Juventus vs AC Milan: Pertarungan para Pesakitan

Twitter @MilanActu

Juventus dan Milan masih berebut tiket empat besar sementara Scudetto telah dipastikan milik Inter Milan. Apalagi namanya kalau bukan duel para pesakitan?

Juventus versus AC Milan adalah duel para pesakitan. Mereka masih harus berebut spot empat besar saat Scudetto resmi bertaut pada Inter Milan. Sekarang Juventus dan Milan sama-sama mengumpulkan 69 angka, setara dengan Atalanta yang mejeng di posisi ketiga. Mereka tertinggal satu poin dari Napoli yang menang atas Spezia dini hari tadi.

Adangan Juventus dan Milan juga datang dari Lazio. Ciro Immobile cs. kini nangkring di peringkat keenam lewat koleksi angka 64. FYI, Lazio masih menyimpan satu pertandingan lebih banyak. Itulah mengapa tiga angka dalam duel nanti menjadi fardu, baik itu buat Juventus ataupun Milan. Andai kalah, bisa-bisa salah satu dari mereka hanya finis di peringkat keenam.

Lantas siapa yang paling berpeluang menang? 

Foto: Instagram il_milan_siamo_noi

Mengacu rekam pertemuan, para pendukung Juventus boleh tersenyum duluan. Menyitat data Worldfootball, “Si Nyonya Tua” memenangi 77 dari total 194 duel dengan Milan di lintas ajang. Mereka cuma kalah 50 kali dan 67 pertandingan sisanya berakhir seri. Itu bukan sekadar glorifikasi karena Juventus juga rutin membabat Rossoneri dalam tiga duel kandang terakhir di Serie A.

Namun, sepak bola bukan melulu mengacu masa lalu. Lagi pula, Juventus yang sekarang berbeda dengan dulu. Inkonsistensi mereka musim ini menjadi buktinya.

Tak sulit menyebut Juventus-nya Andrea Pirlo adalah tim transisi. Dia ditunjuk Andrea Agneli untuk merealisasikan proyek jangka panjang dengan para pemain muda.

Makanya tak heran jika Pirlo sudah memainkan 6 eks personel Juventus U-23 di musim ini. Itu belum ditambah dengan perekrutan Dejan Kulusevski, Arthur, Weston McKennie, dan Federico Chiesa, yang semuanya masih di bawah 24 tahun. 

Sialnya, di waktu yang sama Pirlo justru kesulitan mengenyahkan ketergantungan kepada Cristiano Ronaldo. Ego Ronaldo malah menghambat kontribusi para pemain muda, khususnya sektor lini serang. Virus “dikit-dikit Ronaldo” ini tertuang dengan rataan tembakannya yang menyentuh 5,3 per laga. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi di Serie A.

Bukan keputusan yang tak salah, memang. Namun, itu juga tak bisa dibilang sebagai langkah tepat. Persentase kemenangan Juventus cenderung mengecil andai Ronaldo gagal menunaikan tugasnya sebagai produsen gol. 

Sad but true, Juventus tak punya banyak alternatif goalgetter untuk melapisi Ronaldo. Sebanyak 40% dari total gol mereka di Seri A lahir dari suami Georgina Rodriguez tersebut. Sementara itu Juventus juga cuma punya 6 pemain yang setidaknya sudah mengumpulkan 3 gol di pentas liga.

Inilah yang membedakan Juventus dengan Inter. Pasukan Antonio Conte relatif kaya alternatif pencetak gol. Tercatat ada 9 pemain yang sudah mengoleksi 3 gol pada panggung Serie A. Opsi goalgetter itu terbukti memuluskan langkah Inter di saat-saat genting. Matteo Darmian misalnya, dua kali mencetak gol kemenangan saat Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez gagal tugas.

[Baca Juga: Saatnya La Beneamata Menjaga Ritme dan Tempo ]

Well, efek kemandulan Ronaldo bisa dilihat dari hasil imbang dari Fiorentina dua pekan lalu. Juventus ketinggalan lewat gol Dusan Vlahovic dari titik putih. Untung saja Alvaro Morata sukses mencetak gol balasan di babak kedua.

Lha, Ronaldo? Nihil kontribusi. Dia gagal bikin gol meski melepaskan 5 tembakan atau tertinggi di antara seluruh pemain. Dua di antaranya melenceng dari sasaran sedangkan tiga lainnya diblok lawan.

