Julian Alvarez sang Peniru Ulung

Foto: @WhoScored.

Sekian waktu berlalu, Manchester City belum juga mencari pengganti Sergio Aguero. Hingga akhirnya mereka menemukan Julian Alvarez.

Saat telanjur kehilangan seseorang yang begitu penting, terkadang kita kelewat malas mencari penggantinya. Kecuali, ada orang baru yang betulan mirip atau bahkan berusaha menjadi sosok yang kita inginkan.

Manchester City memahami betul konsep ini. Mereka belum mencari pengganti setelah Sergio Aguero pergi. Sebanyak 15 trofi, termasuk 5 titel Premier League, dipersembahkannya untuk City. Aguero juga telah menyumbang 258 gol dari segala ajang yang membuatnya bertengger sebagai topskorer sepanjang masa The Citizens. Mencari Aguero baru bukanlah perkara enteng.

Lagi pula, Pep Guardiola punya spesifikasi khusus untuk penyerang dalam timnya. Tak hanya jago urusan finishing, melainkan juga pemahaman tinggi soal taktik. Ini meliputi kepekaan akan ruang serta disiplin dalam penempatan posisi.

Sampai akhirnya City menemukan Julian Alvarez...

“Aku sangat menyukai Kun Aguero dan mencoba untuk meniru gerakannya," kata Alvarez dalam sebuah wawancara dengan La Nacion.

'The Next Aguero' barangkali terlalu basi untuk Alvarez. Dia lebih tepat dibilang peniru. Ini bukan perkara benar atau salah. Semua orang berhak mengidolakan dan meniru siapapun. “Everything is a copy of a copy of a copy,” sebagaimana yang ditulis Chuck Palahniuk dalam opusnya yang bertitel Fight Club.

[Baca Juga: Everything is A Copy of A Copy]

Bila Alvarez seorang peniru, Alvarez adalah peniru ulung. Dia sudah dipandang sebagai calon bintang besar di usianya yang baru 21 tahun. Apa yang diraihnya bersama River Plate menegaskan itu.

Paling aktual terjadi pada Oktober lalu. Di El Monumental, Alvarez memborong dua gol saat River mengalahkan Boca Junior. Kemenangan di Superclasico merupakan kesakralan dan mereka yang mencetak gol adalah pahlawan. Alvarez mendapatkan itu semua. Terlebih, tak ada pemain yang pernah mencetak brace di Superclasico sejak Gonzalo Higuain pada 2006.

"Para penggemar bergumuruh, suara tepuk tangan begitu kencang terdengar ketika dia keluar," tulis jurnalis Maximiliano Benozzi di surat kabar Argentina, Clarin.

Alvarez tidak kondang dengan ujug-ujug. Sejak kecil dia sudah menunjukkan potensi sebagai pemain hebat. Kalau tidak, mana mungkin Real Madrid mengundangnya untuk trial selama sebulan. Di sana Alvarez meninggalkan kesan manis. Dua gol dicetaknya dari lima pertandingan turnamen junior.

“Aku memainkan lima pertandingan turnamen Peralanda dan mencetak dua gol. Kami kemudian memenangi final melawan Betis dengan skor 1-0 di mana aku menyumbangkan assist,” ujar Alvarez kepada La Voz. “Aku juga mentas di El Clasico saat melawan Barcelona,” imbuhnya.

Memang, pada akhirnya tak ada realisasi lebih lanjut soal itu. Usianya masih 11 tahun sehingga Madrid terbentur aturan Spanyol saol batasan usia untuk merekrut pemain asing. Mereka setidaknya harus menunggu dua tahun lagi karena batas minimal perekrutan pemain asing ada di umur 13 tahun.

Untuk mendapatkan izin kerja, seluruh keluarga Alvarez juga mesti hijrah ke Spanyol. Bukan perkara mudah karena orang tuanya berasal dari kelas pekerja. Gustavo, ayah Alvarez, bekerja sebagai buruh di perusahaan sereal. Sementara ibunya berprofesi sebagai guru di taman kanak-kanak.

But, life must go on. Kegagalan gabung ke Madrid bukanlah akhir. Alvarez kemudian bergabung dengan klub favoritnya sejak kecil, River. Adalah Matías Almeyda yang membimbingnya ke sana. Alvarez memulainya bersama tim muda memenangi beberapa turnamen junior. Marcelo Gallardo tak pikir panjang untuk menaikkan pangkatnya sebagai personel tim utama. Alvarez lantas diberi nomor punggung 9 dan menjalani debut pada Oktober 2018.

"Dia adalah pemain yang ingin dilatih oleh setiap manajer," kata Marcelo Gallardo. Arsitek River itu menggambarkan Alvarez sebagai team player. Ini spesifikasi langka untuk seorang pemain yang usianya belum genap 20 tahun.

Jelang Piala Dunia 2018, Alvarez juga menjadi bagian dari pemain muda yang diberikan izin berlatih dengan para pemain senior Argentina.Cap pertamanya bersama "Tim Tango" kemudian terealisasi pada Juni tahun lalu. Alvarez masuk sebagai pemain pengganti saat Lionel Messi dkk. meladeni Chile di kualifikasi Piala Dunia.

Kredibilitas Alvarez semakin diperhitungkan. Dia terpilih dalam 24 personel Lionel Scaloni yang mentas di Copa Amerika. Dua penampilan dikantonginya selama turnamen. Kita tahu bagaimana sesaknya perebutan lini depan Argentina. Selain Messi dan Aguero, masih ada Lautaro Martinez, Angel Di Maria, dan juga Joaquin Correa.

Namun, Alvarez menawarkan keserbabisaan dalam menyerang. Itulah yang membuatnya spesial. Dia bukan tipikal penyerang goal oriented. Karena Alvarez juga cukup paham bagaiamana cara memproduksi peluang. Mindset ini dipertajam dengan pendekatan yang diberikan Gallardo. Di River, Alvarez pernah diturunkan di empat posisi berbeda: Striker, penyerang kedua, penyerang sayap, hingga gelandang.

Pada 2020, Alvarez mulai mendapatkan tempat reguler. Seiring dengan kepergian Lucas Pratto dan cederanya Matias Suarez. Total 7 gol dan 3 assist dibuatnya dari 19 penampilan. Catatan itu mengalami eskalasi signifikan di 2021. Dari 53 laga, Alvarez sukses memproduksi 26 gol dan 17 assist.

Bila dirinci dari 15 pertandingan terakhir, Alvarez telah mencetak 17 gol dari 9,8 xG. Menariknya, 4 gol di antaranya lahir dari luar kotak penalti. Ini merepresentasikan kemampuan komplet Alvares sebagai penyerang modern.

Foto: The Analyst.

Alvarez memang meniru Aguero dan itu fakta. Namun, keduanya tak benar-benar sama. Alvarez malah menawarkan hal lebih dari yang diberikan pendahulunya. Paling kentara adalah fluiditas posisi yang ideal dengan skema serang yang dianut Guardiola. Dengan kemampuan seperti ini, harusnya langkah City dalam memilih Alvarez sebagai pengganti Aguero tidaklah keliru.