Jangan Menangis Lagi, Argentina

Twitter: @Argentina.

Materi pemain hingga performa yang apik membuat Argentina digadang-gadang keluar sebagai juara Piala Dunia 2022.

Tatapan Lionel Messi kosong usai wasit Nicola Rizzoli meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Kapten Argentina itu menerima satu kegagalan lagi. Piala Dunia yang berada di dekat tangkapannya kini terasa begitu jauh. Trofi emas 18 karat itu menjadi milik Jerman, sementara yang ada di genggamannya hanyalah kehampaan.

Sudah delapan tahun adegan tersebut berlalu. Namun, apa-apa saja yang terjadi pada partai puncak Piala Dunia 2014 itu seperti masih segar di ingatan. Messi memang terpukul, tapi ia masih lebih tegar dari pemain-pemain Argentina lain. Marcos Rojo dan Sergio Aguero bahkan tak kuasa menahan air matanya. Tidak sekadar menangis, Rojo sampai harus ditenangkan para staf dan pemain Argentina lainnya.

Jarak Argentina dan trofi Piala Dunia waktu itu memang sangatlah dekat. La Albiceleste semestinya bisa menang andai Gonzalo Higuain yang sudah berhadapan dengan Manuel Neuer bisa menceploskan bola. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya.

Mario Goetze kemudian mengajarkan apa itu efisiensi dan bagaimana caranya mengubur kesempatan buat lawan. Ia mengoyak jala gawang Sergio Romero dan menghadirkan satu-satunya gol di laga tersebut. Semakin menyakitkan, gol Goetze itu terjadi pada extra time. Tepatnya hanya tujuh menit sebelum pertandingan selesai.

Messi dan Argentina seolah ditakdirkan untuk berkalang kegagalan. Air mata demi air mata yang tumpah seperti tidak kunjung cukup untuk menjadi tumbal supaya mereka menggapai kesuksesan pada kesempatan berikutnya. Tidak lama setelah kegagalan di Piala Dunia 2014, mereka juga kandas di final Copa America Centenario 2016. Waktu itu, 'Tim Tango' takluk di tangan Cile lewat adu penalti.

La Pulga kemudian sempat memutuskan pensiun dari tim nasional. Namun, seolah punya urusan yang belum selesai, Messi membatalkan keputusan tersebut dan mengenakan kostum putih-biru. Ia kemudian membela Argentina di Piala Dunia 2018 hanya untuk merasakan pilu yang sama: Argentina tampil buruk dan kandas sebelum mendapatkan pencapaian tertinggi, yakni jadi juara.

Pada perhelatan Piala Dunia empat tahun silam, Argentina terlihat tidak meyakinkan sejak fase grup. Mereka tertatih-tatih untuk melaju ke babak 16 besar. Sudah berhasil lolos, Argentina dibabat 2-4 oleh Prancis yang kemudian menjadi juara.

Kegagalan tersebut membuat Messi kecewa. Pemain yang kini membela Paris Saint-German tersebut kecewa dengan Jorge Sampaoli, pelatih Argentina kala itu. "Kami tidak lagi mempercayai Sampaoli, kami juga memiliki pendapat," ucap Messi kala itu.

Prahara yang ada di Argentina membuat federasi turun tangan. Sampaoli dicopot dari jabatannya, lalu menunjuk Lionel Scaloni yang belum berpengalaman melatih klub atau negara apa pun. Namun, Scaloni menjawab keraguan. Kiprahnya bersama Argentina patut diacungi jempol. Malah, Scaloni mampu membawa Argentina menjadi juara Copa America 2021.

Bersama Scaloni, Argentina tampil amat solid. Sudah 36 laga Argentina tak terkalahkan. Catatan gemilang itu membuat Argentina masuk ke Piala Dunia 2022 dengan label favorit juara.

Lalu, apa yang Scaloni bawa ke Argentina?

Paling kentara tentu Scaloni bisa memaksimalkan peran Messi. Memang, dalam skemanya, Messi bermain lebih ke depan bersama Lautaro Martinez atau Julian Alvarez. Namun, Messi mendapatkan kebebasan berkreasi dan memiliki rekan yang tak kalah kreatif.

Ketika Argentina melakukan build-up serangan, Messi akan turun cukup dalam untuk memberikan opsi. Turunnya Messi membuat lubang yang bisa dimanfaatkan winger serta penyerang Argentina. Kebetulan, Lautaro Martinez atau Julian Alvarez punya pergerakan tanpa bola yang cukup apik.

Messi juga dibantu dua gelandang pekerja yang membuatnya tak perlu pusing dengan urusan aksi atau fase defensif. Kedua gelandang itu, Leandro Paredes dan Rodrigo De Paul, akan bekerja memutus serangan lawan.

Kinerja apik Messi bisa terlihat di Copa America tahun lalu. Empat gol dan lima assist ia buat hingga membawa Argentina juara.

Bagaimana kalau Messi buntu? Kedua sisi Argentina tak kalah kreatif. Angel Di Maria di kanan serta Alexis Mac Allister di kiri bisa memberikan opsi via dribel dan umpan-umpan akurat. Di Maria sendiri tampil apik di laga uji coba melawan UEA lewat dua assist.

Dengan Messi yang aktif bergerak, Di Maria dan Mac Allister juga bisa masuk untuk menemani penyerang. Di situ, Argentina punya kuantitas yang cukup di kotak penalti lawan.

Kehadiran De Paul dan Paredes juga membantu Argentina saat bertahan. Keduanya bisa memberikan pressing dan mengarahkan lawan melakukan serangan dari tepi. Oleh sebab itu, fullback Argentina sebenarnya tak begitu agresif. Juan Foyth dan Marcos Acuna cukup disiplin menjaga areanya agar tak bisa ditembus lawan.

***

Tak cuma sosok Scaloni yang membuat Argentina dijagokan juara di Piala Dunia 2022 ini. Materi pemain yang lengkap dari penjaga gawang hingga penyerang membuat Argentina patut disegani lawan.

Berbeda di tahun 2018, kali ini Argentina punya sosok tangguh di bawah mistar. Empat tahun lalu, Argentina kebingungan mencari penjaga gawang. Willy Caballero dan Franco Armani ganti-gantian tampil, tetapi tak ada yang mengesankan. Kini, ada Emi Martinez yang tak cuma piawai menghentikan tembakan, tetapi juga membantu mengawali serangan dari belakang.

Di lini belakang, Lisandro Martinez, Cristian Romero, hingga Nicolas Otamendi punya segudang pengalaman dan kualitas. Bahkan, Lisandro Martinez bisa dimainkan di fullback kiri atau gelandang bertahan.

Lini tengah Argentina juga terbilang lengkap. De Paul, Paredes, dan Exequiel Palacios punya kemampuan bertahan yang baik. Ada juga Papu Gomez serta Alexis Mac Allister yang bisa berkreasi membongkar pertahanan lawan.

Bicara lini serang, Argentina juga tidak kalah bagus. Nomor sembilan modern ada pada diri Lautaro Martinez dan Julian Alvarez. Belum lagi sosok yang mobile seperti Paulo Dybala dan Angel Correa. Dengan skuad yang berkualitas itu, bukan tak mungkin kita akan melihat Messi berdiri di atas podium sembari mencium trofi berlapis emas itu.