Ingat-ingat Nama Ismael Bennacer

Foto: @ismaelbennacer

Jika AC Milan menggamit scudetto musim ini, kita harus mengingat-ingat nama Ismael Bennacer. Sebab, ia punya peran krusial.

Performa dan kualitas Ismael Bennacer sangat teramat menjanjikan. Jika tidak, mana mungkin ia mendapat predikat pemain terbaik Piala Afrika 2019 saat usianya baru 21 tahun 'kan?

Predikat itu memang mengiming-imingi masa depan yang cerah. Namun, bagi Bennacer, predikat hanya omong kosong kalau tidak disertai dengan karier dan pencapaian yang luks. Toh, predikat di tanah terjanji bernama sepak bola seringkali beringkar.

Ada banyak trik dan usaha yang Bennacer lakukan untuk menggenggam karier yang luks. Selain berlatih dengan sebaik-baiknya, sekeras-kerasnya, ia mencermati gerak-gerik pesepak bola kelas dunia yang berposisi sama dengannya. Salah satunya, Marco Verratti.

Bennacer rajin betul mengamati Verratti bermain bola. Tidak hanya soal umpan-mengupan maupun tekel-menekel, ia juga belajar bagaimana cara mengecek pergerakan lawan sekaligus ruang sebelum bola mendarat tepat di kakinya.

"Saya betul-betul harus konsentrasi saat mendapatkan bola," kata Bennacer kepada The Athletic. Pemain berkebangsaan Aljazair itu melanjutkan, "Karena saya harus melihat dulu kondisi di lapangan sebelum melakukan tugas dengan baik."

Namun, itu saja tidak cukup. Bennacer masih membutuhkan orang lain yang bisa membantunya tetap berdiri tegak sekaligus merekahkan kapasitas, terutama saat bergabung dengan AC Milan pada 2019 silam.

Orang yang dibutuhkan Bennacer bukanlah orang yang sering menepuk-nepuk pundak sambil berkata bahwa ia sudah lebih baik, baik, dan baik lagi. Orang itu ada untuk menakut-nakutinya.

Orang tersebut juga membuat Bennacer harus melakukan segala hal dengan sempurna. Entah itu saat mengadang serangan lawan atau merancang skema ofensif. Sekali saja melakukan kesalahan, meski di sesi latihan, bentakan akan berdentum. Orang itu bernama Zlatan Ibrahimovic.

Bagi Bennacer, Ibrahimovic adalah pusat segalanya. Ia selalu ingin mengirim bola cepat-cepat kepada Ibrahimovic dengan tepat. Jika sedikit lambat atau salah, telinganya akan berdengung-dengung.

"Dia menuntut kesempurnaan. Kamu tidak boleh membuat kesalahan saat Zlatan ada. Dia membuat kamu menjadi pemain yang lebih bagus. Itulah cara kami untuk terus berkembang," kata Bennacer.

"Ketika kamu memiliki pemain seperti dia di lapangan, kamu berusaha memberinya bola secepat mungkin, bahkan jika ada opsi lain. Ketika mendapatkan bola, saya akan mengirimnya kepadanya, sehingga dia bisa melakukan apa yang dia inginkan."

Bennacer tumbuh menjadi gelandang tangguh. Ia matang dan tampil meledak-ledak. Coba lihat bagaimana caranya menghentikan pergerakan lawan. Beringas, tetapi penuh perhitungan.

Musim 2019/20, Bennacer memang sempat jadi omongan orang-orang karena kasar. Sampai-sampai, ia merangkum 14 kartu kuning. Jumlah itu terbanyak ketiga di antara pemain Serie A lainnya setelah Gianluca Mancini (16 kartu kuning) dan Cristian Romero (15 kartu kuning).

Namun, Bennacer membenahi kemampuan bertahannya pada musim berikutnya. Tekel-menekelnya lebih efektif. Itu terlihat dari persentase tekel sukses yang meningkat, dari 41,5 persen menjadi 43,8 persen. Rangkuman kartu kuningnya pun mengerut, dari 14 menjadi 4.

