, sepak bola sudah jadi sesuatu yang erat dengan Reyna sejak kecil. Ia mulai belajar sepak bola bersama Akademi New York City pada 2015. Empat tahun di sana, ia akhirnya memutuskan untuk bergabung bersama Akademi Borussia Dortmund. Tanah Jerman mulai ia pijak, sama seperti sang ayah dahulu.

Tidak butuh waktu lama di akademi, pada pertengahan musim 2019/20, Reyna sudah mencatatkan debut bersama tim senior Dortmund pada laga Bundesliga melawan FC Augsburg. Sampai kini, ia sudah menorehkan 23 penampilan bersama Die Schwarzgelben di semua ajang, berbalut catatan 3 gol dan 6 assist.

Oh, ya, berkat debutnya di laga lawan Augsburg itu juga, Reyna memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang Christian Pulisic. Ia menadi pemain Amerika Serikat termuda yang bermain di Bundesliga dalm usia 17 tahun 66 hari.

Reyna sudah membukukan 1 gol dan 3 assist pada Bundesliga 2020/21. Ketiga assist-nya itu ia torehkan pada laga melawan Freiburg, Sabtu (3/10/2020), masing-masing untuk dua gol Erling Haaland dan satu gol Emre Can. Ia pun jadi salah satu penoreh assist terbanyak di Bundesliga saat ini --bersama Jonas Hofmann dan Thomas Mueller.

Jam tampil Reyna pun lumayan. Dari tiga laga, sudah 249 menit ia enyam pada kompetisi liga musim ini. Artinya, rata-rata ia bermain sebanyak 83 menit. Sebuah capaian apik untuk pemuda yang bahkan belum 20 tahun.

***

Secara permainan, Reyna memang selaras dengan Dortmund. Ia biasa mengisi posisi gelandang serang. Reyna diberkahi kemampuan olah bola apik dan dribble mumpuni, berpadu dengan kecepatan yang ciamik.

Reyna juga punya visi oke. Sebagai pengatur serangan, ia lihai memberikan umpan-umpan kunci. Per WhoScored, rataan umpan kunci Reyna saat ini jadi yang paling tinggi di Dortmund, dengan torehan 2,7 kali per laga.

Reyna juga efektif dalam hal distribusi bola. Rataan umpan per laganya sebesar 43,7 kali, tetapi persentase kesuksesannya mencapai 90,1% (tertinggi kesembilan di Dortmund). Dengan segala kemampuannya ini, tak heran ia bisa jadi penyuplai gol Dortmund, sekaligus menjadi pelayan bagi Haaland.

Tidak hanya itu, salah satu kemampuan Reyna yang cukup menarik adalah ball holding-nya. Dalam beberapa kesempatan, tak jarang ia menahan bola dan memilih untuk tidak langsung bermain direct. Hal ini membuat lawan banyak terfokus padanya, sehingga ruang bagi para pemain lain tercipta.

Selain andal dalam ball holding, yang membuat Reyna semakin menakutkan adalah kemampuannya dalam melakukan turnover posisi badan. Jadi, ruang kosong yang tercipta akibat banyaknya pemain yang mengerubutinya, bisa ia manfaatkan juga untuk dirinya sendiri. Apalagi, ia memang punya kemampuan dribel yang baik.

Berkat kemampuannya ini, Reyna pas dalam skema permainan Lucien Favre yang lazim menggunakan skema tiga bek (entah itu 3-4-1-2, 3-1-4-2, atau 3-4-2-1). Reyna memberikan tambahan dimensi dalam penyerangan Dortmund.

Reyna mengisi ruang di area sepertiga akhir lawan dan di situ, ia punya kuasa dalam mengatur serangan. Ia mampu bermain direct—seperti yang biasa Favre terapkan—, atau menahan bola lebih dulu, lalu kemudian memberi ruang bagi para pemain lain untuk berkreasi.

Namun, ada satu hal yang masih harus dibenahi Reyna. Pada pekan kedua Bundesliga musim ini, melawan Augsburg, ia telihat masih kesulitan menembus pertahanan berlapis yang diperagakan lawan. Nah, di sini, pekerjaan rumah yang harus ia benahi selanjutnya adalah bagaimana bersinergi dengan para pemain depan Dortmund.

Bukan cuma Haaland saja. Kelak, Reyna juga mesti berkombinasi dengan Jadon Sancho, Jude Bellingham, maupun Marco Reus. Karena, dalam beberapa laga ke depan, bisa jadi Reyna akan berhadapan dengan lawan-lawan yang memeragakan pertahanan ketat. Lawan juga tidak akan segan menumpuk pemain di area sepertiga akhir.

***

Dalam wawancara selepas laga melawan Borussia Moenchengladbach, Haaland tidak segan menyebut Reyna sebagai ejawantah dari American Dream. Tentu, Haaland tidak sekonyong-konyong mengatakan hal itu.

Seperti yang dijelaskan di awal tulisan, American Dream merupakan harapan agar warga Amerika Serikat dapat meraih kesuksesan dalam hidup. Nah, di sini, Haaland juga menempatkan sebuah ekspektasi ke pundak Reyna lewat American Dream ini. Ia berharap, ke depannya Reyna akan jadi pesepak bola jempolan.

Akan tetapi, jalan menuju sukses tentu tidaklah mudah. Masih tertera dalam American Dream, bahwa untuk meraih kesuksesan, warga Amerika harus mau kerja keras dan berani mengambil risiko, tidak hanya sekadar mengandalkan bantuan orang lain. Memang terdengar klise, sih. Namun, mari berharap agar Reyna mampu melakukannya.