Inter Milan vs Real Madrid: Setelah Musim Lalu

Grafis: Arif Utama.

Real Madrid menutup dua pertemuan dengan Inter musim lalu dengan kemenangan. Lalu, bagaimana sekarang?

Setelah musim lalu, Inter Milan dan Real Madrid akan kembali bersua dalam fase grup Liga Champions. Pada pertemuan kali ini, Kamis (16/9/2021) dini hari WIB, siapa yang bakal jadi pemenang?

Madrid menutup dua pertemuannya dengan Inter musim lalu lewat dua kemenangan. Skor 3-2 menjadi akhir saat pertandingan dimainkan di Madrid. Di Milan, Madrid kembali menang, kali itu 2-0 jadi penutup pertandingan.

Musim ini, kedua kesebelasan banyak berubah. Sepeninggal Antonio Conte, Inter kini dipimpin oleh Simone Inzaghi. Edin Dzeko, Denzel Dumfries, dan Joaquin Correa juga masuk menggantikan Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi yang hengkang. Dua kemenangan dan satu hasil imbang berhasil mereka raih dari tiga pertandingan.

Kondisi Madrid tidak jauh berbeda. Selain Zinedine Zidane, mereka juga kehilangan duet bek tengah, Sergio Ramos dan Raphael Varane. Zidane digantikan oleh Carlo Ancelotti dan dua bek tersebut ditambal dengan kedatangan David Alaba yang berpengalaman di Liga Champions.

Masalah di Serangan Inter


Sempat digdaya dalam dua pertandingan awal, Inter akhirnya terpeleset juga. Meski tidak menelan kekalahan, hasil imbang lawan Sampdoria, akhir pekan lalu, seakan menunjukkan bahwa taktik Inzaghi belum sepenuhnya sempurna.

Salah satu masalah Inter dalam laga tersebut adalah sulitnya mereka membangun serangan saat lawan melakukan pressing sejak dini. Pada dua laga awal, Inter menghadapi lawan yang melakukan pressing di daerah permainan sendiri.

Inter seakan mendapatkan berkah saat menghadapi lawan yang melakukan pressing di daerah permainan mereka sendiri. Cukup arahkan bola ke Hakan Calhanoglu, Nicolo Barella, Ivan Perisic, dan Matteo Darmain, maka bola akan bergulir ke kotak penalti lawan.

Sampdoria berbeda. Mereka melakukan pressing sejak bola digulirkan oleh Samir Handanovic ke para pemain belakang. Meski Milan Skriniar dan Federico Dimarco piawai melakukan dribel, cukup riskan rasanya memberanikan diri untuk membawa bola ke depan.

Sampdoria sukses membuat tujuh tekel dan empat intersep di daerah permainan Inter. Dari 11 aksi yang dilakukan oleh Sampdoria tersebut, sembilan di antaranya berakhir dengan kegagalan Inter menguasai bola.

Aliran bola ke Calhanoglu akhirnya jadi lebih sedikit. Calhanoglu yang sebelumnya mendapatkan rata-rata 63,5 umpan, di laga tersebut hanya menerima 35 umpan. Sementara itu, Barella, yang area kerjanya di daerah permainan lawan, harus lebih sering menjemput bola ke belakang.

Masalah tersebut seakan jadi potensi bagi Madrid untuk mendulang serangan. Per musim ini, Madrid telah melakukan 133 aksi merebut bola di sepertiga akhir pertahanan lawan.

Dengan memenangi bola sepertiga akhir, potensi Madrid kian besar. Di La Liga, mereka jadi tim yang punya rasio paling tinggi, yakni 46%, untuk mengonversi setiap umpan dari sepertiga akhir pertahanan ke dalam kotak penalti.

Di bawah Ancelotti, Madrid bermain lebih dinamis. Karim Benzema, yang dalam beberapa musim terakhir punya area bermain amat luas kian difokuskan di sepertiga akhir pertahanan lawan. Benzema juga terbantu oleh Bale, yang kerap bergerak ke tengah saat mereka menguasai bola.

Lubang di Sisi Kiri Madrid


Pembelian Alaba disinyalir bakal memperkuat sisi kiri Madrid. Alaba, yang pandai bertahan maupun menyerang, rasanya lebih dari cukup untuk menutup persoalan bek kiri Madrid yang musim lalu rutin diisi oleh Ferland Mendy.

Namun demikian, melihat empat laga yang dilakukan, rasanya sisi kiri pertahanan Madrid tidak baik-baik saja. Alaba yang dua kali dipasang sebagai bek kiri dan sekali bek tengah sebelah kiri belum mampu memberikan keamanan.

Masalah kian besar dengan belum padunya Alaba dan Nacho yang rutin dipasang sebagai bek tengah sebelah kiri. Jarak yang lebar antara kedua pemain kerap menimbulkan adanya ruang untuk dieksploitasi lawan.

Dari enam gol yang bersarang di gawang Thibaut Courtois, empat di antaranya diawali dari serangan di sisi kiri pertahanan Madrid. Bahkan, saat bersua Celta, 10 dari 19 aksi menyerang dilakukan lawan di area tersebut.

Kondisi tersebut harus dimanfaatkan oleh Inter jika ingin memetik poin di laga ini. Salah satu cara yang dapat dicoba adalah mengoptimalkan Barella. Musim lalu, pekerjaan Barella amat mudah mengingat dukungan Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi di sisi yang sama. Untuk musim ini, satu-satunya pilihan adalah menaruh Lautaro di sisi kiri pertahanan Madrid.

Sejauh ini, Lautaro kerap ditaruh di belakang Dzeko. Meski ia jadi lebih tajam, cara ini tidak optimal karena nyaris selalu ada area yang tidak terkover. Sisi kiri pertahanan lawan salah satunya. Hal ini dikarenakan inisiatif menyerang Matteo Darmian tidak sebesar Hakimi.

Masalah ini bisa ditanggulangi apabila Dumfries diberi kesempatan. Sebagai bek sayap, ia punya lebih banyak kemauan untuk bergerak ke depan ketimbang mengirimkan umpan silang dari belakang.

***

Melihat laga terakhir masing-masing tim di liga, potensi Madrid untuk menang lebih besar. Mulai cairnya pergerakan Eden Hazard, Benzema, dan Bale di lini depan akan jadi penentu hasil akhir pertandingan.

Namun demikian, bukan berarti Inter tidak punya peluang. Kans mereka bisa jadi besar apabila persoalan di sisi kiri pertahanan Madrid kelihatan. Selain itu, ya, tergantung dari ada atau tidaknya variasi mereka saat membangun serangan.