Kematangan Bennacer membuat Stefano Pioli menaruh harapan besar. Apalagi, Pioli sempat berujar bahwa Bennacer adalah gelandang komplet dan pas dengan gaya main AC Milan. Ketika Bennacer absen untuk membela Aljazair pun, Pioli tanpa ragu menyatakan kerinduannya.

"Isma (panggilan Bennacer, red) memiliki beberapa karakteristik khusus yang bekerja sangat baik dengan sistem kami. Ia juga sudah sangat dirindukan dalam tim," kata Pioli sebagaimana mengutip Sky Sport Italia.

Ciri permainan Bennacer yang paling mencolok adalah akurasi umpan, baik pendek maupun panjang. Ia sangat suka mengirim bola sambil berlari mencari ruang, mengambil alih build-up, dan melirik ruang-ruang kosong di depan.

Bennacer rutin mengirim umpan panjang ke flank. Ia bermain dengan cekatan. Sebelum bola mendarat di kakinya, ia tahu harus melakukan apa satu detik setelahnya. Itu juga yang membuat label regista melekat pada Bennacer. 

Akurasi umpan Bennacer pun cukup oke dan terus membaik. Per catatan FBref, persentase umpan sukses pria 24 tahun itu berada di angka 87,3 persen. Jika dikomparasikan dengan musim lalu, angka itu meningkat 0,7 persen. Kepiawaian itu mengobati ketiadaan regista andal di tubuh Milan sejak Andrea Pirlo hengkang.

Atribut umpan-mengumpan itu dilengkapi dengan kemahirannya menggiring bola. Bennacer jago betul mengecoh dan melewati lawan. Buktinya? Per catatan FBref, Bennacer melakukan 33 dribel sukses dari 36 percobaan. Artinya, persentase dribel suksesnya mencapai angka 91,7 persen. Kemampuan itu, selain mampu mengeliminasi tekanan lawan, berfungsi juga untuk mengkreasikan ruang bagi rekan-rekannya. 

Dalam format 4-2-3-1 versi Pioli, Bennacer tidak akan maju terlalu jauh ke lini depan. Itu dilakukan untuk mengimbangi gelandang tengah satunya yang ikut membantu serangan sampai kotak penalti lawan.

Saat fase ofensif, Bennacer akan mengamati rekan-rekannya dan menunggu kans dari secondline. Jika peluang itu ada, ia seringnya melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Merujuk Understat, Bennacer melepaskan 16 tembakan sepanjang musim 2021/22. Dari jumlah itu, 14 di antaranya berada di luar kotak 16 lawan. Dari situ juga, ia mampu mengemas 2 gol.

Selain bersiap-siap melepaskan tembakan dari secondline, keberadaan Bennacer amat krusial untuk transisi dari menyerang ke bertahan. Ia akan jadi palang pintu pertama Milan.

Apa dia jago soal defensif? Tentu saja. Selain tekelnya yang semakin efektif, Bennacer jago menekan lawan. Itu terlihat dari 115 pressures sukses sepanjang musim ini. Angka itu tertinggi kedua di antara pemain Milan lainnya.

Catatan itu dilengkapi dengan kengototannya mengejar lawan. Bennacer seperti tidak mau melihat lawan menguasai bola dengan santai. Ia akan terus menekan dan menekan sampai merebut penguasaan. Jika tidak, ya, sampai si lawan menyodorkan bola.

Ya, kalau sudah gitu, kepercayaan Pioli akan terus membesar. Bennacer sendiri selalu jadi starting line-up dalam lima laga terakhir AC Milan. Tapi, apakah Bennacer sudah cukup puas dengan hal itu? Tentu saja tidak. 

Bagi Bennacer, berlatih dengan sekeras-kerasnya, belajar dengan sebaik-baiknya, harus terus dilakukan. Apalagi, ia belum punya pencapaian yang luks dengan Milan.

"Saya pikir, saya sudah membaik. Namun, saya harus terus belajar banyak."

Jika AC Milan menggamit scudetto musim ini, kita tampaknya harus mengingat-ingat nama Ismael Bennacer. Sebab, meski jarang terlibat dalam gol-gol Milan, ia punya peran krusial. Kehadirannya membuat rekan-rekannya tenang dan senang.

Tenang karena ada palang pintu pertama yang tangguh. Senang karena ada pelayan lini depan yang cerdik dan cekatan.