Harapan dari Havertz
Havertz bisa jadi harapan baru untuk lini depan Jerman di Piala Eropa 2024. Apakah dia mampu?
Jerman acap punya striker tajam dan bertipikal predator di dalam kotak penalti. Dulu, Gerd Mueller yang paling tersohor. Tercatat, Mueller bisa bikin 14 gol dari 13 penampilan di Piala Dunia. Nama Mueller sempat panjang sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Piala Dunia.
Kalau lebih kekinian, ada nama Miroslav Klose yang jadi andalan Jerman di lini depan. Kuat dalam bola atas dan cekatan dalam menyambut bola daerah jadi kekuatan Klose.
Hingga kini, Klose memegang dua catatan apik. Top Skorer Sepanjang Masa Piala Dunia dengan kemasan 16 gol. Catatan itu dibuatnya dalam 24 laga, dari empat edisi Piala Dunia berbeda. Lalu, Klose juga jadi top skorer sepanjang masa Jerman dengan 71 gol.
Setelah era Klose, Jerman kesulitan mencari penyerang tajam. Bukan cuma kehilangan sosok, Jerman juga bingung menentukan siapa yang pantas mengisi posisi ujung tombak.
Pada Piala Dunia 2022 misalnya, Jerman tak punya pilihan yang ajeg di lini depan. Hansi Flick--pelatih Jerman saat itu--kerap mengganti-ganti komposisi di lini depan.
Prestasi Jerman di Piala Dunia 2022 pun jeblok. Cuma satu kemenangan dari tiga laga yang dimainkan. Jerman tak lolos dari babak grup usai duduk di posisi ketiga di bawah Jepang dan Spanyol.
Jerman kemudian berbenah untuk mengarungi Piala Eropa 2024. Federasi tak mau malu sebagai tuan rumah di kompetisi tertinggi sepak bola Eropa itu. Julian Nagelsmann ditunjuk sebagai pelatih. Nagelsmann lalu menggabungkan pemain muda dengan senior sebagai fondasi Jerman di turnamen kali ini.
Satu nama yang kemungkinan besar bakal jadi starter Jerman adalah Kai Havertz. Pemain Arsenal itu bakal mengisi lini depan Jerman yang acap tumpul di beberapa turnamen belakangan.
Kami akan beri disclaimer terlebih dulu. Havertz memang tak setajam Klose atau Gerd Mueller, tipikalnya pun berbeda. Namun, kehadiran Havertz akan memberikan kesempatan bagi pemain lain untuk bisa membuat gol. Gampangnya, pemain-pemain Jerman lain yang bisa punya kesempatan besar untuk membuat gol.
Bersama Arsenal musim ini, Havertz tampil cukup tajam. Di pentas Premier League, Havertz bikin 13 gol. Jumlah ini jadi yang paling banyak sepanjang kariernya di Premier League. Di bawah Mikel Arteta, Havertz pun acap diplot sebagai penyerang tengah. Gerakannya yang fleksibel menjadi sangat fit bagi sistem yang dijalankan Arteta.
Memang Havertz bukan predator di kotak penalti. Namun, pria kelahiran 11 Juni 1999 itu sangat mobile dan mampu menciptakan ruang di lini pertahanan lawan, sehingga rekan bisa memanfaatkan.
Rajinnya Havertz turun ke bawah untuk jadi opsi, membuat dua winger Arsenal bisa menusuk ke kotak penalti. Tak heran, Bukayo Saka dan Leandro Trossard jadi dua top skorer teratas Arsenal musim ini dengan 20 dan 17 gol.
Lalu, bagaimana Havertz dengan sistem Nagelsmann?
Jerman di bawah Nagelsmann bermain bola bola pendek saat merancang serangan. Dua bek sayap akan naik ke depan, dan satu gelandang turun untuk memberikan opsi umpan. Havertz bisa turun juga jadi opsi di tengah. Kehadiran Havertz yang bisa bergerak ke manapun arah serangan membuat lini tengah Jerman jadi tak kalah jumlah.
Perbedaan dengan Arsenal terletak di trio lini serangnya. Saka dan Trossard punya peranan yang berbeda dengan Florian Wirtz dan Jamal Musiala.
Saka kerap menyisir dari tepi untuk masuk ke kotak penalti. Alhasil, Saka jarang mengisi ruang yang biasa dibuka Havertz.
Berbeda dengan Wirtz dan Musiala. Keduanya tak sering bermain menyisir di sisi tepi. Wirtz dan Musiala sering masuk ke dalam, melalui half-space atau tengah, dan bisa mengisi ruang yang dibuka Havertz.
Lihat saja gol Havertz ke gawang Prancis pada uji coba Maret lalu. Saat Havertz membuka ruang, Musiala masuk ke kotak penalti dan diberikan umpan. Musiala lalu mengembalikan bola ke Havertz yang kemudian masuk ke kotak penalti berhasil mencetak gol.
Havertz juga bisa jadi tembok untuk berkombinasi dengan Wirtz dan Musiala. Dengan kemampuan first touch dan holding bola yang apik, Havertz bisa dimanfaatkan. Pun bila kemudian Nagelsmann memainkan Leroy Sane atau Chris Führich yang lebih senang memulai pergerakan dari tepi, Havertz bisa menyediakan ruang dan badan untuk keduanya.
Opsi lain, Havertz bisa digunakan dalma permainan direct. Jika Jerman kesulitan menghadapi pressing lawan, Havertz bisa digunakan sebagai tujuan bola-bola direct. Ini juga yang biasa digunakan Arteta bersama Arsenal, dengan kemudian Havertz akan menjadi pemantul buat rekan-rekannya yang lain mendapat bola.
***
Kehadiran Havertz memang tak bakal menyelesaikan semua PR lini depan Jerman dengan kilat. Akan tetapi, kehadirannya bisa menambah opsi lain bagi Jerman untuk menciptakan gol dari berbagai kemungkinan. Musiala, Wirtz, dan Guendogan bisa saja pendulang gol Jerman di sini, pun dengan Sane, Führich, atau juga Thomas Müller. Dan hal tersebut karena hadirnya Havertz yang merusak konsentrasi dan organisasi lini belakang lawan.