So, cara simpel meredam Juventus adalah dengan meredam Ronaldo. Minimal mempersempit ruang tembaknya. Dengan begitu kecil pula kansnya untuk mencetak gol.

Foto: Twitter @juventusfc

Perkara candu-canduan pemain jagoan, Milan sedikit lebih baik ketimbang Juventus. Mereka perlahan mampu menanggalkan ketergantungan terhadap Zlatan Ibrahimovic.

Sebagai gambaran, lesakan terakhir eks Ajax Amsterdam itu tercipta pada pertengahan Maret lalu. Dalam rentang waktu itu pula pemain macam Hakan Calhanoglu, Rafael Leao, Ante Rebic, Franck Kessie, dan Theo Hernandez sukses mencatatkan namanya di papan skor.

Paling mentereng, ya, Calhanoglu. Gelandang Turki ini bukan cuma otak serangan Milan, tetapi juga jago menjadi algojo peluang. Dua golnya di tiga laga terakhir Milan bisa dijadikan acuan.

Sebenarnya, sih, pencetak gol Milan terbilang random. Namun, setidaknya mereka memiliki personel yang punya kadar finishing oke. Rebic, Kessie, dan Hernandez adalah beberapa pemain yang punya catatan xG lebih tinggi ketimbang Ibrahimovic. Rebic misalnya, telah mengukir 7 gol dari xG yang “cuma” 5,57. Kemudian Hernandez mencatatkan xG 3,86 dengan jumlah gol di angka 5. Statistik tersebut memang beririsan dengan pola serangan Pioli.

Whoscored mencatat sisi kiri sebagai titik serangan Milan paling intens. Masuk akal mengingat ciamiknya daya serang Hernandez sebagai full-back kiri. Mantan pemain Real Madrid ini rajin terlibat dari secondline selain menjadi inisiator serangan tepi. Toleh saja golnya ke gawang Benevento pekan lalu. Dengan cerdik dia masuk ke dalam kotak penalti untuk menyambar bola rebound Ibrahimovic.

Nah, Milan bisa memfungsikan Hernandez dan Rebic untuk menggagahi sisi tepi Juventus, sebagaimana yang dilakukan Atalanta di fixture 31. Pasukan Gian Piero Gasperini itu berhasil memaksimalkan efek samping dari agresivitas para full-back Juventus, Juan Cuadrado serta Alex Sandro. Kans Milan makin besar dengan payahnya departemen defensif Juventus. Mereka selalu kebobolan dalam 10 pertandingan liga tanpa putus. 

Namun, jangan lupa bahwa Milan juga sama buruknya soal pertahanan. Dari 8 pertandingan terakhir, hanya sekali Gianluigi Donnaruma berhasil mencatatkan nirbobol.

Foto: Twitter @acmilan

Secara garis besar, koordinasi pertahanan Milan masih amburadul. Mereka kepayahan dalam menanggulangi through pass. Dua dari tiga gol Lazio ke gawang mereka pekan lalu berasal dari skema semacam itu.

Fikayo Tomori juga rawan menjadi titik lemah dari backfour Milan. Bek kelahiran Kanada itu dua kali gagal memenangi duel lawan Giacomo Raspadori dan Joaquín Correa. Dua kali itu pula Milan kebobolan kemudian keok dari Sassuolo dan Lazio.

Rapuhnya pertahanan Milan berpotensi membuka peluang Cuadrado dan Federico Chiesa buat unjuk gigi. Alasannya, karena keduanya punya kecepatan sekaligus daya dribel yang ampuh. Makin sempurna karena mereka juga merupakan produsen umpan kunci tertinggi Juventus. Cuadrado bahkan sudah mengemas 10 assist sejauh ini, tertinggi bersama Lukaku dan Ruslan Malinovskiy.

Andai Ronaldo runyam, Pirlo bisa bersandar kepada Morata. Toh, through pass merupakan salah satu aliran bola favorit striker pinjaman dari Atletico Madrid tersebut.

***

Menilik bobroknya pertahanan kedua kubu, Juventus dan Milan sejatinya sama-sama punya kans besar untuk saling mengalahkan. Penentunya tinggal bagaimana mereka bisa memperkaya opsi goalgetter plus mengeksploitasi titik lemah lawan.

Dalam hal ini Juventus unggul tipis. Meski ketergantungan akan Ronaldo begitu tinggi, mereka relatif lebih kaya opsi. Yah, kalau boleh meramal, pertandingan ini sepertinya bakal berakhir 2-1 untuk Bianconeri.