Ilkay Guendogun

Ilustrasi: Arif Utama.

Dari musim ke musim, Guendogan mengelola berbagai peran, dari pemain belakang sampai urusan menyerang, dari pemain pocokan sampai menjadi jagoan. Kini dia bersilih menjadi pistol gol City, menjadi Ilkay 'Guendogun' untuk City.

Para pemain Borussia Dortmund melakukan ritual sebelum menjalani latihan di Brackel. Kebanyakan dari mereka menerkam bola yang telah diletakkan. Sementara Ilkay Guendogan berdiri agak terpisah. Dengan sepatu hijaunya dia mencoba melakukan tendangan ke arah gawang secara berulang tanpa bola. Ya, tanpa bola.

Peduli setan orang-orang menganggapnya orang gila. Dia malah sesekali tersenyum, merayakan gol tendangan bebas virtualnya.

Guendogan tidak sinting. Alan J. Rowe pernah merumuskan imajinatif sebagai salah satu dari empat komponen kecerdasan kreatif manusia. Menurutnya, individu semacam ini penuh pemahaman dan mampu mengidentifikasi peluang. Pun dengan aras pemikiran yang luas serta keberanian melanggar tradisi.

Juergen Klopp bahkan sudah mengakui potensi Guendogan sejak pertama kali datang ke Dortmund. Gegenpressing yang diusungnya tak sekadar membutuhkan determinasi, tetapi juga kecerdasan dari para pemainnya. Guendogan memiliki atribut-atribut di atas.

"Dia pintar dan mau belajar. Ilkay memiliki kemampuan olah bola yang bagus. Dia adalah pemain komplet dan sangat cocok dengan sistem kami," terang Klopp.

Klopp bukan satu-satunya orang yang memperhitungkan daya imajinasi Guendogan. Michael Oenning sudah melihatnya jauh-jauh hari, sejak Guendogan bermain di U-19 Bochum.

Menurut Oenning, remaja keturunan Turki itu adalah pemain nomor 10 yang spesial. Makanya dia berani memboyongnya ke Nuernberg, tim yang dibesut Oenning kala itu.

Benar saja, baru empat kali mentas dengan Der Ruhmreiche, Guendogan sudah bisa bikin assist. Lawan Bayern Muenchen pula. Nuernberg pada akhirnya memang kalah, tapi bisa bangga karena telah menemukan permata baru mereka.

Guendogan makin gacor pada periode 2010/11. Total 5 gol dibuatnya Bundesliga. Torehan itu cuma kalah dari Christian Eigler dan Julian Schieber yang notabene beroperasi sebagai striker. Nuernberg pun finis di peringkat keenam. FYI, itu menjadi salah satu pencapaian baik mereka di milenium ketiga.

Meski punya urgensi tinggi, Nuernberg tahu betul Guendogan terlalu besar untuk mereka. Akhirnya klub Bavaria itu melepasnya usai Dortmund menyodorkan 4 juta euro di awal musim 2011/12.

Setelahnya kita tahu, dia membantu Dortmund mematahkan dominasi Bayern. Titel Bundesliga, DFB-Pokal, dan Piala Super Jerman dipersembahkannya untuk klub Lembah Ruhr tersebut. Sampai akhirnya Pep Guardiola memanggilnya ke Manchester City pada musim panas 2016.

***

"Seseorang pernah berkata kepadaku bahwa aku mungkin tidak bersinar di City. Aku justru membiarkan orang lain bersinar dan begitulah caraku melihat diriku sendiri."

Itu jawaban Guendogan soal kontribusinya di City yang rutin dipertanyakan. Bagaimanapun, dia memang tak begitu aktif dalam proses penciptaan gol-gol The Citizens.

Di periode pertamanya, Guendogan cuma mengumpulkan 3 gol dan sebiji assist di Premier League. Jumlah itu terendah di antara para gelandang City, seperti Yaya Toure, David Silva, dan Kevin De Bruyne.

Kalau dihitung-hitung, musim 2018/19 jadi torehan terbaik Guendogan. Dia memproduksi 9 gol dan assist meski, tetap saja, jumlah itu tak sebanding dengan gelandang lainnya. Jangankan menyaingi De Bruyne, kuantitas assist-nya bahkan hanya selevel dengan Fernandinho yang berperan gelandang bertahan.

Namun, 'kan pemain sempurna adalah pemain yang bisa melengkapi kebutuhan timnya. Gol dan assist cuma dua dari beberapa indikatornya.

