Kado Natal Marcel Sabitzer

Foto: @FCBayernEN.

Ketimbang suratan takdir, bergabungnya Marcel Sabitzer ke Bayern Muenchen lebih cocok disebut sebagai buah dari perencanaan matang.

Dengan jersi Bayern Muenchen musim 2002–03 yang membalut tubuhnya, Marcel Sabitzer kecil berpose di sebelah pohon Natal. Tangan kirinya mengangkat jempol, tangan kanan memegang lilin. Beberapa saat kemudian, senyumnya menyungging, lalu cekrek, jadilah foto berikut ini:

Some years ago… a happy little kid,” tulis Sabitzer pada deskripsi foto yang dia unggah di Instagram itu.

Saat masih bocah, jersi Bayern adalah hadiah yang selalu Sabitzer terima pada tiap Natal. Koleksinya menumpuk. Ia memakainya hampir tiap hari, termasuk pada perayaan Natal itu sendiri. Dengan fakta seperti ini, sangat mudah untuk memahami bahwa Sabitzer adalah fans Bayern sejati.

Maka ketika namanya resmi menjadi rekrutan anyar Die Roten pada musim panas ini, tak ada hal lain yang bisa ia rasakan kecuali bahagia.

“Saya sangat senang dengan kesempatan bermain untuk FC Bayern. Saya akan memberikan segalanya untuk klub ini. Saya ingin memenangi pertandingan sebanyak mungkin dan tentu saja meraih banyak gelar,” tutur pemain asal Austria ini, dilansir laman resmi Bayern.

Bergabungnya Marcel Sabitzer dengan Bayern lebih cocok disebut sebagai buah dari perencanaan matang ketimbang suratan takdir. Semua ia jalani pelan-pelan, sistemik, penuh kerja keras, dan senantiasa yakin. Segalanya bahkan sudah ia pupuk sejak jauh sekali.

Ayahnya, Herfried Sabitzer, bercerita bahwa Sabitzer punya kesempatan gabung akademi Bayern saat masih berusia 14 tahun. Sabitzer menolak. Ia ingin berkembang selangkah demi selangkah dengan menjadi pemain profesional di negaranya terlebih dahulu.

Admira Wacker dan Rapid Wien adalah dua klub yang akhirnya ia perkuat selama di Austria. Beberapa kali namanya dikaitkan dengan klub luar karena performa apik yang ia tunjukkan. Lagi-lagi, ia belum berniat pindah. Terlebih, sang ayah juga menyarankan hal serupa.

“Saya menyarankan Marcel untuk berkembang di klub top Austria sebelum ke luar negeri. Ia punya rencana karier yang jelas,” kenang Herfried.

Pemain Sistemik di Klub Paling Sistemik

Sejak berdiri pada 2009, RB Leipzig langsung mencuat sebagai salah satu klub paling sistemik di dunia. Mereka boleh dicaci karena keterlibatan perusahaan Red Bull. Namun, tak dimungkiri bahwa sistem sepak bola yang mereka bangun sanggup bikin semua orang berdecak kagum.

Sebagai sebuah tim, Leipzig punya sistem yang jelas. Sepak bola mereka adalah sepak bola yang proaktif, cepat, dan vertikal. Karena sistem yang jelas itu pula mereka tahu mesti mencari pemain yang seperti apa, termasuk ketika mendatangkan Sabitzer pada 2014 silam.

Leipzig beruntung berada di bawah Red Bull yang punya jaringan sepak bola luas. Karena masih berstatus tim Bundesliga 2, mereka meminjamkan Sabitzer ke Salzburg, tim Red Bull lainnya. Beda dengan Leipzig, Salzburg sudah lebih mapan sehingga bagus untuk perkembangan sang pemain.

Salzburg baru saja ditinggal Sadio Mane ke Southampton kala itu. Ini membuka ruang seluas-luasnya bagi Sabitzer untuk berkembang. Di sisi lain, Adi Huetter, pelatih Salzburg kala itu, memang sangat menyanjung tinggi namanya sehingga tempat pertama sudah pasti jadi miliknya.

Huetter memainkan Sabitzer sebagai sayap kanan yang punya kebebasan dalam bergerak. Hasilnya tokcer. Sabitzer berhasil mencetak 27 gol dan 21 assist di seluruh kompetisi. Kian lengkap lagi torehan itu sebab Salzburg mengakhiri musim dengan catatan double winner.


Capaian itu bikin Sabitzer lebih siap saat kembali ke Leipzig. Terlebih, Leipzig makin serius untuk menjadi tim top Jerman. Ralf Rangnick, yang tadinya direktur olahraga Salzburg, ditarik ke Leipzig untuk menjadi direktur olahraga anyar sekaligus pelatih kepala.

