Ke Mana Paul Pogba Pergi?

Foto: @paulpogba.

Kontrak Pogba di Manchester United akan habis bulan depan. Barangkali dia akan betulan angkat kaki dan tak kembali lagi.

Banyak hal absurd ketika membicarakan jalinan Paul Pogba dan Manchester United. Dua kali mereka bertemu, dua kali pula hubungan itu runyam. 

United diolok-olok ketika menyia-nyiakan bakat Pogba di masa muda. Mereka melepasnya ke Juventus dengan gratis. Walaupun di satu sisi, Sir Alex Ferguson mengatakan bahwa itu adalah keputusan tepat. Menurutnya, sikap Pogba mengecewakan karena sudah menandatangani kontrak dengan Juventus jauh-jauh hari.

Pogba tak bisa sepenuhnya disalahkan. "Si Nyonya Tua” memberikannya tempat reguler yang kemudian membuat bakatnya kian berkembang. Itu terbayar dengan 8 gelar digamit Pogba bersama Juventus.

Dasar United, mereka kepincut dengan performa impresif Pogba. Transfer tersebut kemudian terealisasi pada musim panas 2016. Tak main-main banderolnya, 105 juta euro. Itu memecahkan rekor transfer termahal yang sebelumnya dipegang Gareth Bale.

Tapi apa yang diberikan Pogba jauh dari harapan. Mungkin karena ekspektasi yang terlalu tinggi, bisa juga karena United yang kelewat naif. Lagipula situasi klub juga tak lagi sekondusif era Ferguson. Manajemen yang buruk menjadi pangkalnya. Mereka tidak tahu siapa pelatih dan pemain yang mesti direkrut.

Maka, jelas bila titel Pogba di United tak sebanyak di Juventus. Dia datang di waktu yang tak tepat. Hanya sepasang trofi yang berhasil digamitnya sejak enam tahun ke belakang, itu pun cuma Piala Liga dan Liga Europa. 

Well, musim ini bisa saja menjadi pengabdian pemungkas Pogba di United. Akhir bulan depan kontraknya habis dan belum ada kata mufakat dari kedua pihak. Berbagai media melaporkan bahwa Pogba akan pergi musim panas ini. Bukan, bukan Manchester City—sebagaimana rumor yang berembus. Menurut The Athletic, salah satu perwakilan Pogba telah memberi tahu pihak City bahwa pemain berdarah Guinea itu ingin melanjutkan kariernya di tim lain.

Bila ditimbang, Pogba masih menjadi aset strategis buat klub-klub besar Eropa. Umurnya 29 tahun, peak age buat pesepak bola. Kemampuan olah bola dan kejelian umpan adalah spesialisasinya. Ditambah lagi dengan fisik yang tinggi menjulang. Itu memudahkannya untuk memobilisasi serangan dan memenangi duel versus lawan.

Oh, iya, gini-gini Pogba menjadi kolektor assist terbanyak United di Premier League sejumlah 9. FYI, tiga assist lebih banyak dari Bruno Fernandes yang mengecap menit bermain 2 kali lipat dari Pogba. Lantas, ke mana dia akan pergi?

Juventus

Pulang ke Turin mungkin bakal mengobati Pogba yang “sekarat”. Bagaimanapun, Juventus merupakan klub yang paling berjasa dalam kariernya. Menemukan, memercayai, dan mengembangkan Pogba menjadi salah satu gelandang elite dunia. Di sana pula Pogba pernah mencicipi rasanya trofi liga, empat kali pula.

Bila hengkang ke Juventus, Pogba juga bakal bereuni dengan Massimiliano Allegri. Selain Antonio Conte dan Didier Deschamps, Allegri adalah pelatih yang tahu betul cara memfungsikan Pogba.

Pada musim 2014/15 dan 2015/16, Pogba menjadi tumpuan Allegri pada format tiga beknya. Dia diberi kewenangan untuk melakukan aksi ofensif dibanding dua gelandang lain, Claudio Marchisio dan Arturo Vidal/Sami Khedira. Dalam kurun waktu itu Pogba berhasil menorehkan 16 gol dan 19 assist di Serie A.

Ngomong-ngomong soal Serie A, ini bisa menjadi salah satu faktor yang menguntungkan buat Pogba. Dibandingkan Premier League, Serie A tak lebih intens dan relatif minim bentrokan fisik. Artinya, ketika memegang bola, Pogba akan mendapatkan jeda satu atau dua detik ekstra sehingga memungkinkannya untuk bisa memaksimalkan kemampuan olah bolanya.

Namun, faktor urgensi mungkin saja menghambat kepulangan Pogba ke Juventus. Stok gelandang Allegri cukup melimpah, sementara dia hanya menggunakan dua slot gelandang dalam format 4-4-2. Masih ada Adrien Rabiot, Manuel Locatelli, Weston McKennie, Denis Zakaria, dan Arthur. Ditambah lagi dengan Aaron Ramsey yang kemungkinan kembali setelah masa peminjamannya di Rangers habis pada Juni.

