Irit Belanja (Lagi), Liverpool Bisa Apa?

Foto: @LFC.

Dibanding para pesaing, Liverpool jadi yang paling pasif dalam urusan belanja pemain musim ini. Apakah itu cukup untuk membawa mereka jadi penantang juara?

Manchester City terus mengejar Harry Kane. Chelsea masih sibuk belanja, dengan Jules Kounde dan Saul Niguez dikabarkan jadi target utama. Manchester United juga masih melihat kemungkinan untuk mendatangkan holding midfielder anyar.

Lalu, bagaimana dengan Liverpool?

Well, The Reds seperti menutup kemungkinan untuk belanja pemain di sisa bursa transfer ini. Manajer mereka, Juergen Klopp, sudah menyatakan puas dengan skuad yang ada sekarang. Bahkan, sekalipun mereka baru saja kehilangan Xherdan Shaqiri, Liverpool tak berniat menambah pasukan.

James Pearce, dalam laporannya di The Athletic, bilang bahwa Liverpool baru akan bergerak di sisa bursa transfer jika ada satu pemain lagi yang pergi. Khususnya pemain di posisi tengah atau depan, seperti Divock Origi.

Kalau melihat dari situasi, sih, Origi atau pemain lain belum akan pergi. Liverpool kesulitan mencari pembeli, terutama pembeli yang mau membayar dengan harga yang sesuai keinginan mereka.

Negosiasi terkait kepindahan Shaqiri, misalnya, juga alot. Lyon awalnya menawar 4 juta poundsterling. Namun, Liverpool hanya akan melepas jika harga di atas 8 juta pounds. Negosiasi terus berlangsung sampai akhirnya Lyon mau membayar 9,5 juta poundsterling. Cocok, pemain dilepas.

Lantas, dengan situasi skuad seperti sekarang ini, apakah Liverpool mampu bersaing untuk memperebutkan gelar juara Premier League? Mari kita bahas.

***

Banyak pandit dan media ternama tidak menjagokan Liverpool sebagai calon juara Premier League musim ini. Dan alasannya, tentu saja, karena tak banyak investasi yang dilakukan buat skuad. Liverpool hanya mendatangkan satu pemain, Ibrahima Konate.

Kedatangan Konate sebenarnya menutupi masalah lini pertahanan yang melanda musim lalu. Pemain berpaspor Prancis itu membuat Liverpool punya empat bek senior musim ini. Cedera dua, masih sisa dua. Peluang untuk kolaps lagi pun menurun.

Prediksi Premier League dari The Athletic.

Namun, banyak yang merasa Liverpool juga butuh investasi di sektor lain. Lini tengah, yang ditinggal Gini Wijnaldum dan Shaqiri, dinilai butuh pilar tambahan. Lini depan, yang akan ditinggal Mohamed Salah dan Sadio Mane ke Piala Afrika pada awal tahun 2022 pun juga sama.

Itu tidak salah, sih. Akan tetapi, Liverpool sebenarnya bisa bertambah kuat dibanding musim lalu meski tidak belanja pemain lagi. Ada beberapa alasan yang menguatkan hal tersebut.

Pertama, pilar-pilar lini belakang Liverpool sudah kembali. Virgil van Dijk sudah main 90 menit di dua laga awal, Joel Matip pun begitu. Joe Gomez juga siap diturunkan kapan saja. Dengan kondisi ini, masalah Liverpool musim lalu bisa diatasi.

Masalah soal pertahanan, tentu saja terselesaikan. Liverpool belum kebobolan di dua laga awal musim ini. Oke, lawannya memang Burnley dan Norwich. Namun, musim lalu, Liverpool bisa kalah dari Burnley, lho. Jadi, ya, kembalinya bek inti mereka memang begitu berpengaruh.

Ditambah lagi, Van Dijk sendiri juga punya catatan apik. Sepanjang kariernya di Liverpool, ia cuma tiga kali kalah ketika menghadapi lawan di luar Big Six (City, Chelsea, United, Tottenham, dan Arsenal). Dari 72 laga itu, gawang Liverpool rata-rata hanya kebobolan 0,7 per pertandingan.

Ingat pula saat Van Dijk dan Matip atau Gomez menjalani musim penuh di 2018/19 dan 2019/20, Liverpool selalu jadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit di Premier League. Bukan tak mungkin hasil seperti itu kembali terulang musim ini.

Selain itu, masalah ofensif juga teratasi dengan kembalinya mereka. Terkhusus Van Dijk. Dua pertandingan awal Liverpool benar-benar menunjukkan bahwa bek berpaspor Belanda itu bisa membuat serangan menjadi lebih berbahaya. Kenapa? Karena Van Dijk punya umpan panjang aduhai.

Foto: Premier League Panel

Umpan panjang itu mampu membongkar kerapatan lawan dan membuat serangan terjadi lebih cepat. Pemain yang menerima bola juga akan berada di situasi menguntungkan: Tak inferior dari pemain belakang lawan. Dengan begitu, Liverpool tak akan menghadapi blok berlapis seperti yang mereka temui musim lalu.