“Anda tidak bisa membangun tim yang hanya terdiri dari sebelas pemain dengan jenis dan karakter permainan yang sama. Pada akhirnya, harus ada sebuah harmoni dalam tim. Itu selalu menjadi tantangan," jelas Guendogan.

Guendogan bukan sedang kultum. Dia mengatakan hal yang memang telah ditunaikannya. Perkara keserbagunaan sebagai pemain. Karena itu pula Guardiola memboyongnya dari Dortmund --membuatnya menjadi salah satu dari sedikitnya pemain yang pernah dilatih Klopp dan Guardiola bersama Mario Gotze, Robert Lewandowski, dan Xherdan Shaqiri.

Premier League 2017/18 pekan ke-29 merupakan salah satu fragmennya. Kala itu Guardiola memainkan Guendogan sebagai gelandang bertahan yang menopang De Bruyne dan Silva untuk menggempur pertahanan Chelsea. Dia diutus menggantikan Fernandinho yang harus menepi akibat cedera hamstring. Padahal, biasanya pemain satu ini dimainkan Guardiola untuk membantu serangan.

Yang menarik, City berhasil mencatatkan rekor 902 umpan sukses di sana. Guendogan sendiri menyumbang 167 di antaranya. Sejak Opta pertama kali mencatat statistik pada musim 2003/04, jumlah umpan Guendogan itu menjadi yang terbanyak di Premier League.

Lain lagi di musim ini, Guendogan menjadi alternatif pencetak gol City. Malah, dia jadi goalgetter utama timnya Guardiola itu. 

Peran ini tak ujug-ujug muncul. Cederanya Sergio Aguero dan melempemnya Raheem Sterling jadi dasarnya. Well, dua pemain ini merupakan produsen gol terbanyak City dalam tiga musim ke belakang.

Belum lagi dengan tumbangnya Kevin De Bruyne. Makin berat saja langkah City di musim ini. Nyatanya, mereka tak pernah ada di lima besar sampai pekan ke-16 Premier League 2020/21.

Untungnya, Guardiola punya Guendogan. Pemain ini bisa memfasilitasi nyaris seluruh kebutuhan Guardiola, termasuk mencetak gol.

Tak sedikit orang yang menyangsikan kemampuan Guendogan dalam menjebol gawang lawan. Penyebabnya, dia memang amat jarang bermain peran sebagai striker dan false nine.

Namun, Guardiola tahu Guendogan punya insting mencetak gol. Cukup taruh di dekat kotak penalti. Insyallah, gol akan lahir darinya.

"Sekarang dia bermain dekat dengan striker dan dia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk melakukan pergerakan ke kotak penalti. Kemudian menyelesaikan peluang," terang Guardiola kepada BBC.

Mayoritas musim ini Guendogan dibebaskan untuk merangsek ke sentral pertahanan lawan. Duel lawan Tottenham Hotspur pekan lalu merupakan contoh teraktualnya.

Dalam mode serangan, City beralih ke formasi 3-2-5 atau 3-2-2-3. Oleksandr Zinchenko stay di belakang bersama Aymeric Laporte dan John Stones. Sementara Joao Cancelo maju ke tengah menjadi tandem pivot Rodri.

Nah, persebaran ini membuat Guendogan lebih leluasa untuk bergerak progresif, apalagi Sterling dan Phil Foden lebih intens mengisi sisi tepi. Makin besar pula ruang Guendogan untuk bereksplorasi dari tengah.

Ini bukan soal kecerdasan gerak, tetapi juga finishing Guendogan yang oke. Dua golnya ke gawang Hugo Lloris menjadi sampel sempurna untuk itu. Aksi yang normalnya ditunjukkan striker, winger, gelandang serang, ketimbang gelandang tengah seperti Guendogan.

Konversi peluang Guendogan bahkan jadi yang terbaik di City. Dia berhasil membuat 11 gol dari xG yang hanya menyentuh 7,53. Rasio ini menjadi yang terbaik di antara seluruh pemain City, jauh meninggalkan Sterling yang hanya mampu mencetak 8 gol dari jumlah 8,41 xG serta Jesus dengan 4 gol dari 4,26 xG.

***

Guendogan selalu punya cara untuk membuat dirinya lebih berguna. Dari musim ke musim, dari belakang sampai urusan menyerang, dari pemain pocokan sampai menjadi jagoan.

Kini Guendogan bersilih dari gelandang tengah pelindung pertahanan dan pengalir bola menjadi pistol gol City. Jadi topksorer tim, dengan konversi peluang terbaik pula. Mulai sekarang, panggil dia 'Guendogun'.