Jalan Panjang via Andalusia

Foto: Twitter @SevillaFC.

Secara teori, Anthony Martial semestinya cocok dengan gaya main Sevilla. Ini bisa menjadi jalan penebusan buatnya.

Anthony Martial memutuskan untuk melangkah. Persimpangan yang sebelumnya membuatnya merenung sudah ia lewati. Yang ada di depannya adalah jalan panjang penebusan yang berkelok sejenak ke Andalusia.

Martial paham bahwa waktunya di Manchester United mendekati habis. Sekalipun sering mendapatkan kesempatan pada era Ole Gunnar Solskjaer, ia tak pernah bisa betul-betul tampil konsisten.

Ketika tawaran datang dari Sevilla, ia menerimanya dengan tangan terbuka. Martial mengaku punya hubungan baik dengan Monchi, Director of Football Sevilla yang masyhur itu. Selain itu, Martial punya teman dalam diri Jules Kounde, membuatnya tak ragu untuk menghabiskan waktu beberapa bulan di barat daya Semenanjung Iberia.

Dengan awal yang begitu mulus, siapa tahu ada hari-hari yang lebih terang setelah masa peminjaman itu berakhir. Meski begitu, kita tahu bahwa hidup tidak melulu mendapatkan berkah sinar matahari.

***

Julen Lopetegui menghabiskan kariernya sebagai seorang penjaga gawang. Namun, ketika menjadi pelatih, ia memiliki pola pikir yang lebih mirip dengan seorang gelandang. Baginya, pertandingan selayaknya dimenangi dengan kontrol atas possession. Makin banyak timnya menguasai bola, makin besar kemungkinan untuk mencetak gol.

Ini alasan mengapa pelatih berusia 55 tahun itu memilih pendekatan permainan ofensif nan cair. Kendati demikian, Lopetegui tidak betul-betul memiliki formasi atau pakem yang betul-betul saklek. Cair berarti juga harus fleksibel.

Di atas lapangan, Sevilla yang kini Lopetegui arsiteki sering bermain dengan 4-3-3. Namun, bukan berarti ia alergi untuk bermain dengan formasi lain, mengubah formasi di tengah pertandingan, atau sekadar mengubah shape dalam sejumlah fase atau situasi di lapangan.

Ambil contoh ketika menghadapi Cadiz, yang merupakan pertandingan pertama Rojiblancos tahun ini, 3 Januari 2022, Lopetegui memasang pola 3-1-4-2; ia menaruh Papu Gomez dan Ivan Romero sebagai ujung tombak. Lini kedua, sementara itu, dipercayakan kepada Ivan Rakitic, Joan Jordan, Ludwig Augustinsson, dan Lucas Ocampos.

Bagi mereka yang mengikuti Sevilla, ini bukanlah hal mengherankan. Lopetegui terbiasa bermain dengan 4-3-3 atau 3-1-4-2 dan 3-4-3 sebagai pakem dasar ketika memulai sebuah pertandingan—setidaknya demikian yang terlihat dalam beberapa laga terakhir yang Sevilla mainkan. Pada intinya, Lopetegui ingin memaksimalkan serangan dari sayap.

Seperti yang pernah dijabarkan dalam tulisan “Nasib Lopetegui Melesat Secepat Switch Play-nya di Sevilla”, Sevilla bakal memulai serangan dari lini belakang dengan satu tujuan: Memancing lawan untuk melakukan pressing. Makin agresif pressing lawan, makin besar kemungkinan build-up serangan mereka sukses.

Pasalnya, setelah memancing lawan keluar dari posisinya untuk melakukan pressing, Sevilla akan langsung meneror area lowong yang ditinggalkan lawan. Di sinilah, biasanya, bola akan diarahkan ke sisi sayap. Ini juga yang menjadi alasan mengapa Sevilla menjadi salah satu tim yang cukup sering melakukan switch play (memindahkan bola ke sisi yang berseberangan) dalam sebuah laga.