Menghadapi lawan seperti Burnley yang alot benar buat dibongkar pun jadi lebih mudah. Kebetulan, Van Dijk melepas total 13 umpan panjang di laga itu. Satu bahkan menghasilkan gol kedua Liverpool yang dicetak Sadio Mane. Kita bisa melihat itu kembali terjadi pada pekan-pekan berikutnya.

Alasan kedua adalah karena Liverpool memang punya kedalaman skuad yang cukup musim ini. Di tengah, Liverpool memang kehilangan Wijnaldum dan Shaqiri. Namun, musim ini mereka mempromosikan Harvey Elliot yang di musim lalu tampil bagus di masa peminjaman bersama Blackburn Rovers.

Elliot bahkan diberi kesempatan tampil sejak awal dalam laga melawan Burnley dan hasilnya tak buruk-buruk amat. Pengambilan keputusannya memang masih perlu diperbaiki, tapi secara keseluruhan, terutama bagi seorang pemain bersusia 18 tahun, ia menambah aspek kreativitas tim (melepas tiga umpan kunci sepanjang laga).

Selain Elliot, Liverpool masih punya Curtis Jones. Selain itu, Naby Keita dan Alex Oxlade-Chamberlain juga sudah pulih dari cedera. Nama pertama bahkan selalu main sejak awal di dua laga perdana. Belum lagi ada James Milner yang, meski sudah tua, tetap berimpak besar buat tim.

Jangan lupakan pula bahwa di musim ini, kita akan melihat Jordan Henderson dan Fabinho kembali ke posisi idealnya. Sesuatu yang jarang dilihat musim lalu karena mereka acap ditugaskan jadi bek tengah. Selain itu, tentu saja, ada Thiago yang siap menjalani musim ideal pertamanya.

Di depan, Salah dan Mane memang akan menjalani Piala Afrika. Namun, Liverpool tidak akan menghadapi tim papan atas ketika mereka absen. Di pertengahan sampai akhir Januari, mereka hanya akan menghadapi Brentford (kandang) dan Crystal Palace (tandang).

Seharusnya, Diogo Jota, Roberto Firmino, Takumi Minamino, dan Divock Origi sudah cukup membuat Liverpool meraup poin pada dua laga tersebut. Chamberlain dan Elliot pun bisa dimainkan sebagai pemain depan, menambah opsi buat Klopp.

Jika tidak ada cedera parah yang menyerang tiba-tiba seperti musim lalu, tak perlu ada yang dikhawatirkan dari skuad Liverpool karena sebenarnya mereka punya banyak pemain. Tambahan lagi: Pemain-pemain multifungsi dan multiposisi.

Alasan ketiga adalah karena pilar-pilar utama Liverpool mendapatkan motivasi tambahan di musim ini. Dari mana? Dari perpanjangan kontrak. Nama-nama seperti Trent Alexander-Arnold, Van Dijk, Alisson, Fabinho, sampai Andrew Robertson baru meneken kontrak baru musim panas ini.

Berikutnya, manajemen menargetkan nama Henderson, Salah, Mane, dan mungkin saja, Firmino atau Keita. Apresiasi kontrak jangka panjang yang diberikan manajemen, ditambah dengan benefit yang bertambah, bisa menjadi motivasi tambahan buat para pemain inti ini.

Perpanjangan kontrak juga bisa membuat pemain jauh dari rumor-rumor transfer yang bisa mengganggu konsentrasi mereka. Terlebih buat pemain seperti Salah yang bisa kapan saja dikait-kaitkan dengan klub besar Eropa manapun.

Oh, ya, perpanjangan kontrak pilar-pilar utama Liverpool ini juga yang jadi salah satu alasan mengapa mereka minim belanja pemain. Mengingat banyak pilar inti yang kontraknya habis di waktu bersamaan (2023), manajemen akhirnya memfokuskan dana untuk mempertahankan para pemain.

Mereka tak ingin kasus Wijnaldum musim lalu terulang, sehingga diharapkan fondasi Liverpool ini terus kontinu sampai musim-musim beirkutnya. Liverpool tak tiba-tiba ambruk dan harus membangun tim dari nol lagi, karena pemain andalan masih bertahan.

***

City memang mendatangkan Jack Grealish, United mendapatkan Raphael Varane dan Jadon Sancho, serta Chelsea berhasil membawa pulang Romelu Lukaku. Liverpool, sementara itu, memang tidak mendatangkan pemain bintang.

Namun, bukan berarti Liverpool bisa disepelekan begitu saja. Saat ini, sistemnya Klopp sudah kembali dihuni pemain-pemain terbaiknya. Ingat, ketika sistem ini berjalan dengan baik, Liverpool cuma kalah empat kali dari 76 laga Premier League. Bukankah itu mengerikan?