Solusi idealnya, ya, melepas satu-dua gelandang di musim panas nanti. Selain menguntungkan Juventus secara struktur gaji, langkah ini juga bakal memuluskan Pogba untuk mendapatkan menit main yang cukup.

Persoalan lain, komposisi gelandang Juventus saat ini berbeda dengan ketika Pogba bermain di sana beberapa tahun silam. Juventus pernah kena kritik oleh Fabio Capello karena acap memutar-mutar bola tanpa ada pemain yang bisa menyerang secara vertikal (direct). Selain itu, Allegri juga acap jadi sasaran kritik fans karena taktiknya musim ini yang kurang proaktif.

Real Madrid

Minat Real Madrid terhadap Pogba seperti lagu lama. Sejak empat musim ke belakang bahkan. Namun, harga yang kelewat tinggi membuat Los Blancos berpikir dua kali untuk menebusnya dari United.

Nah, sekarang ceritanya lain. Madrid bisa mendapatkan Pogba dengan cuma-cuma. Perkara gaji juga tak bakal jadi soal. Menyitat laporan Capology, upah per pekan Pogba di United menyentuh angka 333 ribu. Jumlah itu. masih lebih rendah dari Luka Modric yang notane merupakan pemain dengan gaji tertinggi ketujuh di Madrid.

Pogba adalah pemain yang Madrid butuhkan demi meregenerasi sektor gelandang. Sudah tujuh tahun lamanya mereka bersandar kepada Modric, Casemiro, dan Toni Kroos. Ketiganya sudah melewati peak age dan itulah mengapa Madrid kudu menyiapkan penerus mereka.

Sejauh ini sudah ada Federico Valverde dan Eduardo Camavinga. Dengan kedatangan Pogba, konstelasi ini akan lebih komplet. Dia bisa menawarkan pengalaman lebih, plus fitur gelandang penyuplai umpan yang tak dimiliki Valverde dan Camavinga.

Apa yang dimiliki Pogba ini fit dengan skema direct yang diusung Carlo Ancelotti. Dia menuntut para gelandang untuk mampu melepaskan umpan jauh demi mengeliminasi penjagaan lawan. Itulah mengapa Kroos dan Casemiro melepaskan rata-rata lebih dari 5 long ball di tiap pertandingan.Bandingkan dengan catatan Camavinga dan Valverde hanya ada di angka 2 dan 1,6 per laga.

Well, Madrid dan Pogba ini harusnya bisa menjadi kombinasi yang bagus. Madrid bisa mendapatkan pemain anyar dengan profil superstar, sedangkan Pogba tetap bisa memenuhi egonya untuk mentas di Liga Champions. Eh, tapi dengan rekam cedera yang terlalu banyak, bukan tak mungkin Pogba bakal gagal seperti Eden Hazard.

Paris Saint-Germain

Setelah bermain di Italia dan Inggris, mudik ke Prancis juga bukan ide buruk buat Pogba. Apalagi bergabung dengan klub semapan Paris Saint-Germain (PSG). Mereka memiliki hampir semua hal untuk ini. PSG punya duit segepok untuk menggaji Pogba. Circle para pemain kelas satu juga menguatkan daya tarik Les Parisiens. Siapa pula yang tak ingin bermain dengan bintang sekelas Lionel Messi dan Neymar?

Dengan kemungkinan Kylian Mbappe hengkang, Pogba menjadi representatif Prancis dalam skuad. Ini bisa menaikkan posisi tawarnya. Dari jumlah gaji sampai kelonggaran untuk melakukan party. Di satu sisi, ini bisa menjadi bumerang buat Pogba. Ya, sebagaimana yang dialami Neymar degan segala kontroversinya.

Secara teknis PSG memang memiliki banyak gelandang dalam skuadnya. Namun, Pogba menawarkan kreativitas, aspek yang tak banyak diimiliki Marco Verratti, Danilo Pereira, Idrissa Gueye, Georginio Wijnaldum, Leandro Paredes, dan Ander Herrera.

Begini, PSG ‘kan memiliki sederet penyerang kelas wahid. Untuk mengakomodir itu, mereka juga harus mempunyai gelandang yang mampu menginisiasi serangan dengan baik pula. Sementara yang dimiliki PSG sekarang mayoritas adalah gelandang bertahan dan box to box, bukan spesialis penyuplai peluang.


Di Liga Champions musim ini misalnya, dari pos gelandang hanya Verratti yang intens mengukir umpan kunci. Catatan Wijnaldum dan Herrera tak genap menyentuh 0,5 per laga. Gueye dan Pereira bahkan nihil.

Ini salah satu aspek yang membuat PSG sulit berjaya di Liga Champions. Segala potensi mesti dioptimalkan untuk memperbesar kemungkinan mencetak gol, salah satunya dari sektor gelandang. Pogba, bisa mejadi jawaban atas itu.