Seperti Huetter, Rangnick juga mengandalkan Sabitzer di sisi kanan penyerangan tim. Ia menyukai kecepatan, agresivitas, dan kecerdasannya dalam membuka ruang. Ia sampai menilai potensi Sabitzer tiada batas, terutama karena etos kerja yang ia miliki.

Penilaian Rangnick terbukti. Meski Leipzig mengalami pergantian juru taktik ke tangan Ralph Hasenhuettl, Sabitzer terus berkembang. Perkembangannya bahkan makin tak terkendali saat Julian Nagelsmann didapuk menduduki kursi pelatih per 2019–20.

Bersama Nagelsmann, Sabitzer yang seorang winger mendapat perubahan posisi ke lini tengah. Semua posisi di area itu pernah ia jajal: Nomor 6, nomor 8, hingga nomor 10. Namun, pada akhirnya ia konsisten bermain sebagai pemain nomor 6 di skema 3–4–1–2 Leipzig.

“Saya terkejut karena dia mampu beradaptasi dengan sangat baik. Awalnya saya kira dia akan mengeluh karena saya minta bermain lebih ke belakang. Tapi dia benar-benar berkembang di posisi tersebut,” kata Nagelsmann seperti dilansir laman resmi Bundesliga.

Kecerdasan dalam bergerak dan etos kerja yang tinggi jadi alasan mengapa Nagelsmann mengubah posisi Sabitzer. Dengan perubahan posisi ini pula, menurut Nagelsmann, Sabitzer yang punya kemampuan menyerang dan bertahan sama baiknya bisa lebih efektif.

Angka-angka yang ia catatkan pada musim pertama sejak berubah posisi membuktikan semuanya. Dari sisi menyerang, Sabitzer mampu mencatatkan 9 gol dan 7 assist, catatan terbaiknya di Leipzig. Saat bertahan, ia mampu bikin 1,75 intersep, 13,1 recoveries, dan 1,81 tekel per pertandingan.

Semua itu melampaui catatannya saat masih bermain sebagai pemain sayap.

Solusi Paling Kreatif Bayern Muenchen

CEO anyar Bayern, Oliver Kahn, berkata bahwa mustahil timnya melakukan aktivitas transfer yang sama seperti sebagian klub top Eropa saat ini. Untuk mengakalinya, ia ingin memaksimalkan cara-cara kreatif yang paling sesuai dengan kondisi finansial klub selama pandemi.

Datangnya Sabitzer adalah salah satu perwujudannya. Dengan Sabitzer seorang diri, Bayern tak hanya mendapatkan pemain berkualitas, tetapi juga sesuai dengan filosofi klub — seperti kata Hasan Salihamidzic. Juga satu lagi: Sabitzer merangkum hampir semua posisi yang Bayern butuhkan saat ini.

Pemain berusia 27 tahun itu terbukti bisa bermain di semua posisi lini tengah dengan sama baiknya. Bermain di sisi penyerangan? Bisa, ini posisi naturalnya. Sabitzer juga bisa menjadi bek sayap dan penyerang tengah dadakan dalam kondisi darurat.

Versatility seperti itu akan sangat berguna untuk skuat Bayern musim ini yang terbilang tipis. Apalagi harganya relatif terjangkau untuk pemain seukuran Sabitzer: 15 juta euro saja — meski Bayern masih harus menawar berulang kali sebelum benar-benar menebusnya, hadeh.

Terlepas dari semuanya, Sabitzer adalah pemain yang sesuai dan sangat memahami sistem Nagelsmann. Ia punya agresivitas yang pas untuk skema highpressing sang pelatih. Ia juga piawai melepaskan umpan jauh, cocok untuk membangun serangan cepat dan vertikal.

Sabitzer bahkan memiliki satu kemampuan yang kurang dari Bayern saat ini: Melepaskan sepakan dari luar kotak penalti. Baik dari open play maupun set pieces, sepakan jarak jauh Sabitzer sama mematikannya. Pada 2019–20, setengah golnya berasal dari cara tersebut.

Singkat kata: Sabitzer adalah pemain yang sangat bisa diandalkan.

“Tak peduli bagaimana kondisinya, Anda tahu persis apa yang akan Anda dapatkan dari dirinya: Rasa lapar, kesadaran taktis yang luar biasa, dan kemampuan untuk terus berjuang dalam 20 menit terakhir jika Anda membutuhkannya,” puji Nagelsmann.

Semua itu menunjukkan bahwa Bayern bisa memperoleh banyak hal dalam Sabitzer seorang. Bagi Sabitzer sendiri, sementara itu, mengenakan jersi Bayern mengingatkannya dengan kado-kado natal yang biasa ia dapatkan kala bocah. Bedanya, kado natal itu datang empat bulan lebih cepat.