Ini menjadi alasan Sevilla membutuhkan pemain-pemain sayap yang bagus, entah itu dalam formasi 4-3-3, 3-4-3, atau 3-1-4-2. Melihat permainan mereka sejak Januari 2022, gaya ini masih amat relevan. WhoScored mencatat bahwa ada dua aspek yang cukup sering Sevilla jadikan sumber utama kans mereka dalam beberapa laga terakhir: Serangan dari flank (tepi lapangan) dan set-piece.

Dengan gaya seperti itu, wajar kalau pemain-pemain sayap yang liat, gesit, dan cepat seperti Ocamps dan Erik Lamela punya kontribusi bagus buat Sevilla di La Liga musim ini. Ocampos, yang cukup doyan melakukan cut-inside, sudah mencetak 5 gol dan 2 assist. Rata-rata, Ocampos melepaskan 2,23 shot per 90 menit dan melepaskan 0,88 umpan kunci per 90 menit.

Yang menarik adalah Lamela. Kendati baru bermain 12 kali—dengan menit bermain yang cukup minim, yakni 588 menit—ia sudah menyumbang 4 gol dan 1 assist. Rata-rata, ia membuat 2,14 umpan kunci per 90 menit.

Melihat catatan Rafa Mir, salah satu penyerang murni yang Sevilla miliki selain Youssef En-Nesyri, yang “baru” mencetak 6 gol dalam 21 penampilan (1.329 menit bermain), catatan Lamela jelas tidak jelek-jelek amat. Di satu sisi, ini seperti memperlihatkan bahwa Sevilla butuh seorang penyerang tengah yang lebih subur. Di sisi lain, bisa juga memperlihatkan bahwa Sevilla tak mengandalkan seorang penyerang tengah saja untuk menjadi goal-getter.

Faktanya, masih ada Gomez yang juga sudah mencetak 3 gol di La Liga musim ini. Inilah mengapa, kedatangan Martial sebagai pemain pinjaman terbilang cocok. Martial memiliki beberapa atribut yang membuatnya cocok untuk menjadi pemain Sevilla.

Martial bisa bermain sebagai penyerang sayap atau penyerang tengah dalam formasi 4-2-3-1, 3-4-3, atau 4-3-3. Kalaupun bermain sebagai penyerang tengah, pemain asal Prancis ini biasanya juga tidak bekerja dengan statis. Ia bisa bergerak ke pinggir atau bahkan turun ke lini kedua.

Dengan pemain-pemain seperti Gomez, yang piawai melepas umpan terobosan dan jago dalam menahan bola ketika rekan-rekannya bergerak mencari ruang; Rakitic, yang bisa menjadi playmaker dari lini tengah; plus pemain-pemain seperti Ocampos dan Lamela, amunisi serangan Sevilla menjadi lebih beragam. Terlebih, Martial terkenal dengan kemampuannya menggiring bola di ruang sempit.

Selain itu, Martial beberapa kali memperlihatkan di United bahwa ia bisa menahan bola sembari menunggu rekan-rekannya masuk ke dalam kotak penalti. Contoh paling nyata adalah assist-nya kepada Jesse Lingard ketika menghadapi Arsenal pada musim 2017/18.

Yang jadi soal, performanya di United belakangan menunjukkan bahwa ia memiliki problem dalam urusan work-rate dan pergerakan tanpa bola. Andai Lopetegui bisa memperbaiki ini, bukan tidak mungkin ia bisa nyetel dengan sempurna terhadap gaya main Sevilla.

Sejauh ini, Martial baru melakoni satu laga dengan Sevilla. Debutnya, ketika Rojiblancos bermain imbang 0-0 dengan Osasuna tak impresif. Selain nihil gol, assist, tembakan ke gawang, dan torehan umpan kunci, Martial juga ditarik pada menit ke-78.

Namun, sampel masih terlalu kecil untuk menilai performanya secara keseluruhan Sevilla. Jalan masih panjang, masih ada kans bagi Martial dan Sevilla untuk mengenal satu sama lain.